tag:blogger.com,1999:blog-52363916628748937832024-03-19T03:10:22.947-07:00blognya mochammad maolasilahkan mampir, jangan lupa tinggalkan komen :)Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-83263393211899133572017-05-23T09:05:00.001-07:002017-05-23T09:05:42.508-07:00Membohongi Allah<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Seperti
biasanya, setelah menunaikan sholat zhuhur di masjid kampus, Ghani langsung
menuju tempat favoritnya di selasar pojok selatan masjid bersandar di salah
satu tiang menghadap selatan. Dibukanya mushaf Al-Qur’an warna biru yang setia
menemaninya. Cuaca cerah dengan angin sepoi dari sisi selatan benar-benar mesra
sekali menyapu kerumunan manusia selepas zhuhur siang itu. Mulailah ia membaca
dan muraja’ah hafalannya. Ada yang lain pada siang yang cerah ini. Di salah
satu tempat di halaman masjid tampak semacam pertemuan suatu kelompok membahas
sesuatu hal yang sepertinya seru sekali. Ghani mulai mendaras dua-tiga lembar,
tapi perhatiannya terusik, apalagi kalau bukan karena suara berisik kelompok
tadi. Didengar-dengar, ternyata banyak suara takbir. Dilihat lagi oleh Ghani
dengan seksama. Ghani menutup mushhaf-nya, ia sangat butuh konsentrasi dan
kekhusyukan ketika ingin berkomunikasi dengan Allah. Dan siang ini, kebisingan
tadi benar-benar mengusiknya. Dari belakang, Asep yang baru saja selesai sholat
datang menghampiri Ghani. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Lihat
apa sih Kang?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sampeyan
tahu itu acara apa Sep?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mana?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Itu
pojokan yang rame-rame, dari tadi sepertinya seru sekali sampai tidak tahu
kalau seru yang seperti itu <i>saru</i>
dilakukan di kawasan masjid.” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Oh,
itu konsolidasi kang. Kan sebentar lagi pemilihan presiden BEM kampus. Sampeyan
mau pilih siapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Oh
iya to. Aku kira ada pengajian atau apa sep. Pakaianya rapi-rapi, yang putri
pakai jubah, yang putra jenggotan, duduknya dipisah pula. Yang bicara di depan
pakai peci juga.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ya
begitulah kang, mereka kan aktivis dakwah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Dakwah
apa politik sih Sep? kok sempat-sempatnya ngurusi hal begituan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Lho,
mereka kan mulia Kang, menjalankan politik secara islami dengan niat dakwah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dari
utara Hamdani datang menghampiri Asep dan Ghani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Assalamu’alaykum”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wa’alaykumussalam,
sini Dan.” Ghani dan Asep menjabat tangan Hamdani, ia segera ikut duduk di
samping mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kayaknya
ada obrolan seru nih, ngobrol apa kang?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kebetulan
Kang, sampeyan kan orang aktivis juga. Kang Ghani kayaknya masih buta politik
kampus.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Oh,
pasti lihat ikhwan-akhwat aktivis di pojokan itu ya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya
Dan, kok kayaknya mereka ini keren-keren ya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Jangan
percaya penampilan mereka Ghan, itu cuma kedok.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Maksudmu
Dan?” Ghani mulai mengalihkan perhatian kepada Hamdani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mereka
gayanya berdakwah, tapi itu bohong-bohongan Ghan. Aslinya mereka ini hanya
mempermanis penampilan supaya dapat masa dari orang-orang lantaran penampilan
mereka yang sekilas terlihat suci. Tapi aslinya mereka ini juga sama saja
dengan politikus-politikus yang mencari suara dan kekuasaan.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sampeyan
yakin dengan ucapan itu Dan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tapi
Kang, itu kan jawaban sampeyan yang memang berseberangan politik dengan
mereka?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kalau
aku beda Sep, aku memang mengidentifikasikan diriku sebagai orang pergerakan,
tidak membawa embel-embel agama dengan simbol-simbol maupun penampilan yang
sifatnya cuma penutup luar saja. Artinya, aku tidak bohong. Tapi coba kalian
lihat orang-orang itu, orang-orang awam jadi bingung membedakan mana dakwah
mana politik. Banyak masyarakat yang tertipu kebohongan mereka, dan itu artinya
strategi mereka berhasil.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Jadi
menurut sampeyan, mereka itu bohong-bohongan Dan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya
Ghan, jangan mudah percaya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kalau
begitu aku kasihan denganmu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hah?
Maksudnya apaan?” Hamdani cukup kaget dengan kata-kata Ghani yang terakhir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kalau
mereka bohong, terus apa masalahnya?” Ghani bertanya pada Hamdani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bohong
itu gak boleh kan? Dosa. Kupikir kita semua sepakat tentang hal itu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ya,
bohong itu gak boleh kalau untuk melayani nafsu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah,
apa lagi ini, kayaknya seru ini.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bisa
dijelaskan Ghan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Justru
kita ini harus melatih diri untuk berbohong. Tapi ingat, bukan bohong lantaran
nafsu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bohongku,
bohongmu, bohong kita, haruslah bohong yang membawa kita kepada cinta Allah.
Karena Allah sangat mudah dibohongi. Contoh mudahnya, ada hadits tentang
membaca Al-Qur’an. <i>Utluu Al-Qur’aana
wa-bkuu, fa in lam tabkuu fatabaakuu</i>. Bacalah Al-Qur’an dan menangislah.
Jika sampeyan tidak bisa menangis, maka pura-puralah menangis. Itu kan artinya
kita ini pura-pura sama Allah, kita membohongi Allah. Aslinya tidak nangis kok
dinangis-nangiskan. Tapi kok ya Allah mau-maunya dibohongi, itu lah yang harus
kita latih bagaimana bohong yang dicintai Allah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah,
dalem ini. Memang bohong yang mendatangkan cinta Allah itu yang seperti apa
Kang?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Yang
tidak pakai nafsu Sep. Tapi untuk bohong yang mengharap cinta, tentu bohongnya
pun harus dengan cinta. Kalau orang sudah saling cinta, lalu jujur terus
menerus malah tidak seru Sep. Justru dengan sedikit kebohongan-kebohongan yang
mesra bisa menambah cinta.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Betul
juga Ghan, mungkin seperti rayuan-rayuan gombal gitu ya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ya,
seperti itu bisa Dan. Rayuan-rayuan gombal itu kan aslinya omong kosong semua.
Tapi kok ya banyak orang-orang jadi tambah mesra dan cinta lantaran rayuan
gombal yang bohong-bohongan itu. Masak dunia cuma milik berdua, masak jantung
dan hati bisa dibelah-belah, dan lain sebagainya, sampeyan lebih jagolah untuk
urusan itu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hahaha,
tahu saja sampeyan ini.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kita
setiap hari juga sudah rajin membohongi Allah kok. Ketika sholat misalnya, kita
berniat sholat <i>lillaahi ta’ala</i>, hanya
untuk Allah. Tapi nyatanya sholat kita untuk masuk surga, menghindari neraka,
untuk dapat predikat sholih, dan sebagainya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah,
tersindir aku Kang, gue banget.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Dalam
kitab Ushfuriyah, ada sebuah kisah menarik tentang orang yang membohongi Allah.
Jaman dahulu kala, ada seseorang yang sangat cerdik. Nama panggilannya pun
menggambarkan kecerdikannya. Menurut orang-orang yang mengenalnya, dia ini
memang orang yang cerdas. Nah, pada suatu hari orang itu masuk pasar. Di pasar,
dia menipu orang-orang di dalamnya dan berhasil mengambil seorang laki-laki
dari suatu kaum. Dia mengajaknya dan menjabat tangannya, lalu dengan sok kenal dan
sok akrab berkata padanya. ‘ <i>Tahu nggak?
Sampeyan ini temannya bapakku. Aku mau silaturahim ke tempat sampeyan hari ini
boleh ya’</i>. Lalu jawab laki-laki tadi ‘ <i>Hah?
Tapi aku ndak kenal sama sampeyan dan bapak sampeyan</i>’. Lalu si orang cerdik
tadi bilang. ‘<i>Sampeyan dulu temannya
bapakku kok. Barangkali sampeyan sudah lupa karena sudah lama. Tapi aku masih
ingat kok.</i>’ Laki-laki tadi diam kemudian si cerdik berkata lagi. ‘<i>Ayolah, lagipula cuma bertamu kok. Ini
karena Allah semata mas</i>’. Akhirnya si orang cerdik bersama laki-laki tadi
mampir ke sebuah warung yang jual kepala hewan. Dia membeli kepala hewan itu,
roti, dan makanan. Di daerah itu ada sebuah kebiasaan bahwa pembeli membayar
makanan sesudah memakannya. Setelah laki-laki tadi makan dan tinggal tersisa
sekitar dua suapan, si orang cerdik keluar dari warung dengan alasan mau buang
air kecil. Nah, ketika laki-laki tadi selesai makan dan mau keluar warung,
penjual menagih uang untuk membayar makanan tadi. Tentu si laki-laki kelabakan,
‘<i>Aku cuma tamu pak, diajak sama orang
yang tadi itu lho</i>’. Penjual itu menjawab, ‘<i>Wah, lha ya saya tidak peduli mas siapa yang jadi tuan rumah siapa yang
jadi tamu. Sampeyan makan ya berarti harus bayar.</i>’ Begitulah kehidupan si
cerdik yang suka <i>ndobosi</i> orang lain.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wah,
konyol sekali. Jaman dulu ternyata sudah ada orang seperti itu ya Kang, parah.”
Asep menyandarkan diri di tiang masjid di sebelah Ghani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Bahkan
sampai mati pun orang itu masih suka licik, tapi licik di akhir hayatnya ini
licik karena mengharap rahmat dan cinta Allah. Ketika si cerdik ini sakit
kronis, dia membayar dua orang laki-laki dan berkata kepada mereka, ‘<i>Nanti kalau aku mati, tolong sampeyan berdua
bilang di belakang jenazahku bahwa aku ini
orang yang sholeh dan suka berbuat baik ya, dan sampeyan juga jangan
ninggalin aku sampai aku selesai dikubur</i>’. Lalu ketika si cerdik tadi mati,
dua orang laki-laki tadi melaksanakan tugasnya sebagaimana yang diinginkan si
cerdik tadi lalu pulang setelah selesai penguburan. Kemudian ada dua malaikat
masuk ke dalam kubur orang cerdik tadi dan mau memberi si cerdik tadi petanyaan
kubur. Tiba-tiba dua malaikat tadi mendengar suara Allah, ‘<i>Tinggalkanlah hamba-Ku ini. Sesungguhnya dia hidup penuh dengan tipu
daya dan mati juga tipu daya</i>’. Dua malaikat tadi kemudian tidak jadi
menanyai si cerdik, karena Allah sudah mengampuni si cerdik lantaran ada dua
orang yang bersaksi, bahkan meski dua orang saksi itu tadi dibayar. Si cerdik
tadi pun sukses membohongi malaikat, dan juga membohongi Allah.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ketiga
orang itu terdiam ketika sekelompok aktivis di pojokan bertakbir tiga kali.
Beberapa menit kemudian acara di pojokan taman masjid sudah selesai. Rombongan
mahasiswa-mahasiswi dengan atribut islam mulai berpisah. Sebagian masih tersisa
di tempat untuk membereskan peralatan dan menyapu lantai. Asep tak sadar
tertidur bersandar di tiang masjid mendengar Ghani membaca Al-Qur’an. Hamdani
yang dari tadi membolak-balik buku <i>Das
Kapital </i>tulisan Karl Marx, tiba-tiba menepuk bahu Ghani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Apa
Dan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Lalu
yang aku bingungkan dari tadi Ghan, mereka itu termasuk membohongi Allah atau
membohongi orang lain?”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Entahlah
Dan, dua-duanya bisa benar. Atau bisa jadi mereka membohongi diri mereka
sendiri. Menipu diri sendiri.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAkpAYIOrvfejFlnX5ou_HnZZfRk6FiBhquasZ3F4ZyzuVfL-Vn7WUTg_cGIdKsYwpEGHEn5_kARonbl_UprrMxDR-WPkAkGgL8T7p3mS8x-l-RgHBOnoBUJLQWXz6MPkcCmBL1aQTzrp0/s1600/IMG_20170521_082059+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAkpAYIOrvfejFlnX5ou_HnZZfRk6FiBhquasZ3F4ZyzuVfL-Vn7WUTg_cGIdKsYwpEGHEn5_kARonbl_UprrMxDR-WPkAkGgL8T7p3mS8x-l-RgHBOnoBUJLQWXz6MPkcCmBL1aQTzrp0/s320/IMG_20170521_082059+%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-5088519193266529432017-01-22T09:24:00.001-08:002017-01-22T09:24:27.114-08:0040 tahun dan 40 hari untuk Kakek
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Perkenalkan,
saya adalah peranakan Aceh yang tinggal di Jogja.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Sebagaimana
diaspora Aceh lainnya, saya sering ditanya oleh orang-orang tentang dua hal: ganja
dan GAM (Gerakan Aceh Merdeka).</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Punya
ladang ganja?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Kamu
mengkonsumsi ganja?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Rasanya
ganja itu gimana?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Saya pun
menjelaskan bahwa saya biasa makan ganja sebagai lalapan di Takengon, Aceh
Tengah. Jika orang jawa menggunakan daun singkong sebagai lalapan, kami
menggunakan ganja. Kalau Anda tahu, rasanya seperti daun marijuana. Apa bedanya
ganja dan marijuana? Marijuana itu tokoh wanita dalam film Spiderman, sedangkan
ganja adalah tokoh pria dalam film Crows Zero. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Tapi waktu
kecil saya memang pernah lihat teman main saya yang sudah agak dewasa, mereka
menggunakan ganja sebagai suplemen rokok. Caranya, mereka mengambil sebagian
tembakau dalam rokok, lalu memasukkan ganja kering, dan ditutup kembali dengan
tembakau. Kemudian mereka merokok di tempat tersembunyi. Saya pun
bertanya-tanya. Kalau ganja sudah disembunyikan di dalam rokok, buat apa mereka
sembunyi lagi? </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Biasanya
orang-orang memakai ganja untuk menambah percaya diri ketika tampil di depan
layar kaca atau di atas panggung. Selain itu, kadang ganja dikonsumsi untuk
melarikan diri dari masalah besar. Untuk ukuran teman-teman saya saat itu, yang
jelas tidak mungkin mereka mengkonsumsi ganja untuk meningkatkan </span><i><span style="font-family: Calibri;">self esteem</span></i><span style="font-family: Calibri;">
mereka di atas panggung atau layar kaca. Kalau pun memiliki masalah, masalah
terbesar kami saat itu adalah ketinggalan melihat serial Dragon Ball Z di
Minggu pagi. Maklum, saat itu rumah yang memiliki televisi hanya ada beberapa
di kampung, kami harus menuruni bukit selama satu jam. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Sedangkan
tentang GAM, saya tidak ragu mengatakan bahwa saya memiliki keluarga dengan
latar belakang GAM yang kuat. Salah satu hal yang menjadi alasan kuat adalah,
saya lahir di tanggal dan bulan yang sama dengan GAM, 4 Desember. Entah
bagaimana caranya, ayah saya bisa menghitung dengan tepat. Meskipun demikian,
keluarga saya sama sekali tidak pernah memberikan edukasi tentang falsafah dan
ideologi GAM kepada saya. Hanya saja ayah pernah bilang, kalau saya mau menjadi
bupati Aceh Tengah, jalannya mudah. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Tidak mudah
menjadi anggota keluarga yang berafiliasi pada gerakan yang dituduh makar.
