Cari Blog Ini

Minggu, 06 Desember 2009

Selamat ulang tahun maola

---Malam itu, malam ahad 28 November 2009 sekitar pukul 23.15 sepulang dari belajar bahasa arab bersama kawan2, perut ini mengajak untuk menyantap sesuatu. Akhirnya saya memutuskan mampir ke warung yang sudah tidak asing lagi di dunia teladan, warung murni. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya semangkuk mie rebus menghangatkan malam ahad yang mulai dingin. Sesaat setelah perut terisi, kembali menyibukkan pikiran dengan berbagai hal. Namun terhenyak ketika di luar dari arah selatan tampak seorang ibu yang sudah tua (mungkin lebih pantas dipanggil nenek, usianya sekitar 70-80 tahun) merapikan gerobaknya. Akhirnya mata ini tergoda untuk memperhatikannya.



23.30. Nenek itu tampaknya seorang pedagang kaki lima yang berjualan semacam minuman dan makanan ringan. Dari peluh dan raut wajahnya terlihat jelas bahwa ia sudah lelah setelah seharian bekerja. Guratan di sekitar wajahnya menunjukkan bahwa ia memang terlalu tua untuk melakukan pekerjaan yang menguras tenaga itu. Semula saya berpikir bahwa nenek itu hanya merapikan gerobaknya saja, namun ternyata ia kemudian merapikan sebuah kursi panjang, lalu menaruh kain di atasnya.



23.50. Nenek itupun terlelap dengan damai. Di atas kursi. Di belakang gerobaknya. Di trotoar di depan fotokopian Arfian. Benar2 damai, meski berselimut kain tipis di tengah dinginnya udara malam yang menusuk. Sambil bersiap untuk terjaga ketika sesuatu terjadi pada gerobak dan dagangannya.

Benar2 pemandangan yang luar biasa. Mempunya sejuta hikmah tentunya. Pemandangan yang mungkin bisa anda temui tiap malam di tempat yang sama---



Tapi apa hanya cukup dengan melihatnya saja? Mumpung saya sedang ulang tahun, mari kita telaah bersama-sama. Ternyata ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas, Tapi karena segala keterbatasan, saya hanya menyebutkan 3 hal saja.



1. Bekerja

“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.” (HR. Ahmad)

“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR. Ahmad)

“Sesungguhnya di antara dosa-dosa ada yang tidak bisa dihapus (ditebus) dengan pahala shalat, sedekah atau haji namun hanya dapat ditebus dengan kesusah-payahan dalam mencari nafkah.” (HR. Ath-Thabrani)

“Sesungguhnya Allah Ta'ala senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal.” (HR. Ad-Dailami)

“Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri.” (HR. Bukhari)

“Allah memberi rezeki kepada hambaNya sesuai dengan kegiatan dan kemauan kerasnya serta ambisinya.” (HR. Aththusi)

“Pengangguran menyebabkan hati keras (keji dan membeku).” (HR. Asysyihaab)



Terlintas perasaan sedikit haru melihat seorang nenek yang sudah berusia lanjut masih bersemangat menghidupi dirinya, bukan dengan cara meminta-minta tentunya. Rasulullah dan para nabi-nabi yang lain pun waktu usia muda sudah diajak bekerja menjadi penggembala. Ternyata usia-usia yang sepintas tampak sebagai saat-saat untuk bersenang-senang / beristirahat justru mereka habiskan untuk bekerja mencari nafkah. Kadang diri ini sering berkontemplasi juga, karena selama ini masih saja “mengemis” pada orang tua. 19 tahun bukanlah masuk kategori anak-anak. Setidaknya harus mulai ada usaha sedikit demi sedikit untuk mengembalikan harta yang kita pinjam dari orang tua kita. Karena suatu saat kita jugalah harapan orang tua untuk menghidupi mereka ketika mereka butuh istirahat.



2. Menghargai orang miskin

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah orang-orang beruntung” Ar Rum 38

“Aku menjenguk ke surga, aku dapati kebanyakan penghuninya orang-orang fakir – miskin“ (HR Ahmad)

“Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.” (HR. Bukhari)



Sudah baikkah kita pada orang miskin? Apa yang kita pikirkan ketika melihat orang miskin? Apakah muncul perasaan meremehkan? Apakah muncul kesombongan hanya karena kita bersekolah / kuliah di kampus yang katanya favorit? Apakah muncul perasaan bangga karena kita bisa kesana kemari naik motor dan menghubungi orang lain dengan cepat melalui handphone? Saat kita akan tidur terlelap di kamar pernahkah kita membayangkan orang2 yang kedinginan di pinggir jalan? Saat kita akan makan (dengan jadwal 3 kali sehari), pernahkan kita membayangkan orang yang untuk makan sekali dalam 3 hari mereka harus banting tulang kesana kemari? Jangan hanya membayangkan. Pernahkah kita membantu mereka atau paling tidak mendoakan mereka?



