Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Desember 2016

Pretiduration


Tidur adalah hak segala bangsa. Tanpa tidur, apalagi yang akan kita lakukan di atas kasur? Sebagaimana tidur adalah seni, keindahan ritual tidur dapat direfleksikan dari bagaimana kita memandang tidur dan menyambutnya. Tulisan berikut sedikit atau banyak mungkin akan membantu, bagaimana kita mendapatkan tidur yang berkualitas sehingga tidak hanya bobok cantik, tapi juga bobok yang islamik.

Secara umum, manusia memandang tidur dengan dua sudut pandang. Pertama, memandang tidur sebagai waktu istirahat untuk memperbaiki metabolisme tubuh. Kedua, memandang tidur sebagai buang-buang waktu, bahkan mengatakan bahwa tidur adalah saudara kematian. Entahlah, kalau mereka bersaudara lalu siapa orang tuanya.

Dalam dunia santri, ada dua pandangan juga tentang tidur. Pertama memandang tidur sebagai sunnah nabi, dimana nabi sendiri mencontohkan dan menganjurkan untuk tidur di waktu-waktu tertentu seperti setelah sholat isya lalu bangun di sepertiga malam yang terakhir, tidur sebentar sebelum zhuhur, dan melarang tidur selepas subuh dan selepas asar. Para santri di golongan pertama, mereka biasanya tidur lebih awal dan sangat mudah tidur bahkan ketika sedang mengaji di kelas. Bisa dibilang, mereka juga jarang sholat malam. Bagi mereka, ada sebuah riwayat yang mereka pegang teguh:

نوم العالم افضل من عبادة الجاهل

Tidurnya orang alim lebih utama daripada ibadahnya orang jahil

Kedua memandang bahwa begadang itu lebih baik daripada tidur. Kisah-kisah ulama yang sering begadang untuk menuntut ilmu, berzikir, menulis kitab, membaca al-Quran, dan sebagainya menjadi justifikasi tersendiri. Selain itu, ada sebuah peribahasa terkenal di dunia santri (mahfuzhat):

من طلب العلى سهر الليالي

Barangsiapa ingin mendapatkan keutamaan, maka begadanglah

Maka jangan heran jika banyak santri yang suka ngopi karena bisa dipastikan dia ada di golongan kedua. Tentu saja, mereka begadang ditemani kopi sambil mengobrol bercanda. Maka tidak jarang kalau ada orang yang mudah marah atau tersinggung, akan dibilang “kopimu kurang kenthel

Para santri juga mempelajari adab sebelum tidur. Di antara adab-adab sebelum tidur yaitu:

1.      Perhatikan dengan siapa anda tidur. Pastikan anda tidak tidur di samping orang yang bukan mahram (orang yang haram dinikahi) anda. Bukan berarti juga tidur dengan pasangan halal anda akan membuat tidur anda nyenyak. Karena dikisahkan bahwa Abu Nawas selalu tidak betah ketika tidur dengan istrinya karena istrinya sangat bau apalagi ketika tidur. Hingga suatu hari Abu Nawas pulang membawa seekor monyet ke rumah. Istrinya bertanya pada Abu Nawas,

“Monyet ini akan tinggal di mana?”

“Di rumah kita”

“Tidurnya di mana?”

“Di kasur kita”

“Bagaimana dengan baunya?”

“Kalau aku saja kuat, monyet ini pasti juga kuat”

2.      Tidur dalam keadaan suci. Nabi menganjurkan untuk berwudhu sebelum tidur, karena malaikat akan mendoakan supaya Tuhan mengampuni kita selama kita masih tidur jika kita sudah berwudhu. Ini penting, jika suatu hari anda bermimpi bertemu bidadari lalu anda terkejut sehingga kaget setengah mati, mana mungkin orang seperti anda pantas mendapat bidadari, dan anda juga tidak merasa telah melakukan bom bunuh diri. Parahnya bidadarinya ada dua, anda pun kaget setengah mati sebanyak dua kali. Maka anda akan meninggal dalam keadaan diampuni dosa-dosanya jika sudah berwudhu.

3.      Menghadap kiblat. Ditinjau dari segi geografis, di Indonesia kita menghadap barat yang agak condong ke utara. Berarti, posisi tidur kita adalah dengan kepala di sebelah utara, dan kaki menjulur ke selatan. Secara lebih spesifik, nabi mencontohkan dengan miring ke kanan dan berbantal tangan kanan. Selain itu, nabi melarang tidur secara tengkurap karena selain tidak disukai Tuhan, tidak baik pula untuk kesehatan. Tidur telentang juga tidak baik untuk kesehatan, karena tang bukanlah sesuatu yang wajar ditelen.

4.      Membaca doa sebelum tidur. Selain doa sebelum tidur, nabi menganjurkan untuk membaca Al-Qur’an. Mengenai surat apa yang sebaiknya dibaca, ada banyak keterangan. Misalnya, membaca Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas (HR. Bukhari & Muslim). Atau membaca Ayat Kursi (HR. Bukhari). Bisa juga membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah (HR. Bukhari & Muslim). Surat Al-Kafirun juga boleh (HR. Abu Dawud). Kalau mau yang agak panjang, bisa baca Surat Al-Mulk dan As-Sajdah (HR. Bukhari). Bahkan Nabi pernah menyuruh supaya jangan tidur sebelum mengkhatamkan Al-Qur’an (30 juz), maksudnya adalah membaca Al-Ikhlas tiga kali, karena satu Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qur’an (Durrotun Nashihin). Intinya, sempatkan membaca Al-Qur’an, meskipun dari hafalan surat-surat pendek. Namun jika anda ingin membaca surat yang panjang, itu lebih bagus, barangkali anda adalah seorang penghafal Al-Qur’an.

Namun hati-hatilah ketika memilih surat yang akan dibaca. Karena dalam kitab At-Tibyan dikisahkan bahwa ada seorang ulama bernama Abu Usaid yang mempunyai kebiasaan membaca Surat Al-Baqarah sebelum tidur. Suatu hari ia ketiduran sebelum sempat membaca Surat Al-Baqarah lalu di dalam tidurnya ia bermimpi diseruduk sapi betina (baqarah = sapi betina). Paginya ia terbangun dan sedih bercampur menyesal karena lupa membaca Surat Al-Baqarah sebelum tidur. Padahal seandainya dia sebelum tidur biasa membaca Surat An-Nisaa (nisaa = perempuan ), maka dia akan gembira kalau terlupa membacanya. Karena bukan sapi betina yang akan menyeruduknya.

5.      Tips terakhir dan yang terpenting sebelum tidur adalah memaafkan semua orang, begitu anjuran nabi. Jangan sampai anda tidur membawa marah, dendam, dan segala perasaan negatif lainnya. Maafkanlah diri anda, orang lain, dan terutama maafkanlah saya jika tulisan ini tidak berkenan untuk anda. Terima kasih.