Karena itu pula ada anekdot terkenal di Aceh.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Ada seorang
anggota GAM ditahan di Nusa Kambangan. Suatu hari, ayahnya mengirim surat dan
menyampaikan bahwa ayahnya ingin menanam jagung namun tidak ada yang bisa
mencangkul lahannya.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Ayah
jangan mencangkul lahannya, disitu saya mengubur banyak senjata dan bahan
peledak”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Surat
balasan dari anaknya ternyata terbaca oleh petugas. Lalu dikirimlah satu
peleton untuk mencari-cari keberadaan senjata tersebut. Hingga akhirnya ayahnya
mengirim surat lagi.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Tempo hari
ada tentara menggali lahan kita, apa yang harus kulakukan?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Sekarang
ayah bisa menanam jagung di sana.” </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Tentu saja
cerita itu tidak benar-benar terjadi. Dugaan saya cerita itu saduran dari kisah
serupa dari Abu Nawas. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Kakek saya
jauh lebih GAM daripada ayah saya. Kakek saya merupakan salah satu pejuang
kemerdekaan Indonesia namun tidak puas dengan pemerintahan yang ada saat itu.
Karenanya, beliau berjuang kembali lewat GAM. Hal itu membuat dirinya menjadi
target operasi pemerintah. Untuk menyiasatinya, kakek saya ternyata memiliki
tiga nama yang berbeda. Nama beliau di KTP adalah Rizal, di akte namanya Harun
Munthe, sedangkan panggilan sehari-hari adalah Abdul Ghani. Bahkan kakek saya
rela menghapus nama Teungku yang sudah diwariskan turun-temurun.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Jadi,
ketika ada operasi dari pemerintah, kakek saya selalu berhasil menghindar.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Apakah
Anda yang bernama Abdul Ghani?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Maaf, nama
saya adalah Rizal”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Mana
buktinya?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Ini KTP
saya.”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Lalu jika
di lain waktu ada lagi yang bertanya</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Apakah
Anda yang bernama Rizal?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Maaf, nama
saya adalah Harun Munthe”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Mana
buktinya?”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">“Ini akte
saya.”</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Calibri;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPEJSUIyAJ6siD0pMFA6Q0wHW4YffFLVWdqSnkeFh9hw1dXZFH0bP3ZIkzUlMhJhLNLSFxNc_aUgkGB4jGhUoiOMJ8VReJq2Mw7Bui_Unz0T1yCbrwB0TFuMBxzQtzqcSVLmmqpqg38GTP/s1600/15491902_1736534549690945_1466985577_o.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPEJSUIyAJ6siD0pMFA6Q0wHW4YffFLVWdqSnkeFh9hw1dXZFH0bP3ZIkzUlMhJhLNLSFxNc_aUgkGB4jGhUoiOMJ8VReJq2Mw7Bui_Unz0T1yCbrwB0TFuMBxzQtzqcSVLmmqpqg38GTP/s320/15491902_1736534549690945_1466985577_o.jpg" width="180" /></a></span></div>
<br />
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">4 Desember
2016 kemarin, GAM berulang tahun ke 40.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 11px;">
<span lang="EN-US" style="margin: 0px;"><span style="font-family: Calibri;">Sedangkan hari
ini, adalah 40 hari meninggalnya kakek saya.</span></span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-27110673824999302982016-12-31T07:20:00.001-08:002016-12-31T07:20:27.865-08:00Pretiduration
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Tidur adalah hak segala bangsa. Tanpa tidur,
apalagi yang akan kita lakukan di atas kasur? Sebagaimana tidur adalah seni, keindahan
ritual tidur dapat direfleksikan dari bagaimana kita memandang tidur dan menyambutnya<a href="https://www.blogger.com/null" name="_GoBack"></a>. Tulisan berikut sedikit atau banyak mungkin akan membantu,
bagaimana kita mendapatkan tidur yang berkualitas sehingga tidak hanya bobok cantik,
tapi juga bobok yang islamik. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Secara umum, manusia memandang tidur dengan
dua sudut pandang. Pertama, memandang tidur sebagai waktu istirahat untuk
memperbaiki metabolisme tubuh. Kedua, memandang tidur sebagai buang-buang
waktu, bahkan mengatakan bahwa tidur adalah saudara kematian. Entahlah, kalau
mereka bersaudara lalu siapa orang tuanya.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Dalam dunia santri, ada dua pandangan juga
tentang tidur. Pertama memandang tidur sebagai <i>sunnah</i> nabi, dimana nabi
sendiri mencontohkan dan menganjurkan untuk tidur di waktu-waktu tertentu
seperti setelah sholat isya lalu bangun di sepertiga malam yang terakhir, tidur
sebentar sebelum zhuhur, dan melarang tidur selepas subuh dan selepas asar.
Para santri di golongan pertama, mereka biasanya tidur lebih awal dan sangat
mudah tidur bahkan ketika sedang mengaji di kelas. Bisa dibilang, mereka juga
jarang sholat malam. Bagi mereka, ada sebuah riwayat yang mereka pegang teguh:</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-AE" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">نوم العالم افضل من عبادة الجاهل</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Tidurnya orang alim
lebih utama daripada ibadahnya orang jahil</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Kedua memandang bahwa begadang itu lebih
baik daripada tidur. Kisah-kisah ulama yang sering begadang untuk menuntut
ilmu, berzikir, menulis kitab, membaca</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> a</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">l-Quran, dan sebagainya menjadi justifikasi
tersendiri. Selain itu, ada sebuah </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">peribahasa</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> terkenal di dunia santri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> (<i>mahfuzhat</i>)</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">: </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span dir="RTL" lang="AR-AE" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">من طلب العلى سهر
الليالي</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Barangsiapa ingin </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">mendapatkan
keutamaan</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">, maka
begadanglah</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Maka jangan heran jika banyak santri yang suka ngopi</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> k</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">arena
bisa dipastikan dia ada di golongan kedua.</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> Tentu saja, mereka begadang ditemani kopi
sambil mengobrol bercanda. Maka tidak jarang kalau ada orang yang mudah marah
atau tersinggung, akan dibilang “<i>kopimu kurang kenthel</i>”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Para santri juga mempelajari adab sebelum tidur. Di antara
adab-adab sebelum tidur yaitu:</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"><span style="margin: 0px;">1.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt "Times New Roman"; margin: 0px;">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Perhatikan
dengan siapa anda tidur. Pastikan anda tidak tidur di samping orang yang bukan <i>mahram</i></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> (orang yang haram dinikahi)</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> anda. Bukan berarti juga tidur dengan pasangan halal anda akan
membuat tidur anda nyenyak. Karena dikisahkan bahwa Abu Nawas selalu tidak
betah ketika tidur dengan istrinya karena istrinya sangat bau </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">apalagi </span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">ketika
tidur. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Hingga s</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">uatu hari Abu
Nawas pulang membawa seekor monyet ke rumah. Istrinya bertanya pada Abu Nawas,</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">“Monyet ini akan tinggal di mana?”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">“Di rumah kita”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">“Tidurnya di mana?”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">“Di kasur kita”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">“Bagaimana dengan baunya?”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">“Kalau aku saja kuat, monyet ini pasti juga kuat”</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"><span style="margin: 0px;">2.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt "Times New Roman"; margin: 0px;">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Tidur
dalam keadaan suci. Nabi menganjurkan untuk berwudhu sebelum tidur, karena
malaikat akan mendoakan supaya Tuhan mengampuni kita selama kita masih tidur
jika kita sudah berwudhu. Ini penting, jika suatu hari anda bermimpi bertemu
bidadari lalu anda terkejut sehingga kaget setengah mati, mana mungkin orang
seperti anda pantas mendapat bidadari</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">, dan anda juga tidak merasa telah melakukan bom bunuh
diri</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">. Parahnya bidadarinya ada dua, anda pun kaget setengah mati
sebanyak dua kali. Maka anda akan meninggal dalam keadaan diampuni dosa-dosanya</span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> jika sudah berwudhu</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"> </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"><span style="margin: 0px;">3.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt "Times New Roman"; margin: 0px;">
</span></span></span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Menghadap
kiblat. Ditinjau dari segi geografis, di Indonesia kita menghadap barat yang
agak condong ke utara. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Berarti, posisi tidur kita adalah dengan kepala di
sebelah utara, dan kaki menjulur ke selatan. Secara lebih spesifik, nabi
mencontohkan dengan miring ke kanan dan berbantal tangan kanan. Selain itu,
nabi melarang tidur secara tengkurap karena selain tidak disukai Tuhan, tidak
baik pula untuk kesehatan. Tidur telentang juga tidak baik untuk kesehatan,
karena tang bukanlah sesuatu yang wajar ditelen. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"><span style="margin: 0px;">4.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt "Times New Roman"; margin: 0px;">
</span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Membaca doa sebelum tidur. Selain doa
sebelum tidur, nabi menganjurkan untuk membaca Al-Qur’an. Mengenai surat apa
yang sebaiknya dibaca, ada banyak keterangan. Misalnya, membaca Al-Ikhlas,
Al-Falaq dan An-Naas (HR. Bukhari & Muslim). Atau membaca Ayat Kursi (HR.
Bukhari). Bisa juga membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah (HR. Bukhari
& Muslim). Surat Al-Kafirun juga boleh (HR. Abu Dawud). Kalau mau yang agak
panjang, bisa baca Surat Al-Mulk dan As-Sajdah (HR. Bukhari). Bahkan Nabi
pernah menyuruh supaya jangan tidur sebelum mengkhatamkan Al-Qur’an (30 juz),
maksudnya adalah membaca Al-Ikhlas tiga kali, karena satu Al-Ikhlas setara
dengan sepertiga Al-Qur’an (Durrotun Nashihin). Intinya, sempatkan membaca
Al-Qur’an, meskipun dari hafalan surat-surat pendek. Namun jika anda ingin
membaca surat yang panjang, itu lebih bagus, barangkali anda adalah seorang
penghafal Al-Qur’an.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify;">
<span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Namun hati-hatilah ketika memilih surat
yang akan dibaca. Karena dalam kitab At-Tibyan dikisahkan bahwa ada seorang
ulama bernama Abu Usaid yang mempunyai kebiasaan membaca Surat Al-Baqarah
sebelum tidur. Suatu hari ia ketiduran sebelum sempat membaca Surat Al-Baqarah
lalu di dalam tidurnya ia bermimpi diseruduk sapi betina (<i>baqarah</i> = sapi
betina). Paginya ia terbangun dan sedih bercampur menyesal karena lupa membaca
Surat Al-Baqarah sebelum tidur. Padahal seandainya dia sebelum tidur biasa
membaca Surat An-Nisaa (<i>nisaa </i>= perempuan ), maka dia akan gembira kalau
terlupa membacanya. Karena bukan sapi betina yang akan menyeruduknya.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 11px 48px; text-align: justify; text-indent: -18pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;"><span style="margin: 0px;">5.<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt "Times New Roman"; margin: 0px;">
</span></span></span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; margin: 0px;">Tips terakhir dan yang terpenting sebelum
tidur adalah memaafkan semua orang, begitu anjuran nabi. Jangan sampai anda
tidur membawa marah, dendam, dan segala perasaan negatif lainnya. Maafkanlah
diri anda, orang lain, dan terutama maafkanlah saya jika tulisan ini tidak
berkenan untuk anda. Terima kasih.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-jQ3ZDngU4UlKW8F5ED84Y0euhIlOzh4u1RUuITHOn69ncnqvqkLcC0pzcnwQUsbNb5tjtQQPoHC5pekPIFMCGlbUwX6i-s-YKdOH30cHInWA-kZNxO742b7lWzL6EX0zrMduI5dLsHxZ/s1600/IMG-20150913-WA0007.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-jQ3ZDngU4UlKW8F5ED84Y0euhIlOzh4u1RUuITHOn69ncnqvqkLcC0pzcnwQUsbNb5tjtQQPoHC5pekPIFMCGlbUwX6i-s-YKdOH30cHInWA-kZNxO742b7lWzL6EX0zrMduI5dLsHxZ/s320/IMG-20150913-WA0007.jpg" width="240" /></a></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-3905478186682748782016-11-02T09:20:00.002-07:002016-11-02T09:20:44.553-07:00Saya Berburu Sanad
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Di dunia
pesantren, banyak sekali santri yang senang berburu ijazah wirid atau amalan
kepada para kyai. Saya pun pernah demikian. Namun belakangan, saya lebih suka
mencari sanad untuk menyambungkan rantai saya sampai Kanjeng Nabi. Baik itu
sanad keilmuan, sanad kitab, hadits, dzikir, dan sebagainya. Misalnya, pada fan
ilmu fiqih saya mencoba menarik-narik rantai saya sampai Kanjeng Nabi,
alhamdulillah masih bertemu. Hal itu saya sampaikan ketika mengaji qowaid fiqh.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Pengajian kitab
qowaidul fiqhiyah dengan menggunakan kitab susunan Al-Maghfurlah KH Humam Bajuri
(pendiri Pondok Pesantren Al-Imdad) sepertinya sedang hits di sekitar Krapyak.