Jika seseorang ditanya pilih menjadi orang kaya atau miskin, akan sangat sulit mendapatkan orang yang menjawab ingin menjadi orang miskin. Padahal kita tahu bahwa Rasulullah dulu hidup layaknya orang yang miskin. Meskipun berharta, beliau akan menginfakkannya hingga saat wafat ia pun tak memiliki harta benda untuk diwariskan. Ada cerita berhikmah



*Umar bin khattab bercerita: Suatu hari seorang laki2 datang menemui Rasulullah Saw. Untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan hari laki2 itu datang lagi dan melakukan hal yang sama. Rasulullah juga memberinya. Keesokan harinya ia meminta-minta lagi kepada Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “aku tak memiliki apapun saat ini. Tapi ambillah apa yang kau mau dan jadikan utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya” Umar lalu berkata, “Wahai Rasulullah, janganlah memberikan sesuatu di luar batas kemampuanmu.” Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba2 datang seorang laki2 dari Anshar sambil berkata, “Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan.” Mendengar ucapan laki2 tadi Rasulullah tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku” (HR Turmudzi)*

*Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw., bercerita: “Suatu hari Rasulullah Saw. Masuk ke rumahku dengan muka pucat. Aku khawatir beliau sedang sakit. “Ya Rasulullah, mengapa wajahmu begitu pucat?” tanyaku. Rasulullah menjawab, ”Aku pucat begini bukan karena sakit, melainkan karena aku ingat uang tujuh dinar yang kita dapatkan kemarin sampai sore ini masih ada di bawah kasur kita dan belum kita infakkan” (HR Al-Haitsami)*



Tulisan di atas bukan berarti saya mengajak anda untuk menjadi orang miskin, karena dengan menjadi kaya pintu sedekah terbuka lebar. Namun saya hanya ingin mengatakan bahwa orang miskin belum tentu derajatnya lebih rendah daripada kita. Bisa jadi mereka miskin bukan karena tak mampu hidup kecukupan, melainkan mereka memilih jalan itu untuk lebih mendekatkan diri pada Allah. Bukankah orang yang memiliki sedikit harta itu hisabnya juga lebih singkat dibanding orang kaya? Maka dari itu, mari ita hargai mereka, kita doakan mereka, syukur bisa kita bantu mereka.



3. Ingat mati

“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya)” Al Mu’min 67

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan” Al Ankabuut 57

“Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)”

“Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan.” (HR. Ath-Thabrani)

“Mati mendadak suatu kesenangan bagi seorang mukmin dan penyesalan bagi orang durhaka.” (HR. Ahmad)

“Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Saw lalu bersabda: "Perbanyaklah mengingat kematian maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul."” (HR. Ath-Thabrani)



Kita memang belum tentu menjadi tua, namun kita semua pasti akan mati. Dan menjadi tua adalah salah satu tanda bahwa kematian memang sudah dekat.

*Sebagian para nabi berkata keapda malaikat pencabut nyawa, “tidakkah kau memberikan aba-aba atau peringatan kepada manusia bahwa kau datang sebagai malaikat pencabut nyawa sehingga mereka akan lebih hati-hati?” MAlaikat itu menjawab, “Demi Allah, aku sudah memberikan aba-aba dan tanda-tandamu yang sangat banyak berupa penyakit, uban, kurang pendengaran, penglihatan mulai tak jelas. Semua itu adalah peringatan bahwa sebentar lagi aku akan datang menjemputnya. Apabila setelah dating aba-aba tadi ia tak juga bertobat dan tidak mempersiapkan bekal yang cukup, maka aku akan serukan kepadanya ketika aku cabut nyawanya: “Bukankah aku telah memberimu banyak aba-aba dan peringatan bahwa aku sebentar lagi akan datang? Ketahuilah, aku adalah peringatan terakhir. Setelah ini tidak aka nada lagi peringatan lainnya” ” (HR Imam Al-Qurthubi)*



Inilah esensi merayakan ulang tahun. Mari mempersiapkan segala keperluan dan bekal untuk bersiap menghadapi kematian. Jangan sampai kematian mengagetkan kita, namun buat diri kita yang menyambutnya.



Maaf bila terlalu panjang :)

Semoga berguna

1 komentar: