Tidur adalah hak segala bangsa. Tanpa tidur,
apalagi yang akan kita lakukan di atas kasur? Sebagaimana tidur adalah seni, keindahan
ritual tidur dapat direfleksikan dari bagaimana kita memandang tidur dan menyambutnya. Tulisan berikut sedikit atau banyak mungkin akan membantu,
bagaimana kita mendapatkan tidur yang berkualitas sehingga tidak hanya bobok cantik,
tapi juga bobok yang islamik.
Secara umum, manusia memandang tidur dengan
dua sudut pandang. Pertama, memandang tidur sebagai waktu istirahat untuk
memperbaiki metabolisme tubuh. Kedua, memandang tidur sebagai buang-buang
waktu, bahkan mengatakan bahwa tidur adalah saudara kematian. Entahlah, kalau
mereka bersaudara lalu siapa orang tuanya.
Dalam dunia santri, ada dua pandangan juga
tentang tidur. Pertama memandang tidur sebagai sunnah nabi, dimana nabi
sendiri mencontohkan dan menganjurkan untuk tidur di waktu-waktu tertentu
seperti setelah sholat isya lalu bangun di sepertiga malam yang terakhir, tidur
sebentar sebelum zhuhur, dan melarang tidur selepas subuh dan selepas asar.
Para santri di golongan pertama, mereka biasanya tidur lebih awal dan sangat
mudah tidur bahkan ketika sedang mengaji di kelas. Bisa dibilang, mereka juga
jarang sholat malam. Bagi mereka, ada sebuah riwayat yang mereka pegang teguh:
نوم العالم افضل من عبادة الجاهل
Tidurnya orang alim
lebih utama daripada ibadahnya orang jahil
Kedua memandang bahwa begadang itu lebih
baik daripada tidur. Kisah-kisah ulama yang sering begadang untuk menuntut
ilmu, berzikir, menulis kitab, membaca al-Quran, dan sebagainya menjadi justifikasi
tersendiri. Selain itu, ada sebuah peribahasa terkenal di dunia santri (mahfuzhat):
من طلب العلى سهر
الليالي
Barangsiapa ingin mendapatkan
keutamaan, maka
begadanglah
Maka jangan heran jika banyak santri yang suka ngopi karena
bisa dipastikan dia ada di golongan kedua. Tentu saja, mereka begadang ditemani kopi
sambil mengobrol bercanda. Maka tidak jarang kalau ada orang yang mudah marah
atau tersinggung, akan dibilang “kopimu kurang kenthel”
Para santri juga mempelajari adab sebelum tidur. Di antara
adab-adab sebelum tidur yaitu:
1.
Perhatikan
dengan siapa anda tidur. Pastikan anda tidak tidur di samping orang yang bukan mahram (orang yang haram dinikahi) anda. Bukan berarti juga tidur dengan pasangan halal anda akan
membuat tidur anda nyenyak. Karena dikisahkan bahwa Abu Nawas selalu tidak
betah ketika tidur dengan istrinya karena istrinya sangat bau apalagi ketika
tidur. Hingga suatu hari Abu
Nawas pulang membawa seekor monyet ke rumah. Istrinya bertanya pada Abu Nawas,
“Monyet ini akan tinggal di mana?”
“Di rumah kita”
“Tidurnya di mana?”
“Di kasur kita”
“Bagaimana dengan baunya?”
“Kalau aku saja kuat, monyet ini pasti juga kuat”
2.
Tidur
dalam keadaan suci. Nabi menganjurkan untuk berwudhu sebelum tidur, karena
malaikat akan mendoakan supaya Tuhan mengampuni kita selama kita masih tidur
jika kita sudah berwudhu. Ini penting, jika suatu hari anda bermimpi bertemu
bidadari lalu anda terkejut sehingga kaget setengah mati, mana mungkin orang
seperti anda pantas mendapat bidadari, dan anda juga tidak merasa telah melakukan bom bunuh
diri. Parahnya bidadarinya ada dua, anda pun kaget setengah mati
sebanyak dua kali. Maka anda akan meninggal dalam keadaan diampuni dosa-dosanya jika sudah berwudhu.
3.
Menghadap
kiblat. Ditinjau dari segi geografis, di Indonesia kita menghadap barat yang
agak condong ke utara. Berarti, posisi tidur kita adalah dengan kepala di
sebelah utara, dan kaki menjulur ke selatan. Secara lebih spesifik, nabi
mencontohkan dengan miring ke kanan dan berbantal tangan kanan. Selain itu,
nabi melarang tidur secara tengkurap karena selain tidak disukai Tuhan, tidak
baik pula untuk kesehatan. Tidur telentang juga tidak baik untuk kesehatan,
karena tang bukanlah sesuatu yang wajar ditelen.
4.
Membaca doa sebelum tidur. Selain doa
sebelum tidur, nabi menganjurkan untuk membaca Al-Qur’an. Mengenai surat apa
yang sebaiknya dibaca, ada banyak keterangan. Misalnya, membaca Al-Ikhlas,
Al-Falaq dan An-Naas (HR. Bukhari & Muslim). Atau membaca Ayat Kursi (HR.
Bukhari). Bisa juga membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah (HR. Bukhari
& Muslim). Surat Al-Kafirun juga boleh (HR. Abu Dawud). Kalau mau yang agak
panjang, bisa baca Surat Al-Mulk dan As-Sajdah (HR. Bukhari). Bahkan Nabi
pernah menyuruh supaya jangan tidur sebelum mengkhatamkan Al-Qur’an (30 juz),
maksudnya adalah membaca Al-Ikhlas tiga kali, karena satu Al-Ikhlas setara
dengan sepertiga Al-Qur’an (Durrotun Nashihin). Intinya, sempatkan membaca
Al-Qur’an, meskipun dari hafalan surat-surat pendek. Namun jika anda ingin
membaca surat yang panjang, itu lebih bagus, barangkali anda adalah seorang
penghafal Al-Qur’an.
Namun hati-hatilah ketika memilih surat
yang akan dibaca. Karena dalam kitab At-Tibyan dikisahkan bahwa ada seorang
ulama bernama Abu Usaid yang mempunyai kebiasaan membaca Surat Al-Baqarah
sebelum tidur. Suatu hari ia ketiduran sebelum sempat membaca Surat Al-Baqarah
lalu di dalam tidurnya ia bermimpi diseruduk sapi betina (baqarah = sapi
betina). Paginya ia terbangun dan sedih bercampur menyesal karena lupa membaca
Surat Al-Baqarah sebelum tidur. Padahal seandainya dia sebelum tidur biasa
membaca Surat An-Nisaa (nisaa = perempuan ), maka dia akan gembira kalau
terlupa membacanya. Karena bukan sapi betina yang akan menyeruduknya.
5.
Tips terakhir dan yang terpenting sebelum
tidur adalah memaafkan semua orang, begitu anjuran nabi. Jangan sampai anda
tidur membawa marah, dendam, dan segala perasaan negatif lainnya. Maafkanlah
diri anda, orang lain, dan terutama maafkanlah saya jika tulisan ini tidak
berkenan untuk anda. Terima kasih.