Setelah Pak Hilmy membuka pengajian dengan kitab tersebut, di tempat pengajian
lain juga mengikuti. Kemarin dari Pondok
Bangunjiwo ada yang mencari kitab tersebut di kantor Diniyah Krapyak. Saya pun
diminta untuk membacakan kitab tersebut untuk santri kelas 3 madrasah diniyah
di komplek NSPI. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Biasanya,
pembacaan sanad di baca pada akhir pe<a href="https://www.blogger.com/null" name="_GoBack"></a>lajaran. Namun saya menyampaikan
di awal agar menjadi motivasi para santri. Awalnya dulu saya mengaji qowaid fiqh
dengan Pak Fakhruddin Yusuf. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Pak
Fakhruddin Yusuf dulu mondok di Tremas Pacitan, lalu pindah ke Krapyak sembari menyelesaikan
S1 di UIN Sunan Kalijaga dan S2 di UGM. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Di Krapyak,
beliau juga berguru kepada Al-Maghfurlah KH Zainal Abidin Munawwir. Mbah Zainal
punya guru utama tidak lain adalah Al-Maghfurlah KH Ali Maksum. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Mbah Ali
Maksum dulu juga mondok di Tremas Pacitan, beliau juga berguru pada ayah beliau
sendiri, Al-Maghfurlah KH Maksum Ahmad Lasem.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Mbah Maksum
Lasem berguru kepada ulama besar asal Indonesia di tanah haram, Syaikh Mahfudz
At-Tarmasi.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Mahfudz
At-Tarmisi punya guru banyak, namun utamanya dalam bidang fiqh adalah Sayyid
Abu Bakr Syatho, penyusun kitab I’anatu Thalibin hasyiah Fathul Mu’in. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Sayyid Abu
Bakr Syatho sendiri belajar kepada Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, penyusun kitab Syarah
Jurumiyah. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Lalu Sayyid
Ahmad Zaini Dahlan belajar kepada Syaikh ‘Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh
‘Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi belajar kepada Syaikh Abdullah bin Hijazy As-Syarqawi.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Abdullah
bin Hijazy As-Syarqawi belajar kepada Syaikh Muhammad bin Salim Al-Hifni.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh
Muhammad bin Salim Al-Hifni belajar kepada</span></span><span dir="RTL" lang="EN-US" style="font-family: "Arial","sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-AE; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">
</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;"> Syaikh Ahmad al-Khalifi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Ahmad Al-Khalifi belajar kepada Syaikh Ahmad Al-Basyisyi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Ahmad Al-Basyisyi belajar kepada Syaikh Ali bin Ibrahim Al-Halabi
dan Syaikh Sulthon bin Ahmad Al-Muzahi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Ali bin Ibrahim Al-Halabi belajar kepada Syaikh Ali Az-Ziyadi sedangkan
Syaikh Sulthon bin Ahmad Al-Muzahi belajar kepada Syaikh Muhammad Al-Qushri</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Sulthon bin Ahmad Al-Muzahi dan Syaikh Muhammad Al-Qushri belajar
kepada Syaikh Syihabuddin Ar-Ramli, Syaikh Syamsuddin Ar-Ramli, Syaikh Khatib
Asy-Syarbini, dan Syaikh Ahmad bin Hajar (Ibnu Hajar) Al-Haitsami.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Syihabuddin Ar-Ramli, Syaikh Syamsuddin Ar-Ramli, Syaikh Khatib
Asy-Syarbini, dan Syaikh Ahmad bin Hajar (Ibnu Hajar) Al-Haitsami belajar
kepada Syaikh Zakariya Al-Anshori</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Syaikh Zakariya Al-Anshori belajar kepada Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani belajar kepada Imam Sirajuddin Umar Ibnu
Al-Mulaqin</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ibnu Al Mulaqin belajar kepada Imam Al-Jamal Abdurrahim bin
Al-Hasan Al-Isnawi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Al-Jamal Al-Isnawi belajar kepada Imam Taqiyudin ‘Ali bin Abdul
Kafi As-Subky </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Taqiyudin As-Subky belajar kepada Imam Ahmad bin Muhammad Ibnu Ar-Rif’ah
Al-Mishri</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ibnu Ar-Rif’ah belajar kepada Imam Muhammad bin ‘Ali bin Daqiq Al-‘Ied</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ibnu Daqiq Al-‘Ied belajar kepada Sulthonul Ulama Al-Imam ‘Izzudin
bin Abdul Aziz bin Abdissalam</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam ‘Izzudin bin Abdissalam belajar kepada Al-Hafizh Abdurrahman bin
Muhammad bin ‘Asakir</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Al-Hafizh Ibnu ‘Asakir belajar kepada Imam Ibnu Mas’ud bin Muhammad
An-Naisaburi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ibnu Muhammad An-Naisaburi belajar kepada Imam ‘Umar bin Isma’il
Ad-Damighani</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ad-Damighani belajar kepada Hujjatul Islam Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Al-Imam Abu Hamid Al-Ghazali belajar kepada Al-Imam Al-Haramain Abdul
Malik bin Abdullah Al-Juwaini</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Al-Imam Al-Haramain Abdul Malik Al-Juwaini bin Abdullah belajar kepada
Al-Imam Abdullah Juwaini</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Abdullah Juwaini belajar kepada Imam Abdullah bin Ahmad Al-Qaffal
Ash-Shaghir</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Al-Qaffal Ash-Shaghir belajar kepada Imam Abi Yazid Al-Marwazi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Abi Yazid Al-Marwazi belajar kepada Imam Abi Ishaq Al-Marwazi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Abi Ishaq Al-Marwazi kepada Imam Ahmad bin Suraij Al-Baghdadi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Ahmad bin Suraij Al-Baghdadi belajar kepada Imam ‘Utsman bin Sa’id
bin Basyar Al-Anmathi</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Al-Anmathi belajar kepada Imam Isma’il bin Yahya Al- Muzani</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Muzani belajar kepada Imam Muhammad bin Idriss Asy-Syafi’i</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Syafi’I belajar kepada Imam Malik</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Malik belajar kepada Imam Nafi’</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Imam Nafi’ belajar kepada Sayyidina Ibnu Umar</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Sayyidina Ibnu Umar belajar kepada Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi
wa sallam</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Lahumul-fatihah</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Saya berburu sanad dengan penuh semangat. Setiap ada ulama yang saya
pandang pantas saya minta sanadnya, saya akan mendatanginya, meskipun dengan
segala keterbatasan saya. Beberapa tahun lalu saya ke Kulon Progo untuk
menerima ijazah ‘amah dari Syaikh Ali Ash-Shobuni. Ya, Syaikhh Shobuni yang
terkenal sebagai mufassir, yang menulis kitab Rowai’ul Bayan fi Tafsiri Ayatil
Ahkam dan Shofwatut Tafasir. Beruntung sekali saya rasanya. Sekitar sebulan
yang lalu saya ke Purworejo yang katanya ada ijazahan dari Syaikh Hisyam Kamil
Al-Azhari dari Mesir. Malangnya, karena hujan deras disertai buta arah
Purworejo, saya melewatkan ijazah Arba’in Nawawi. Tapi saya cukup beruntung
karena masih kebagian mendapatkan ijazah ‘Aqidatul ‘Awwam dan Matn Al-Ghayah wa
At-Taqrib.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Beberapa bulan yang lalu, UGM kedatangan Syaikh Taufiq Al-Buthi, putra
dari Asy-Syahid Syaikh Sa’id Ramadhan Al-Buthi. Selesai acara seminar, saya
menunggu Syaikh Taufiq di ruang tunggu. Dan ketika bertemu, saya langsung meminta
ijazah kitab-kitab ayahandanya. Beruntung sekali saya karena beliau bersedia
memberikannya dan bonus hizib nawawi juga. Dua bulan lalu di Masjid Agung
Bantul juga bertemu Syaikh Fadhil Al-Jailani, keturunan dari Syaikh Abdul Qadir
Al-Jailani qs. Kepada beliau, saya meminta ijazah kitab-kitab datuknya,
beruntung sekali saya beliau bersedia memberikannya dan juga mendoakan saya.
Saya awalnya ragu, apakah mungkin meminta ijazah dari ahli waris? Karena
beliau-beliau berkenan memberikannya maka saya yakin hal itu diperbolehkan.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Saya juga punya beberapa teman di pondok yang menjadi pemburu sanad.
Namun mereka pelit-pelit jika saya minta sanadnya. Ada yang pernah mendapat
sanad dari Mbah Maimun Zubair, ada yang dari Sayyid Said Agil Al-Munawwar, dan
sebagainya. Namun ada juga yang baik, kita berbagi sanad seperti para ulama
dulu saling mendengar sanad. Kita juga saling memberikan informasi jika ada
ulama-ulama yang bisa didatangi untuk dimintai sanad.</span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Memiliki sanad tidak berarti justifikasi bahwa ilmu kita sama persis
dengan para ulama periwayat. Saya punya sanad kitab Shofwatu Tafasir, bukan
berarti jika saya mengajar kitab tersebut akan sama dengan penjelasan Syaikh
Ash-Shobuni. Namun kata Imam Nawawi, sanad adalah tradisi Islam yang harus
dijaga. Dengannya, kita tahu kepada siapa kita belajar. </span></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-AE;"><span style="font-family: Calibri;">Karena guru dari guru kita adalah guru kita juga.</span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMORwE8Duk_Iqfg1M5xVeWtimosehf__iGcg9zTRz29AJhHgkUclyAKNnhc9yorUyHO6hlB3KYXALg9M9-a5GMOrwHwOxX_qz9grGhkDn74fHj9tEgLAwuP3QHvXBk8tgx0r-NSZNib6lz/s1600/IMG-20160506-WA0055.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMORwE8Duk_Iqfg1M5xVeWtimosehf__iGcg9zTRz29AJhHgkUclyAKNnhc9yorUyHO6hlB3KYXALg9M9-a5GMOrwHwOxX_qz9grGhkDn74fHj9tEgLAwuP3QHvXBk8tgx0r-NSZNib6lz/s320/IMG-20160506-WA0055.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
pic: Berburu ke Lasem</div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-88656493864265289132016-06-04T13:06:00.001-07:002016-06-04T13:09:33.484-07:00Sufi yang Suka Berkelahi<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Rasanya aneh, jika seorang sufi
terkenal sebagai orang yang suka berkelahi, memukuli orang lain, dan
semacamnya. Atribusi negatif seperti itu sangat tidak pantas dilekatkan kepada
seorang sufi, seorang yang mendekatkan diri pada Allah, seorang yang menjauhi
dunia. Tidak heran kita sering mendengar atau membaca sufi-sufi atau wali-wali
yang berdakwah dengan lemah-lembut, santun, dan tidak melukai orang lain.
Alih-alih mengalahkan orang lain, mereka berjuang untuk menaklukan diri
sendiri, sebagaimana petuah Kanjeng Nabi:</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ
نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Orang yang kuat bukanlah orang yang
tidak bisa dikalahkan, tapi orang yang bisa menguasai dirinya ketika marah</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Muhammad Ali (Allahu yarham), adalah
seorang Muslim, Asy’ari, Sufi. Ia memiliki banyak guru sufi di berbagai penjuru
dunia seperti Syaikh Ahmad Kuftaro, Syaikh Hisyam Kabbani dan lain-lainnya.
Bahkan, ia pernah berbaiat kepada Syaikh Nazim Haqqani qs (Tarekat
Naqsyabandiyah Haqqaniyah / Nazimiyah). Bila kita membaca banyak meme atau
quote dari beliau yang marak setelah kewafatannya, kita banyak mendapati hikmah
yang elegan dari seorang petinju, juara dunia, tapi sufi. Mana mungkin sufi itu
petinju? Yang sukanya memukuli orang lain? Meski tak bersalah sekali pun?
Apakah ini anomali?</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Nabi Khidir.</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sufi mana yang tidak kenal Nabi
Khidir?</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Kisah Nabi Musa berguru pada Nabi
Khidir adalah cerminan dari pertemuan antara dunia syariat dan hakikat. Nabi
Khidir, gurunya para sufi. Konon, semua wali mendapat stempel dari Nabi Khidir.
Maka kita tentu ingat bagaimana Nabi Khidir, di hadapan Nabi Musa, tanpa belas
kasihan memukul seorang anak tak bersalah, karena ia mengetahui apa yang akan
terjadi kelak di masa depan. Nabi Khidir, bukan sekedar sufi, bukan sekedar
wali, tega memukul seorang anak kecil tak bersalah hingga mati.</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Pada kisah-kisah sufi lainnya dari
penjuru dunia, kita tidak memungkiri banyak sufi yang juga ahli perang dan bela
diri. Misal, salah seorang wali yang dikenal dengan nama Sayyid Amir Kulal,
dari daerah Bucharest. Beliau masyhur sebagai keturunan Kanjeng Nabi yang menguasai
ilmu syariat dan hakikat, namun hobi bergulat. Tidak tanggung-tanggung,
berbagai aliran martial arts dia kuasai dengan baik. Maqamnya dalam ilmu syariat,
hakikat, dan gulat sudah teramat tinggi. Hal ini yang membuat salah seorang
pemuda heran, mana mungkin seorang wali tapi suka berkelahi? Hingga akhirnya
pemuda itu tertidur dan bermimpi sedang menghadapi kiamat dan berada dalam
suatu kesulitan yang pelik. Datanglah Sayyid Amir Kulal memberikan pertolongan
(syafaat) dalam mimpinya itu. Ketika pemuda itu terbangun, ia menmdapati Sayyid
Amir Kulal sudah berada di sampingnya dan ia pun bertambah yakin pada Sayyid
Amir Kulal.</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sebuah kisah lain dari bumi Persia,
bercerita tentang Mahmud. Ia adalah seorang wali, namun jawara dalam bergulat. Ia
dijuluki Pahlawan Mahmud (Pahlevi Mahmud), superhero dari daerah Khawarizm.
Alkisah, Raja India menghelat lomba gulat, India-Open Championship, Ten Ka Ichi
Budokkai. Ia mengundang Raja Khawarizm untuk berpartisipasi dalam event
tersebut. Raja Khawarizm menyetujui, dan mengutus superheronya, Mahmud. Bukan
main senangnya Raja India, ia juga mengirim utusan terbaiknya untuk melawan
Mahmud. Sebelum hari pertandingan, Mahmud menginap di sebuah rumah seorang sufi
untuk mencari ketenangan spiritual. Mengetahui bahwa tamu yang menginap adalah
sufi, bahkan wali yang hendak bertanding esok hari, sang sufi pemilik rumah
berdoa, yang doanya didengar oleh Mahmud. </span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">“Tuhan, anakku bekerja untuk Raja
India, dan esok hari ia akan menghadapi utusan dari Khawarizm, bahkan ia adalah
wali. Jika ia memang benar wali, dia pasti mudah mengalahkan anakku, padahal
anakku adalah satu-satunya yang kumiliki di dunia ini”</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Esoknya Mahmud datang ke arena
pertandingan, dalam beberapa pukulan Mahmud terjatuh dan kalah. Mahmud lantas
menulis syair rubaiyat:</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Raja dari ego, dialah orang kuat
sebenarnya # Orang yang kuat dengan budak tidaklah sama</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Tidak gagah menghajar orang yang
lemah # Menyayangi orang malang, itulah orang yang menang</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZx4qHkM24_zIxTHbaZbZ0by5DemrydQHOFebECHn2MVqA2xoyGdZKM2TpsHBsODsx9gvllrOIgsJR3sPi5XzYwuDOMXzdKGqxZfd4-Adj_cgIrcv4ONeY-3yHlc8DQqrnbB6ToSQlEU7p/s1600/140131092054-20-religious-athletes-horizontal-large-gallery.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZx4qHkM24_zIxTHbaZbZ0by5DemrydQHOFebECHn2MVqA2xoyGdZKM2TpsHBsODsx9gvllrOIgsJR3sPi5XzYwuDOMXzdKGqxZfd4-Adj_cgIrcv4ONeY-3yHlc8DQqrnbB6ToSQlEU7p/s320/140131092054-20-religious-athletes-horizontal-large-gallery.jpg" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Dari cerita-cerita itu, kita bisa
melihat seorang wali sekaligus seorang yang pandai berkelahi. Ini menghapus
gambaran kita tentang sufi yang puasa terus menerus hingga badan kurus kering
dan lemah, dengan alasan zuhud atau entah apa pun itu. Seorang sufi yang
mendalam ilmu syariatnya, tinggi menjulang ilmu hakikatnya, gagah perkasa fisiknya,
namun lemah-lembut <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan welas-asih hatinya.
Hal ini mengingatkan kita pada sosok Al-Imam Junayd al-Baghdadi qs.</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span></span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sebagaimana tercatat dalam kitab
Tajalliyat al-Jadzb karangan Maulana Hakim Muhammad Akhtar, Imam Junayd pada
masa mudanya juga seorang pegulat. Ia jawara tak terkalahkan, invincible. Ia
mendapatkan penghidupan dengan profesinya sebagai pegulat. Kehebatan itu
membuat Raja berinisiatif untuk mengadakan sayembara, barangsiapa bisa
mengalahkan Junayd, akan diberi hadiah besar. Terdengarlah berita itu pada
seorang pria kurus yang hendak menantang Junayd. </span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="color: #141412; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sampai di ring
pertandingan, pria kurus itu membisiki Junayd:</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="color: #141412; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">“Aku adalah keturunan Kanjeng
Nabi. Anakku banyak, dan mereka kelaparan. Bagaimana jika sampeyan mengorbankan
nama, posisi dan kehormatan sampeyan demi kami? Sampeyan bisa memenuhi
kebutuhan kami setahun penuh dengan hadiah itu. Sampeyan juga akan dicintai Kanjeng
Nabi dunia akhirat.”</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="color: #141412; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Junayd tanpa pikir
panjang, melawan pria kurus itu dengan tanpa kekuatan, hingga akhirnya
menjatuhkan diri dan kalah. Hari itu untuk pertama kalinya, di hadapan raja dan
penonton se-negara, ia mengalah oleh seorang pria kurus. Malam harinya, Junayd
bermimpi, bermimpi bertemu Kanjeng Nabi. Kanjeng Nabi berpesan pada Junayd:</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="color: #141412; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">“Wahai Junayd, sampeyan
sudah mengorbankan kehormatan dan ketenaran. Nama dan posisi yang disanjung di
seluruh penjuru Baghdad, ditukar demi ekspresi cintamu untuk anak-anakku yang sedang
kelaparan. Mulai detik ini dan seterusnya, namamu tercatat dalam daftar Auliya
(wali Allah).”</span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="color: #141412; font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Congratulation! </span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-26123217421424107982016-04-15T10:41:00.005-07:002016-04-15T10:41:56.024-07:00Pesantren, Harvard, dan Alasan Mengapa Kita Tidak Butuh LPDP
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Saya Tidak Butuh LPDP</span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Siapa mahasiswa Indonesia yang tidak kenal LPDP, sebuah
beasiswa lezat dari pemerintah yang diperebutkan mahasiswa se-Indonesia. Saya
juga pernah memperebutkannya, dua kali, gagal semua. Sesuai peraturan, jika
gagal dua kali maka tak bisa mendaftar lagi. Secara jujur, saya pun iri dengan
teman-teman, kakak kelas, atau adik kelas yang mengunggah foto-foto
keberhasilan mereka menembus LPDP, ketika mengikuti PK, dan semacamnya. Tidak
sedikit (bahkan hampir semuanya) teman-teman facebook yang mengunggah hal
tersebut segera saya unfollow akun facebooknya. Karena itu membuat saya hasud,
lalu teringat dan berpikir, apa alasan saya tidak lolos seleksi tersebut? Dalam
hal ini tidak ada transparansi yang jelas dari panitia. Meskipun saya mengakui,
jika kriterianya adalah mahasiswa yang aktif organisasi, berpengalaman riset,
memenangkan kejuaraan, saya kalah telak. Tapi itu bukan tanpa alasan.</span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Belakangan ada berita keren, kolega saya di pesantren
Krapyak, berhasil menembus Harvard dan mendapatkan beasiswa bebas uang kuliah,
dan sejumlah saku untuk living cost dari Harvard. Namun karena dirasa belum
cukup untuk tinggal di sana, kolega saya ingin mencari sponsor lain, setelah
dia sendiri juga ditolak oleh LPDP. Sebagai sesama santri, berat memang untuk
bisa menjadi seideal mahasiswa berprestasi lainnya. Kami tidak sebebas dan
seluang mahasiswa yang tinggal di rumah atau di kos. Kami tidak bisa seenaknya
pergi dari pondok, setiap pagi dan malam kami harus mengaji, menyiapkan setoran
hafalan, belum lagi yang menjadi pengurus pondok. Dengan itu semua, berat bagi
kami untuk aktif di organisasi, riset-riset produktif, berlatih untuk menjuarai
lomba demi lomba, dan sebagainya. Saya masih ingat dulu ketika S1, hampir tiap
hari saya memiliki agenda rutin. Paginya saya mengaji, lalu berangkat kuliah,
siangnya mengajar les privat, sorenya mengajar diniyah sambil menyiapkan
setoran</span><span style="mso-spacerun: yes;"><span style="font-family: Calibri;"> </span></span><span style="font-family: Calibri;">hafalan, bakda maghrib setoran
Al-Qur’an, bakda Isya mengaji diniyah dan selesai sekitar pukul setengah
sepuluh malam. Entah, aktivitas saya tersebut apakah masuk pada pengalaman organisasi,
riset, atau kejuaraan? Apakah memberi kesan positif pada interviewer LPDP?
Entahlah. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Saya tidak buta organisasi. Selama S1, saya sempat menjadi
koordinator bidang Syiar di LDK Fakultas, bahkan hampir menjadi ketua LDK
Fakultas. Namun ketika musyawarah pemilihan, saya tidak hadir. Saya juga
menjadi panitia ospek 2 tahun, pernah menjadi ketua panitia talkshow tingkat
nasional, direktur tim trainer dan outbond, dan sejumlah kepanitiaan. Tapi
jangan menyamakan saya dengan aktivis BEM yang kritis, kuliah lama, kaki tangan
partai, dan semacamnya. Naif. Saya buta riset, dalam artian riset-riset yang
dipublikasikan, memenangkan karya ilmiah, dan semacamnya. Riset mandiri yang
saya lakukan murni hanya skripsi. Namun beberapa kali saya juga membantu riset
teman-teman yang lolos karya ilmiah. Meskipun nama saya tidak dimasukkan sama
sekali, hei, dan saya juga memang tidak memintanya sih. Saya juga tidak pernah
memenangkan lomba secara mandiri. Lomba kolektif yang pernah saya menangkan
adalah bersama teman-teman Peleton Inti di SMA dari tingkat kota hingga
provinsi. Pernah pula saya mengikuti seleksi lomba MTQ mahasiswa bidang
tahfidz, dua kali tak pernah lolos. Dan saya bersyukur tidak lolos, karena
pondok saya kurang setuju santri-santrinya mengikuti lomba-lomba sedemikian. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Saya juga tidak heran dengan orang-orang yang dengan
mudahnya mengisi pengalaman organisasi, riset, atau kejuaraan seenaknya
sendiri. Saya tidak mengatakan mereka berbohong. Namun saya paham jika panitia
LPDP terpesona pada riset-riset terbaru, jabatan-jabatan organisasi yang
prestisius, dan semacamnya. Pernah saya lihat ada orang menuliskan posisinya
sebagai ketua organisasi xxx nasional. Ternyata itu hanya organisasi buatannya
sendiri, namun kosong kepengurusan dan programnya. Dan berbagai derivasi dari
model tersebut sebagai pembesar identitas mereka. Apalah artinya saya yang
hanya mengurus madrasah diniyah warisan pendahulu, menghidup-hidupinya,
membesarkan hati anak-anak untuk mengaji, menguatkan konsolidasi antar ustadz,
dan sebagainya. Jelas berbeda dengan para jawara, aktivis, atau periset yang
layak mendapat beasiswa. Dan memang saya juga buta popularitas. Mengapa harus
populer, bagaimana untuk populer, lalu mau apa jika sudah populer?</span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Semangat untuk belajar, untuk kuliah, jangan anggap surut
meski saya tidak mendapatkan suntikan LPDP. Sejak SD, SMP, SMA, dan S1, bahkan
ketika di pondok, saya selalu mendapat beasiswa. Entah full, atau sebagian. Pada
akhirnya, alhamdulillah saya bisa melanjutkan S2 di UGM dengan beasiswa pula.
Selain itu, di pondok saya juga diamanahi menjadi pembimbing asrama, yang
artinya saya tinggal gratis di pondok bahkan mendapat bisyaroh cukup tiap
bulannya, dan katering tiap pagi dan sore. Di luar sana banyak sekali beasiwa
selain LPDP. Saya berani menulis judul di atas, karena saya sudah mendapat
beasiswa lain, dan sudah tidak mungkin mendaftar LPDP lagi. Tapi jika LPDP
memperbolehkan saya mendaftar lagi, saya tidak ragu untuk mendaftar. Saya hanya
tidak mau menuhankan LPDP. Namun saya masih iri dengan salah satu kolega yang
lain, seorang santri di Pesantren Krapyak. Dulu ketika kelas XII, dia memenuhi
syarat untuk lolos beasiswa S1 di UNY. Namun karena kesalahan personal dari
pihak sekolah yang keliru menulis angka pada nilai rapor, kolega saya gagal
mendapatkan beasiswa di UNY. Ia berusaha mengurus ke sana dan kemari namun
nihil. Ia bercerita bahwa sejak saat itu, ia bertekad bulat tidak akan
mengharap bantuan orang lain. Ia menyewa sebuah kios lalu merintis sebuah usaha
kuliner di dekat pondok, dan sekarang sudah memiliki 2-3 karyawan. </span></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrNrshjg-RicwavNTZjldPRBxYHwjDBqlBf03LrIRH08Xeb7RQbq9ioqjYOW58I2FA1jCIzHSpK1dneu_0NjZtgJm7wD4iZRXbmGLyomuP9wIjOnfjdD5m8dnpD9UNW5N9AEr-aF986WGT/s1600/10342426_1479866635593793_9182986661625289391_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrNrshjg-RicwavNTZjldPRBxYHwjDBqlBf03LrIRH08Xeb7RQbq9ioqjYOW58I2FA1jCIzHSpK1dneu_0NjZtgJm7wD4iZRXbmGLyomuP9wIjOnfjdD5m8dnpD9UNW5N9AEr-aF986WGT/s320/10342426_1479866635593793_9182986661625289391_n.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;"><br /></span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<span style="font-family: Calibri;">Tulisan saya ini tidak ada unsur kritikan sama sekali untuk
LPDP atau pihak yang terkait, tidak pula ada unsur nasehat bagi awardee LPDP,
calon awardee LPDP, atau teman-teman santri. Apalagi motivasi-inspirasi, tidak
ada. Carilah motivasi-inspirasi dari awardee LPDP, merekalah mahasiswa
berprestasi yang dibiayai negara, dibiayai rakyat, mintalah kompensasi dari
sumbangan pajak kalian dan orang tua kalian pada mereka. Mereka bertanggung
jawab untuk “mengembalikan” beasiswa negara. Saya menulis ini hanya karena
teringat saya punya blog dan lama tidak menulis, itu saja. Tak usah lebay
mengkritik tulisan saya atau share ke luar.</span></div>
<br />
<div style="margin: 0cm 0cm 8pt;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-18207604439672505282015-01-10T06:16:00.000-08:002015-01-10T06:16:05.678-08:00Nabi atau Wali?<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Kenapa Dan? Tiba-tiba menyebut nama
beliau?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Sampeyan tahu Gan? Kalau kita ikut
manaqiban, saya selalu terbayang-bayang ketika dikisahkan bagaimana Syaikh
Abdul Qadir Al-Jailani menghidupkan orang mati.” Ghani dan Hamdani asyik
bercengkerama di pinggir masjid kampus. Asep yang tadi sibuk mengerjakan tugas
kuliah tiba-tiba tertarik mendengar pembicaraan Ghani dan Hamdani tentang
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Maklum, Asep adalah orang baru dalam dunia
tasawuf, ia selalu tertarik dengan segala pembicaraan tentang tasawuf. Terlebih
salah satu tokoh populer dalam dunia tasawuf, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Dalam acara-acara manaqib, Asep iri pada Ghani dan Hamdani yang lebih bisa
memahami pembacaan manaqib karena keduanya lebih menguasai bahasa arab
dibanding Asep. Kali ini, Asep tak ingin melewatkan kesempatan bisa mendapatkan
sesuatu tentang apa yang sebenarnya dibacakan ketika manaqib. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Memangnya apa yang sebenarnya kau persoalkan
Dan?” tanya Ghani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Apa tidak aneh? Nabi Isa
‘alayhissalam ketika menghidupkan orang mati mengucapkan ‘<i>qum bi idznillah’</i>,<i>
</i>tapi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yang notabene seorang wali ketika
menghidupkan orang mati beliau mengucapkan ‘<i>qum bi idzniy’</i>. Kok
seakan-akan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani itu lebih hebat daripada nabi.
Bagaimana menurutmu?”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Kalau memang ternyata Syaikh Abdul
Qadir Al-Jailani lebih hebat dari Nabi Isa bagaimana Dan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Gak mungkin Kang, masak nabi kalah
sama wali.” Asep ikut bergabung dengan percakapan seru ini. Hamdani mulai
berpikir, apa mungkin seorang wali lebih hebat dari nabi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Menurutmu tingkatan manusia paling
tinggi itu siapa Dan?” tanya Ghani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu
‘alayhi wa sallam” jawab Hamdani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Lalu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Para rasul ‘alayhim sholatu wa
salam”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Lalu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Para anbiya ‘alayhim sholatu wa
salam”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Lalu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Para auliya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Dalam urut-urutan ini saja,
setahuku ada banyak pendapat Dan. Ada versi yang menyebutkan seperti apa yang
kau sebutkan, tapi ada juga yang menyebutkan bahwa setelah Kanjeng Nabi adalah
para sahabat radhiyallahu ‘anhum baru kemudian para rasul. Tapi poin
pentingnya, apakah derajat itu berbanding lurus dengan kehebatannya? Maksudku,
apakah para anbiya selalu lebih hebat daripada para auliya? Apakah Nabi Isa
lebih hebat dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Menurutku seharusnya demikian Gan,
seorang nabi harusnya lebih hebat daripada seorang wali.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Tapi wali yang satu ini bukan
seorang wali biasa, beliau penghulu para wali, sulthonul auliya, Syaikh Abdul
Qadir Al-Jailani, bagaimana menurutmu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Tetap saja, <i>maqom </i>keduanya
jelas beda. Nabi menerima wahyu langsung dari Gusti Allah sedangkan para wali
tidak.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Betul, betul, kau sendiri ingat
bagaimana kisah pertemuan pertama Jalaludin Rumi dengan Syamsudin Tabrizi?” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Pertanyaan Ghani kali ini membuat
Hamdani terhenyak. Sebagai orang yang menekuni tasawuf, Hamdani cukup kenal
betul dengan sufi satu ini, Jalaludin Rumi. Termasuk kisah pertemuan Rumi
dengan Tabrizi yang mengubah jalan hidup Rumi dari ulama legal-formal yang
berkutat dalam hukum-hukum positif menjadi seorang melankolis yang jauh dair
hingar bingar kehidupan dunia. Atau menurut Hamdani, dari orang yang mencintai
Tuhan menjadi orang yang dicintai Tuhan. Hamdani merenungi kembali kisah
pertemuan Rumi dengan Tabrizi. Rumi, seorang ulama yang juga seorang hakim
masyhur di kotanya suatu hari ditemui Tabrizi, seorang darwis yang terbiasa
hidup terasing dalam pengembaraan. Dalam pertemuan pertama antara keduanya,
Tabrizi melontarkan pertanyaan pada Rumi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Hai ulama yang agung, siapa yang
lebih hebat antara Abu Yazid Al-Busthomi dan Nabi Muhammad?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Tentu saja, Nabi Muhammad yang
lebih hebat daripada Abu Yazid Al-Busthomi!” jawab Rumi tegas dengan pembawaan
layaknya seorang hakim memutuskan suatu perkara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Nabi Muhammad pernah bersabda ‘<i><span style="background: white;">Ya Allah, aku belum mampu mengenali-Mu
dengan pengetahuan sebagaimana Engkau mengenali diri-Mu</span></i><span style="background: white;">’ sedangkan Abu Yazid Al-Busthomi pernah
mengatakan ‘<i>Betapa Agung muara-Ku, kemuliaan datang kepada-Ku ketika Aku
diangkat, Akulah yang derajatnya ditinggikan</i>’. Bagaimana menurutmu?</span>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Tentu saja, itu karena Abu Yazid
sudah terpuaskan dalam setetes pengetahuan karena wadah yang ia miliki kecil.
Sedangkan Nabi Muhammad memiliki wadah yang besar sehingga setiap mendapat
tetesan dari Allah beliau selalu merasa kehausan dan kekurangan” jawaban Rumi
ini membuka selubung-selubung antara keduanya. Baru kali itu Tabrizi
mendapatkan jawaban yang memuasakan setelah sekian lama ia mengembara dan
menanyakan hal tersebut kepada para ulama namun tidak ada satupun yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Rumi sendiri baru kali itu mendapat
pertanyaan yang unik dari orang yang asing yang membuat Rumi sangat menyukai
Tabrizi dan menjadi sahabat sejatinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Bagaimana Dan?” Ghani memecah
renungan Hamdani seolah Ghani mampu mengikuti renungan Hamdani sampai selesai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Kupikir, bagaimanapun, para nabi
tetap diatas para wali.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Lalu bagaimana kau merasionalisasi
Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani yang mengucapkan ‘<i>qum bi idzniy’ </i>ketika<i>
</i>menghidupkan orang mati?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Kedewasaan Gan, kedewasaan. Para
wali mungkin ibarat anak kecil yang senang dengan mainannya, barangkali itulah
yang membuat para wali sering memamerkan kemampuan spiritualnya. Sedangkan para
nabi sudah cukup dewasa, cukup arif, dan bijaksana melampaui sifat
kekanak-kanakan orang yang senang dengan mainannya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Betul Dan, aku jadi berpikir, kalau
ada wali namun tidak menunjukkan kewaliannya, tidak menunjukkan kemampuan
spiritualnya, berarti tinggi betul kedudukan wali tersebut ya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> “Iya, Ghan. Daripada sampeyan yang
kayaknya lebih tahu ilmu tasawuf, aku lebih yakin Asep ini lebih wali daripada
dirimu.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> Asep sendiri masih memandang kosong
kedua sahabatnya tadi. Ia masih meraba-raba apa makna <i>qum bi idznillah </i>dan
<i>qum bi idzni</i>, lalu kisah pertemuan Jalaludin Rumi dan Syamsudin Tabrizi.
Hamdani dan Ghani tertawa melihat seorang wali di depan mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguDx1hmIWD50VVVGbin0LPhN_7_mpuKV9ntoB26Qrhyphenhyphen_ds23AbJiWd97d4L1qF5QgtsYD44LOcl0HEWwfssIv18hp7KOeosZ7B8uVG6jHA4uQsFWVVJKgFiXwkm-cHzknX_z1PFWNehMIQ/s1600/4121ac3216b84e4c20e63f4869033b02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguDx1hmIWD50VVVGbin0LPhN_7_mpuKV9ntoB26Qrhyphenhyphen_ds23AbJiWd97d4L1qF5QgtsYD44LOcl0HEWwfssIv18hp7KOeosZ7B8uVG6jHA4uQsFWVVJKgFiXwkm-cHzknX_z1PFWNehMIQ/s1600/4121ac3216b84e4c20e63f4869033b02.jpg" /></a></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-85469566755663566942014-01-30T05:17:00.000-08:002014-01-30T05:20:56.400-08:00Segelas Air Sufi<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Angkringan Pak Slamet masih ramai
seperti biasanya, di tengah hiruk-pikuk pusat kota yang gersang dan mendahaga.
Ghani, Hamdani, dan Asep siang itu bertemu di angkringan yang menyejukkan itu.
Siang yang terik membuat mereka bertiga memesan minuman pelepas dahaga. Hamdani
menanyakan pada Ghani dan Asep minuman yang dipesan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ghan, mau minum apa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Air putih aja Dan”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kok air putih?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ya gak papa to?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Asep mau minum apa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Air putih juga kang, sama kayak
Kang Ghani.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Lho air putih? Gak es teh atau es
jeruk aja? Aku yang bayar, santai saja. Oke Ghan?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ndak usah Dan, makasih. Lagi pengen
air putih.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Gak kasihan sama Pak Slamet? Air
putih kan biasanya tidak bayar?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Gak papa mas, air putih masih ada
kok. Saya bikinkan ya, njenengan sendiri mau pesan minum apa?” Pak Slamet
menimpali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Eee, ya sudah pak, saya ikut saja,
air putih juga.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hamdani melihat sekelilingnya, siang
ini semua pengunjung angkringan Pak Slamet termasuk Ghani dan Asep yang
membuatnya juga ikut memesan air putih juga. Tentu saja hal ini membuat Hamdani
tidak enak hati dengan Pak Slamet karena selama ini Pak Slamet selalu
menggratiskan air putih. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pak, tumben hari ini banyak yang
pesan air putih ya” celoteh Hamdani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya mas, air putih itu kan minuman
sufi, ya seperti njenengan-njenengan ini.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hah? Minuman sufi? Kok bisa gitu
pak?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tanya saja sama orang-orang yang
pesan air putih ini.” Jawab Pak Slamet sambil menyajikan tiga gelas air putih
untuk Hamdani, Ghani, dan Asep. Hamdani melihat di sebelah kirinya ada
bapak-bapak berpakaian rapi dan parlente juga meminum segelas air putih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pesan air putih juga ya pak?” tanya
Hamdani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya mas, ini minuman yang
sufistik.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kok bisa gitu pak?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya, suatu hari ada seorang raja
pergi melewati padang pasir ditemani seorang sufi. Di tengah perjalanan, raja
kehausan dan hampir-hampir pingsan karena dehidrasi. Sang raja pun menepi
mencari tempat berteduh. Raja ingin minum namun persediaan air sudah habis.
Melihat raja yang kehausan, sang sufi bertanya kepada raja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Wahai raja, seandainya aku memiliki
segelas air, maukah engkau menukarkan segelas air putih milikku dengan setengah
kerajaanmu?’ tanya sang sufi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Tentu saja, akan kuberikan padamu
asal aku tidak mati kehausan disini.’ Jawab raja. Sang sufi pun memberikan
segelas air putih yang diinginkan raja. Selesai menenggak habis segelas air
putih, sang sufi bertanya lagi kepada raja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘’Wahai raja, seandainya sebab engkau
minum segelas air putih barusan engkau terkena penyakit parah dan saya bisa
memberi obat penawarnya untukmu, maukah engkau menukarkan setengah kerajaanmu
untukku?’ <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Tentu saja, aku tidak mau mati
konyol di gurun seperti ini’ jawab raja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Ternyata harga kerajaan yang anda
miliki tidak lebih dari harga segelas air putih’ jawab sang sufi. Mendengar
nasehat dari sufi, sang raja pun menangis. Minuman ini sangat sufistik sekali
mas. Setiap meminum segelas air putih ini yang gratis ini, saya selalu teringat
bahwa dunia dan seisinya ini sesungguhnya tidak ada nilainya sama sekali.”
Mendengar jawaban bapak-bapak tadi, Hamdani tersentak. Hamdani melihat
sekeliling lagi, kali ini ada seorang anak SMA juga memesan air putih. Hamdani
bertanya kepada anak SMA tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sampeyan kenapa minum air putih dek?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Iya mas, minuman ini sufistik
sekali soalnya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Oh ya? Memangnya kenapa bisa
seperti itu?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Begini mas, suatu hari ada seorang
murid yang sangat ingin bertemu Rasulullah dalam mimpi. Ia sudah melakukan
tirakat dalam waktu yang lama namun tidak kunjung bertemu dengan Rasulullah.
Akhirnya sang murid bertanya kepada seorang guru sufi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Guru, sudah lama saya ingin bertemu
Rasulullah dalam mimpi, tapi entah kenapa saya tidak kunjung bertemu
dengannya?’ tanya sang murid.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Kau ingin bertemu Rasulullah?
Datanglah ke rumahku nanti malam’ jawab guru sufi.’ Sang murid patuh dan
malamnya ia menuju rumah Sang Guru Sufi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Bagaimana guru? Kita jadi bertemu
dengan Rasulullah kan?’ tanya murid.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Sebentar, kau baru datang dan pasti
lelah, ini makan dulu.’ Sang murid patuh dan segera menyantap hidangan nasi dan
ikan yang sudah tersedia. Ketika sudah selesai makan, sang murid hendak
mengambil segelas air putih yang juga sudah tersedia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Tunggu, aku hanya menyuruhmu makan,
tidak minum. Sekarang tidurlah’ kata guru sufi. Sang murid pun menaati, ia
tidur dalam keadaan sangat kehausan. Ketika bangun tidur, ia bertanya kepada
guru sufi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Guru, saya sudah menaati semua
perintahmu, tapi kenapa semalam saya tidak bertemu Rasulullah di mimpi?’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Memangnya semalam kau mimpi apa?’
tanya guru sufi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Semalam saya hanya bermimpi minum
segelas air, saya sangat kehausan’ jawab sang murid.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Itu berarti rindumu kepada
Rasulullah belum serindu dirimu pada segelas air. Kalau kau benar-benar rindu
kepada Rasulullah seperi rindumu kepada air ketika kehausan, engkau akan
bertemu dengan Rasulullah’ jawab guru sufi. Benar-benar minuman sufistik ya
mas? Setiap melihat segelas air, saya selalu ingat bahwa jangan-jangan selama
ini saya lebih mendambakan segelas air daripada mendambakan Rasulullah” Hamdani
senyum kosong, ia mulai menyadari
ternyata air putih ini sufistik sekali. Selama ini ia pikir minuman para sufi
adalah kopi karena bisa menjadi teman untuk bertirakat tidak tidur di malam
hari. Hamdani menoleh ke sebelah kiri. Ada seorang tukang becak sedang meminum
segelas air putih. Hamdani bertanya makna minuman air putih kepadanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pak, seger sekali sepertinya pak.
Njenengan juga pesan air putih?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Oh, iya mas. Habis ini minumannya
sufistik sekali.” Jawab tukang becak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sufistik bagaimana pak?” tanya
Hamdani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Begini mas, suatu hari ada seorang
syaikh bertamu kepada seorang raja. Raja ini meskipun singgasananya mewah,
istrinya cantik, hartanya banyak, kebunnya luas, hewannya banyak, namun ia
adalah seorang sufi. Syaikh tadi ingin komplain kepada sang raja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Hai raja, bagaimana mungkin engkau
mengaku sebagai sufi sementara kau hidup dengan penuh kemewahan dan kemegahan
dunia. Lihat rumahmu, istrimu, hartamu, dan semuanya. Ternyata kau masih
tergoda pada dunia.’ Mendengar hal tersebut, sang raja tersenyum dan mengajak
syaikh masuk ke dalam rumah dan memberikan padanya segelas air putih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Wahai Syaikh, silahkan anda
berkeliling rumah saya, lihat dan nikmatilah semuanya seharian ini. Anda boleh
menaikki hewan-hewan saya, memetik buah-buah saya, dan bermain-main sepuasnya.
Tapi ada syaratnya, anda harus membawa segelas air putih ini dan jangan sampai
tumpah’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Memangnya kalau tumpah bagaimana?’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Anda akan pulang tanpa kepala’
syaikh tadi bergidik. Ia berkeliling ditemani pengawal raja. Setelah seharian
berkeliling, raja menemui syaikh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Bagaimana syaikh? Sudah puas
berkeliling?’ tanya raja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Bagaimana aku akan menikmati
semuanya sementara kalau air dalam gelas ini tumpah aku bisa pulang tanpa
kepala’ jawab syaikh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Seperti itulah gambarannya syaikh.
Semua kesenangan dunia ini tidak mampu menumpahkan sedikit pun cintaku kepada
Allah.’ Benar-benar sufistik sekali mas pokoknya air putih ini. Setiap melihat
segelas air putih, saya selalu termenung membayangkan berapa kali saya
menumpahkan air cinta dari gelasnya namun Allah tidak segera memenggal kepala
saya.” Tukang becak tadi mengakhiri ceritanya dan membuat Hamdani menatap
kosong pada air putih di depannya. Di sampingnya, Asep sudah hampir
menghabiskan air putihnya. Hamdani bertanya kepada Asep, jangan-jangan Asep
juga punya makna tersendiri tentang minuman air putih yang sufistik ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Asep, sampeyan pasti punya makna
sufistik juga untuk air putih ini. Ayo cerita”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hahaha, tahu saja kang. Ini minuman
memang sufistik. Suatu hari ada seorang murid menemui guru sufi. Murid tadi
sedang sedih karena ditimpa musibah yang menurutnya sangat menyedihkan. Ia
ingin meminta petunjuk dari guru sufi tentang kesedihannya. Guru sufi
memberikan murid tadi segelas air putih dan sesendok gula. Guru sufi menyuruh
murid itu untuk mengaduk gula dalam segelas air putih dan menyuruhnya untuk
meminumnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Bagaimana rasanya nak?’ <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Manis guru, apa artinya?’ <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Kenapa air itu rasanya manis?’ <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Karena ada gula yang tercampur di
dalamnya guru’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Sekarang kalau kau mencampurkan
gula tadi di laut, apakah laut akan menjadi manis?’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Tentu tidak guru, laut itu sangat
luas dan dalam’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> ‘Begitulah hatimu nak. Jika hatimu
hanya sedalam air di gelas ini, sedikit gula akan merubah rasamu. Tapi jika
hatimu seluas lautan, rasamu tetap tidak akan berubah meski ditambah gula
maupun garam.’ Nah, itu kang. Minuman ini sufistik sekali ya? Setiap meminum
segelas air putih seperti ini, saya selalu berpikir jangankan seluas lautan,
sepertinya hati saya bahkan tidak lebih luas dari gelas ini. Semoga dengan
minum segelas demi segelas kesabaran maka saya menjadi lautan.” Hamdani kaget,
ternyata Asep juga menyadari makna sufistik dari segelas air ini. Hamdani belum
puas, pasti Ghani juga punya makna tersendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sampeyan gimana Ghan? Apa makna
sufistik dari segelas air putih ini?” tanya Hamdani. Ghani tersenyum mendengar
Hamdani. Hamdani mengernyitkan mata. Ghani berdiri, ia merapikan baju lalu
berdeklamasi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kutelan setenggak demi setenggak.
Darinya sumsumku tegak. Kuresapi sejuknya dalam kebeningan. Ini tidak lain dari
hujan. Kulihat langit kupinta hujan. Tuhan menutupinya awan. Kusibak awan
mencari Tuhan. Tuhan mengirimiku hujan. Kesadaranku oleh sebab Lafadz-Nya. Aku
ingin sampai pada Sang Maha Semua. Kemabukanku atas tatapan-Nya. Membuatku aku
semakin dahaga. Aku mabuk pada setiap gelas. Dalam bening yang bebas. Jika
langit mulai gelap tak bersinar. Apakah bedanya mabuk dan sadar. Kutenggak lagi
minuman kami. Darinya kami merdu bernyanyi. Aku heran dengan orang yang tak
berdahaga. Sementara air ini nikmat penuh cinta. Kemurnian-Nya dalam
kebeningannya. Kesegarannya seperti cinta dari-Nya. Aku minum cinta segelas
demi segelas. Tetap saja dahagaku tak kunjung puas.” Ghani duduk kembali, ia
meminum seteguk air putih lalu tersenyum kepada Hamdani. Ada getaran tersendiri
ketika Hamdani mendengar kata-kata Ghani. Hamdani menyelam pada lautan hatinya
mencari kedalaman makna air putih dalam gelas yang ada di depannya. Pak Slamet
jangan-jangan juga mempunyai nilai sufistik ketika memandang air putih ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kalau saya cuma ingin seperti air putih
mas” tiba Pak Slamet berkata kepada Hamdani. Hamdani kaget, belum juga ia
sempat bertanya, Pak Slamet sudah menjawab lebih dahulu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Maksudnya bagaimana pak?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Air putih adalah air yang ada di
mana-mana. Ia bisa diminum orang kaya maupun miskin. Ia bisa berada di langit
tertinggi maupun lautan terdalam. Ia bisa membeku maupun menguap. Tapi tetap,
ia adalah air putih. Tidak punya warna, tidak punya rasa, tidak punya bau. Ia
suci dan mensucikan. Ia bukan zam-zam yang terlampau mulia. Bukan pula air comberan
yang hina. Air putih adalah air netral. Lambang kemurnian, kesucian,
keikhlasan. Air putih adalah sufi mas.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hamdani tertegun. Ia mengambil gelas
di depannya dan meminum perlahan. Pikirannya berkecamuk. Di sekelilingnya
ternyata penuh orang-orang sufi. Tidak hanya itu, ia baru saja meminum minuman
sufi yang disebut air putih. Atau mungkin, meminum air putih yang disebut
minuman sufi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-9OocbOYAt-KcSkPa1NkL5qoae6mSKN87rm2Dhk4cQXKvDrZ8L0luNWV5G3J_vJteQdM1LwbNofT6h5U-m5gWG4N5NwWXZxFpmSriV6F8AVu-k2QZLy5T977FGzfSj6F0sJVB5OwjpGY_/s1600/whirling_sufi_dervish_drinking_glass.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-9OocbOYAt-KcSkPa1NkL5qoae6mSKN87rm2Dhk4cQXKvDrZ8L0luNWV5G3J_vJteQdM1LwbNofT6h5U-m5gWG4N5NwWXZxFpmSriV6F8AVu-k2QZLy5T977FGzfSj6F0sJVB5OwjpGY_/s1600/whirling_sufi_dervish_drinking_glass.jpg" height="320" width="320" /></a></div>
<br /></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">
<br /></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-47878973056038565212013-12-02T07:56:00.001-08:002013-12-02T07:56:20.983-08:00Ketika Wali Mogok<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ayo
ikut simbah cah bagus”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kemana
mbah?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ketemu
teman-teman simbah”. Ghani menurut saja, ada yang aneh dengan kakek satu ini.
Di sebuah perempatan yang terletak di bagian selatan kampus, sepulang kuliah
Ghani bertemu dengannya. Ketika berpapasan, mata sang kakek melihat mata Ghani
secara mendalam seperti menerawang isi jasadnya. Ghani mengucap salam padanya,
lalu sang kakek menjawabnya serta memegang tangan Ghani dan meminta Ghani
mengikutinya. Ghani penasaran dengan kakek ini, Ghani pun mengikutinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ghani
tiba di sebuah tempat yang gelap, masih dengan segenap keheranannya. Sepi,
hanya Ghani dan kakek tua yang membersamainya di tempat tersebut, mereka terus
berjalan dan memasuki sebuah ruangan yang besar, penuh cahaya. Di dalamnya
sudah berkumpul banyak orang, di belakang Ghani juga masih menyusul sejumlah
orang yang memasuki ruangan tersebut. Ada yang datang dengan menggunakan
permadani, ada yang tiba-tiba muncul begitu saja, ada yang keluar dari dasar
lantai, ada yang menggunakan kuda, ada yang menembus dinding, dan sebagainya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Siapa
mereka mbah?’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kekasih
Allah, cah bagus”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Wali?
Ghani berada di antara para wali. Sedang apa mereka disini? Kenapa Ghani juga
berada disini? Ini tempat apa? Berbagai pertanyaan mengganjal di benak Ghani.
Disaat Ghani merasa takjub dengan sejumlah keanehan para wali, Ghani juga
bingung karena semuanya menunjukkan gerak-gerik yang kurang bergairah. Semacam
sedih, cemas, khawatir, atau apapun itu. Ghani melihat ada yang sedang
menangis, ada yang sedang berdebat, ada yang berusaha melerai, ada yang memberi
komando kepada sebuah rombongan, dan sebagainya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Assalamu’alaykum
warrahmatullahi wabarakatuh”. Sebuah suara terdengar. Serentak semua yang hadir
menempati tempat duduknya masing-masing. Seseorang berdiri di mimbar dengan
wajah datar, melihat luas ke arah orang-orang yang hadir. Ghani duduk di
samping kakek tua yang membersamainya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Terima
kasih atas kedatangan anda sekalian. Sebagaimana yang kita ketahui, dunia
perwalian sedang menghadapi konflik. Kita harus segera memutuskan suatu hal
yang kita sepakati bersama disini demi kemaslahatan umat manusia. Untuk
mengawalinya, saya mohon Wali Ghauts untuk menyampaikan fenomena yang sedang
kita hadapi”. Salah seorang pria
berjubah naik ke mimbar di sebelah kanan mimbar utama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saudara-saudaraku,
hari ini saya nyatakan bahwa dunia kita sedang kritis. Kita sudah tidak
dipercaya lagi oleh para umat manusia. Mengapa saya berkata demikian? Lihat
saja fakta bahwa umat manusia mulai menjauhi ajakan kita kepada jalan baginda
kita Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa salam. Mereka juga tidak mempercayai
kita lagi dan menjauhi kita. Banyak thoriqoh membubarkan diri karena tidak
memiliki jama’ah dan penerus, para mursyid juga kesulitan mencari badal.
Madrasah-madrasah maupun zawiyah juga sepi. Orang-orang tidak percaya pada guru
tapi lebih percaya pada buku dan internet. Manusia mempermainkan kedudukan kita
sebagai lelucon. Semua laku prihatin kita yang mengakomodir mereka sebagai
tanggungan kita dilecehkan seenaknya. Banyak orang mengaku wali, bahkan para
wali mastur juga tergoda untuk menunjukkan karomahnya di hadapan umum demi
popularitas. Pada puncaknya beberapa hari lalu salah seorang dari dewan Wali Abdal
dicopot pangkat kewaliannya oleh Allah SWT karena gagal berdakwah pada kaum di
wilayahnya. Sebelum acara pertemuan ini diselenggarakan, pihak perwakilan dari
dewan Wali Abdal mengusulkan supaya kita mogok massal dari aktivitas kewalian
kita. Sementara dari dewan Wali Abdal mengusulkan supaya kita berdemo kepada
Allah SWT dan meminta-Nya untuk mengembalikan pangkat kewalian saudara kita
dari Wali Abdal. Sementara dua dewan wali tadi masih sebatas usul, dewan Wali Akhyar
melaporkan bahwa sebagian anggotanya telah meninggalkan wilayah kerjanya dan
mengasingkan diri. Dari dewan Wali Autad mengusulkan supaya kita melakukan
konsolidasi bersama Sulthonul Auliya Sayyidina Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Bahkan jika perlu, kita semua datang ke hadhirat Rasulullah Shallallahu ‘alayhi
wa salam. Mohon kepada Wali Quthb untuk memberi kebijaksanaannya tentang apa
yang harus kita lakukan sebelum satu persatu para wali mengikuti arus untuk
meninggalkan wilayahnya dan berakibat para umat manusia tidak ada lagi yang
menanggung mereka. Demikian laporan dari saya, terima kasih.” Pihak dewan Wali
Ghauts pun turun dari mimbar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Terima
kasih atas laporan anda. Berikutnya saya ingin mendengar penuturan dari saudara
kita dari dewan Wali Abdal supaya menceritakan kronologis kasus yang menimpa
mantan anggotanya serta mendengar langkah berikutnya dari dewan Wali Abdal
selaku rekan sejawat.” Salah seorang pria berjenggot putih lebat naik ke mimbar
sebelah kiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mogok!
Kita harus bekerja sama!”. Hadirin menjadi riuh ramai. Sekelompok orang
menyatakan kesetujuannya, sebagian lain menolaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tenang
saudaraku, ceritakan baik-baik” Wali Quthb mencoba menenangkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ada
beberapa poin yang membuat kami mengusulkan untuk pemogokan masal tuanku.
Pertama, tentang kasus saudara kami. Ia diamanahi menjaga wilayahnya yaitu
sebuah kepulauan di daerah timur raya, namun ia sering diabaikan. Baiklah, kita
para wali memang biasa diabaikan, tapi sudah puluhan tahun ia menjaga
wilayahnya dan manusia di sekitarnya justru semakin tambah menjauh dari ajaran
baginda Rasulullah SAW. Kinerjanya menjaga wilayahnya dievaluasi dan akhirnya
diputuskan bahwa Allah mencabut kewaliannya. Saya pikir banyak di antara kita
juga mengalami hal tanggapa yang sama di antara masyarakat, dan jika demikian
terus menerus, satu persatu di antara kita kelak akan dicabut kewaliannya.
Kedua, mereka menghancurkan makam-makam wali pendahulu kita. Kita memang tidak
butuh dibangunkan makam, namun keberadaanya adalah bukti adanya jejak kita.
Selain itu banyak masyarakat yang mencari nafkah di dekat makam pendahulu kita
sebagai pedagang atau semacamnya. Jika satu persatu makam dihancurkan, selain
kita merugikan para umat manusia yang mencari nafkah, orang-orang akan
melupakan kita akhirnya terhentilah doa-doa dari mereka lewat kita yang justru
mereka butuhkan untuk diri mereka. Ketiga, kita perlu memberi peringatan kepada
umat manusia tentang apa yang terjadi jika para wali tidak ada, jika wilayahnya
dibiarkan untuk diurus umat manusia sendiri, kekacauan apa yang akan terjadi.
Untuk itu, kami dewan Wali Abdal mengajukan petisi untuk menyelenggarakan mogok
bersama hingga Allah mengembalikan pangkat kewalian saudara kita. Terima kasih
Tuanku.” Pria tersebut turun disambut sambutan meriah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Setujuuu..!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mogok,
mogok, mogok!”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Kembalikan
saudara kami!” Berbagai suara menyeruak di antara forum tersebut. Hingga
akhirnya Wali Quthb meminta untuk diam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Baiklah,
saya butuh 1 bukti lagi yang menguatkan bahwa apa yang disampaikan dewan Wali
Abdal dan dewan Wali Ghauts tadi benar adanya.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saya
Tuanku, saya membawa bukti tersebut kesini” kata seseorang yang berdiri sambil
mengacungkan tangan. Ia maju ke mimbar sebelah kiri sambil membawa seorang
laki-laki bertampang serius.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Silahkan
Wali Akhyar”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Terima
kasih Tuanku, saya kesini membawa salah seorang dari sekelompok manusia yang
menentang kita. Mohon izin supaya ia berbicara menyuarakan pendapatnya tentang
kita.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tentu,
silahkan”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hei
kalian orang-orang yang mengaku wali Allah! Berhentilah mengaku-ngaku sebagai
wali. Kalian pikir aku mudah dibohongi? Kalian mengatakan membawa ajaran
Rasulullah tapi nyatanya banyak ajaran yang kalian inovasikan dan berbeda
dengan Qur’an dan Hadits! Amal-amal ibadah kalian yang tidak ada dalilnya,
pengikut kalian yang hanya taqlid buta, memuja kalian melebihi pujaan kepada
Allah, gaya hidup kalian yang katanya zuhud namun berpakaian mewah, rumah
megah, kalaupun tidak demikian maka kalian banyak yang hidup menyendiri di
hutan atau gunung dan tidak mau bermuamalah dan bercampur dengan masyarakat.
Dan semua itu membuat kalian justru merasa semakin tinggi derajat kalian dan
dekat dengan Allah, terlebih mengaku sebagai wali Allah. Tidak! Sesungguhnya
kamilah yang lebih layak disebut wali Allah. Kami menjalankan perintah Allah
sesuai Qur’an dan Hadits, kami berislam secara kaffah, kami memerangi orang
kafir, kami memperjuangkan syari’at Islam, kami memberantas penodaan terhadap
Islam, kami memberangus semua pemujaan kepada selain Allah. Kami yang lebih
layak menjadi wali Allah dan masuk surga dibanding kalian. Bubarlah dari forum
ini, bertaubatlah, lalu ikutilah jalan kami.” Sontak forum menjadi ricuh,
sejumlah hadirin sempat maju untuk menghampiri mimbar sebelah kiri. Sedangkan lelaki
yang barusan bicara tidak takut dengan apa yang telah ia katakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Baiklah
hadirin, apakah semua sepakat untuk mogok?” Wali Quthb menanyakan kepada hadirin.
Lebih dari 90% menyatakan setuju, sedangkan sisanya memilih diam. Sebagian
diantara 10% itu menangis tersedu-sedu. Kakek tua yang membersamai Ghani
melihat Ghani ikut berkaca-kaca matanya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ada
apa cah bagus?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mbah,
apa ini benar?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Memangnya
kenapa?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tidak
mungkin para wali mogok, ini bercanda kan?’<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Para
wali tidak pernah bercanda cah bagus.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tapi
aku tidak setuju mbah.” Kakek tua tersebut berdiri dan mengacungkan tangan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tunggu
sebentar, ada yang mau menyampaikan sesuatu. Silahkan wahai wali hawariyyin.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wali?
Hawariyyin? Engkau juga seorang wali mbah?” Ghani memandang sang kakek. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Ayo,
majulah cah bagus. Sampaikan ketidak-setujuanmu, siapa tahu engkau bisa
memberikan pengaruh.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tapi
apa yang harus saya katakan mbah?” Ghani masih kebingungan bercampur panik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tuanku,
sebelum anda memberi keputusan, ijinkan saya juga membawa salah seorang umat
manusia untuk memberi keterangan tambahan yang barangkali bisa menjadi
pertimbangan kita semua disini.” Kakek tua tadi menarik tangan Ghani dan
membawa Ghani ke mimbar sebelah kanan. Ghani masih panik, namun kakek tua
mengusap punggung Ghani dan Ghani merasakan sesuatu di dalam dadanya. Ghani
siap untuk bicara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Salam
kepada para junjunganku, kekasih-kekasih Allah yang dimuliakan langit dan bumi,
maafkan kelancangan saya berbicara disini. Jujur, saya panik berada di antara
anda semua. Terlebih, mendengar bahwa anda semua merencanakan untuk mogok. Saya
mohon dengan sangat untuk tidak merealisasikannya. Hal itu dapat mengacaukan
keseimbangan alam. Anda semua adalah tiangnya langit, sekaligus jangkar bumi. Dalam wirid dan doa
anda semua tak lupa terselip kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Dalam
ketaatan anda semualah kami merasakan semburat cinta Ilahi dan pancaran kasih
sayang nabi. Kalaupun ada di antara kami yang tidak sesuai dengan yang anda
semua harapkan, percayalah bahwa itu hanya sedikit dari umat manusia yang belum
mengenal anda semua. Apa jadinya jika anda semua mogok sementara jika tidak
mogok saja kekacauan masih banyak terjadi. Saya tidak bisa membayangkan bumi
yang jauh dari zuhud, tawadhu’ wara, qana’ah, dan berbagai akhlak indah yang
telah menjadi budi pekerti anda semua. Jikalau ada orang seperti tadi yang
menyeru untuk kembali ke Al-Qur’an dan Hadits dan mengajak untuk meninggalkan
anda semua, maka lihatlah orang tersebut. Betapa mereka mengajak untuk tidak
memuja selain Allah namun mereka memuja diri mereka sendiri, merasa dirinya
yang terbaik. Namun berbeda dengan anda semua, sekalipun ilmu anda semua dalam,
anda semua tak pernah merasa lebih baik dan tidak terbelenggu egoisme. Anda
semua warisan para Nabi, jika hilang warisan, apalagi yang kami punya? Mohon
pertimbangan untuk tidak merealisasikan pemogokan ini, demi kebaikan bersama.”
Hadirin kembali ramai, ada yang mendukung Ghani, ada yang menyanggahnya. Wali Quthb
kembali mengambil alih forum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saudaraku
yang kumuliakan, persoalan ini sungguh pelik. Lauhul Mahfudz menutup pintunya,
pihak Malaikat juga berlepas diri, baru saja aku meminta isyarah kepada Nabi
Khidhir ‘alayhissalam, dan aku mendapat isyarah bahwa beliau menyerahkan
keputusan kepadaku. Seandainya aku meminta isyarah kepada Sayyidina Syaikh
Abdul Qadir al-Jailani dan Rasulullah SAW sekalipun, aku yakin jawabannya tetap
sama. Ini adalah ujian kolektif dari Allah bagi kita semua. Aku mengusulkan
untuk uji coba pemogokan selama 3 hari. Kita akan lihat bisakah manusia menjaga
wilayahnya sendiri. Dan di antara hal-hal yang akan kita lakukan selama kita
mogok adalah; menyembunyikan diri dari hadapan manusia, berhenti menjadi
wasilah doa manusia, menghentikan aliran doa-doa kita kepada manusia,
menyembunyikan makam para wali pendahulu kita, dan terakhir, membuka pintu
langit sehingga lalu-lintas adzab dan siksa Allah dapat turun dengan lancar.
Bagaimana dewan Wali Ghauts, Abdal, Autad, dan lainnya?” Hampir semuanya
menyatakan persetujuan. Ghani memandang tidak percaya. Kakek tua mengelus
kepala Ghani dan tersenyum. Forum akhirnya memutuskan mulai saat itu para wali
mogok, dan seketika semua keluar dari tempat tersebut. Ghani masih bergejolak
hatinya. Ghani diantar pulang kakek ke tempat semula ketika bertemu sang kakek.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Hati-hati
ya cah bagus”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mbah,
apa tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mencegah mogok?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Sampeyan
punya Gusti Allah cah bagus, sampeyan milik-Nya, bukan milik para wali.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tapi
mbah, saya harus bagaimana?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pulanglah
cah bagus,” kata sang kakek. Ghani masih kosong pandangannya tanpa sadar sang
kakek mulai pergi menjauh. Ghani pulang ke pondoknya, sementara ini semua masih
baik-baik saja. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Seperti
biasa, setelah sholat maghrib Ghani mengirimkan bacaan Al-Fatihah kepada para
wali. Saat itulah Ghani mulai merasa aneh, ia tidak bisa sama sekali mengingat
nama-nama wali yang ia hafal. Ghani masuk ke kamar untuk membuka kitab-kitab
karya para wali, namun entah kenapa Ghani mendadak tidak bisa membacanya. Ghani
menanyakan ke teman-temannya, ternyata mereka juga mengalami hal yang sama.
Seketika orang-orang sepondok heboh mengalami keanehan serupa, ada yang tidak
beres dalam benak mereka. Keesokan paginya, matahari tidak secerah biasanya.
Gunung merapi di ujung utara dikabarkan aktif secara tiba-tiba. Hal serupa
terjadi di sejumlah gunung di tempat lain. Angin kencang mulai sering bertiup
menyapu daerah-daerah yang mengakibatkan putting beliung, hingga badai topan.
Beberapa negara ada yang sudah mengalami gempa dan tsunami dahsyat. Selama
sepekan, sejumlah peristiwa besar terjadi, bencana alam merebak, kriminalitas
meningkat tajam, masjid-masjid dan pesantren menjadi tempat pelarian
orang-orang yang ingin menyelamatkan diri namun disana mereka tidak mendapati
siapa-siapa. Ketika segalanya menyadari bahwa hal tersebut adalah tanda-tanda
kiamat yang sangat dekat, Ghani ingat bahwa ini sudah lebih dari sepekan dari 3
hari rencana pemogokan para wali. Ghani menuju ke tempat ketika bertemu sang
kakek, di sana ia mengucapkan salam dengan lirih, “assalaamu ‘alaykum yaa
Waliyallah, assalaamu ‘alaykum yaa Waliyallah, assalaamu ‘alaykum yaa
Waliyallah”. Seketika dari belakang Ghani merasa tangannya ditarik oleh
seseorang yang ternyata adalah kakek yang dulu ia temui.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Aku
tahu cah bagus akan kembali lagi, tapi ketahuilah, tidak ada wali yang menjawab
salammu. Bahkan, tidak ada lagi yang bernama wali.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Apa
maksud simbah tidak ada wali?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Semua
wali yang kau temui kemarin sama-sama mencopot pangkat kewalian demi
solidaritas saudara mereka yang dicopot kewaliannya lebih awal.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Termasuk
simbah juga kah? Bagaimana dengan para pemimpin wali?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Mereka
juga sama-sama melaksanakan keputusan yang telah disepakati bersama. Namun
meski demikian, kami tetap bisa berkomunikasi satu sama lain untuk saling berbagi
kabar wilayah masing-masing. Dan hari ini sudah kuundang para wali untuk
menyelenggarakan sidang darurat. Ayo, ikut simbah lagi.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Eh,
iya mbah.” Dan seketika Ghani kembali ke tempat pertemuan para wali. Kali ini
semua datang dengan jalan kaki, dengan ekspresi yang datar, tidak sedih dan
tidak senang. Sang kakek yang membersamai Ghani memimpin sendiri. Ghani menemaninya
di samping. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saudaraku
yang kumuliakan, sudah sepuluh hari semenjak kita mogok, alangkah baiknya kita
mengevaluasi keputusan kita ini. Sebagaimana kita ketahui di wilayah kita
masing-masing, berbagai ketidakseimbangan menjadi ketakutan bagi umat manusia
yang tidak memiliki penuntun. Matahari tak memancarkan sinar, tumbuhan tak mau
tumbuh, sungai tak mau mengalir, hujan tak mau turun, hewan tak mau keluar dari
sarang, cepat atau lambat hari yang dijanjikan tiba tanpa ada yang mengawal
manusia. Karenanya, saya mohon suara dari saudara-saudara apakah pemogokan ini
tetap dilanjutkan, atau kita kembali dengan tugas kita membimbing umat manusia
dalam riyadhoh-riyadhoh fisik dan batin sebagaimana sebelumnya?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Tetap
mogok, kami nyaman seperti ini, kami capek mengurusi umat manusia” kata salah
seorang hadirin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Buat
apa mengurusi manusia yang suka membangkang?” yang lain menambahi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Jika
saudara kita sudah dikembalikan pangkat kewaliannya, baru kita kembali dengan
tugas kita,” dan berbagai tambahan-tambahan lain membuat forum menjadi sangat
ramai. Hampir semuanya enggan untuk berhenti mogok. Sang kakek memandang Ghani
sambil tersenyum. Ghani memberanikan diri naik ke mimbar sebelah kanan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Wahai
junjunganku, kekasih-kekasih Allah yang aku muliakan. Anda semua sering
menyebut-nyebut saudara anda yang telah dicopot kewaliannya, namun saya belum
tahu kondisi beliau saat ini. Alangkah baiknya kita mendengar kesaksian beliau.”
Hadirin menyetujui usulan Ghani, sang kakek turun dari mimbar menuju balik
panggung dan membawa seseorang dengan pakaian rapi dan wajah cerah dihiasi
senyum. Sang kakek mengantar orang tersebut ke mimbar sebelah kiri dan memberi
kesempatan padanya untuk bicara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saudara-saudaraku
para mantan kekasih Allah…..” serentak hadirin menjadi gaduh, merasa heran
dengan kata-kata pembukanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “30
tahun aku menjaga wilayahku, namun tidak
ada satupun yang mengikutiku, dan aku senang. Aku mendoakan kebaikan kepada
manusia di wilayahku, bukan kebaikan yang bertambah, namun justru semakin
memburuk, dan aku tidak peduli. Aku sampaikan amanat Rasul mulia, namun mereka
semakin menjauhiku, aku tak ada masalah. Aku tetap menjalankan tugasku
sebagaimana mestinya. Aku menikmatinya meski tidak mendapat hasilnya. Hingga
akhirnya Allah menaikkan derajatku dengan mencopot kewalianku.” Hadirin terdiam
dan menerka-nerka maksud kata-kata terakhir yang diucapkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Barangkali
anda bingung, derajat apa yang saya capai saat ini. Allah mencabut pangkat
kewalian saya, dan itu adalah salah satu hal yang saya harapkan sejak 30 tahun
yang lalu. Allah mengabulkan doa saya, dan saya kini menjadi manusia biasa
namun dengan tugas yang sama seperti layaknya wali. Saya menjaga wilayah saya,
membimbing manusia, mendoakan mereka, tanpa ada tendensi bahwa saya adalah
wali, bahwa saya melakukan ini hanya untuk menyelamatkan pangkat kewalian saya,
sama sekali tidak. Saya hanya senantiasa menikmati proses lelaku tanpa melihat
ke depan, namun ke atas. Saya merasa nyaman dengan hal ini, hati saya merasa
lebih ringan tanpa beban, dan wajah saya selalu terasa sejuk. Saya merasa lebih
nikmat daripada ketika menjadi wali.” Semuanya terdiam. Banyak di antara
hadirin menangis, beristighfar, dan meneriakkan asma Allah yang menggema.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Saran
saya, kembalilah menjalani tugas anda semua dan nikmatilah. Tak usah
mempedulikan saya, saya nyaman seperti ini. Terima kasih.” Orang tersebut turun
dari mimbar menuju belakang panggung. Dari sisi yang lain, muncullah Wali
Quthb, pimpinan para wali menuju mimbar tengah. Wali Quthb meminta suara
tentang pemogokan para wali apakah dilanjutkan atau dihentikan. Semuanya
sepakat menghentikan mogok dan kembali menjalankan tugasnya. Wali Quthb
memutuskan untuk kembali bersama-sama menjalankan tugas kewalian. Ghani dan
sang kakek berpandangan sambil tersenyum. Sebelum hadirin kembali pulang, Wali
Quthb memberi pesan penutup.<o:p></o:p></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW_1EZyAqefG0HHFRR2GCn-ZuB3GWCzAm1_OeNkOFvErqOHyam8-DcQn_5giJoKhZYEAtDVOwSrzALurE19YyTRWAlO8w19eFbevhZX35zsShBSq_Hq8ZDvksYEWt4yxFWExx5ofgO_WWd/s1600/Multaqo-sufi-2012.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW_1EZyAqefG0HHFRR2GCn-ZuB3GWCzAm1_OeNkOFvErqOHyam8-DcQn_5giJoKhZYEAtDVOwSrzALurE19YyTRWAlO8w19eFbevhZX35zsShBSq_Hq8ZDvksYEWt4yxFWExx5ofgO_WWd/s1600/Multaqo-sufi-2012.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “Pada
akhirnya, apa yang kita lakukan bukan karena tuntutan, dan bukan karena tujuan.
Semuanya dibingkai dalam cinta Allah. Maka ketika tidak ada tuntutan, kita
masih menikmati tugas kita karena cinta. Ketika tidak mendapatkan tujuan, kita
masih asik dengan tugas kita karena cinta.”<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-80189109282422499412013-09-27T19:16:00.001-07:002013-09-28T10:20:16.633-07:00Halaktu…!<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">[cerpen] <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Berjumpa dengan Rasulullah SAW sudah
bisa dipastikan menjadi keinginan semua umat islam yang beriman pada beliau. Jangankan
umat islam, umat lain pun juga banyak yang penasaran seperti apa sih wujudnya
Rasulullah, seberapa santun tutur katanya, seberapa indah wajahnya, seberapa
lembut lakunya, yang oleh salah seorang di barat ditempatkan sebagai orang
paling berpengaruh di dunia. Ingin sekali rasanya Ghani juga diberi kesempatan
seperti itu, bisa bertemu Rasulullah, sekedar mencium tangan saja rasanya sudah
seperti surga pastinya. Atau sekedar memandang wajahnya dari kejauhan pun tak
apa, yang penting terkena cipratan nur beliau yang pancarannya menyemesta alam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dan hingga pada akhirnya saat-saat
yang ditunggu itu memang benar-benar tiba. Ghani mencari-cari waktu dan
kesempatan dimana Rasulullah SAW sedang benar-benar sendiri. Tak mudah memang,
orang-orang saling menunggu untuk sowan kepada beliau. Akhirnya Ghani menemukan
momen itu. Diintipnya dari balik pintu, lalu Ghani memunculkan wajahnya dengan
menunduk ke tanah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Ash-shalaatu
wa salaamu ‘alayka yaa Sayyidi yaa Rasulallah</i>” ucap Ghani penuh ta’zhim
seperti ketika beliau sowan kepada para kyai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Wa’alaykumussalam
warahmatullah wabarakatuh</i>”, beliau SAW menjawab dengan jelas. Akhirnya
Ghani bisa mendengar langsung suara merdu yang keluar dari lisan beliau SAW.
Beliau diam sebentar, Ghani merasa sepertinya beliau sedang memperhatikan
dirinya. Wajah Ghani tetap tertunduk ke tanah. “<i>Ta’al yaa ghulam</i>, kemarilah cah bagus”. Dengan membungkuk, Ghani
memberanikan diri memasuki ruangan. Hingga jarak sekitar 3 meter, Ghani
langsung meluncur, menyungkurkan diri, dan memeluk kedua paha Rasulullah SAW
yang sedang bersimpuh dan Ghani membenamkan mukanya sendiri ke sarung
Rasulullah SAW, Ghani menangis sejadi-jadinya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Halaktu
yaa Rasulallah, halaktu yaa Rasulallah.</i> Duh Kanjeng Rasul, betapa saya
telah rusak, hancur, dan binasa.” Masih dengan sembap dan sesenggukan Ghani
menyuarakannya dengan bahasa arab yang difasih-fasihkan. Beliau SAW yang belum
mengangkat kepala Ghani lantas mengusap rambut Ghani dengan kopyah Ghani yang
sudah acak-acakan dengan tangan kanan beliau SAW penuh kasih sayang, sementara
tangan kiri beliau SAW mengusap punggung Ghani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Min
aina ji’ta</i>, cah bagus datangnya dari mana?” <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dibuatlah bingung Ghani oleh
pertanyaan beliau. Harus ia jawab dari Jogja kah? Dari Aceh kah? Dari Indonesia
kah? Dari NU? Dari Muhammadiyah? Atau darimana?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Ji’tu
min azh-zhulumati Yaa Rasul</i>, saya datang dari kegelapan lagi penuh
kezaliman, wahai Rasul.” Tiba-tiba Ghani mengeluarkan jawaban itu yang dia
sendiri tidak sadar mengucapkannya. Seakan-akan mulutnya lebih jujur dari apa
yang ada di pikirannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Ana
nuur, wa anta fi nuuriy</i>, aku adalah cahaya dan cah bagus ada dalam
cahayaku.” Kata-kata beliau mengalir lembut, seketika dari kedua tangan beliau
terjadi emanasi kehangatan, merasuk ke tulang belulang Ghani dan pembuluh
darahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Ijlis
hunaak yaa ghulam</i>, duduklan disini cah bagus, di sampingku” kata beliau SAW
sambil mengangkat kepala dan tubuh Ghani. Tetap saja meskipun tubuh Ghani telah
bangkit namun wajah tetap dia tundukkan. Mana berani Ghani memandang wajah
beliau SAW jika dengan memandang wajah beliau SAW akan segera selesai semua
urusan Ghani. Sebagaimana potongan bait shalawat yang Ghani hafalkan waku kecil
dahulu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Tanhalu bihi al-‘uqadu</i> # <i>wa tanfariju bihi al-kurabu</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terurailah
dengannya segala ikatan # dilenyapkan dengannya segala kesusahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>wa tuqdha bihi al-hawaa-iju</i> # <i>wa tunaalu bihi ar-raghaa-ibu</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ditunaikan
dengannya segala hajat # diperoleh dengannya segala harapan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>wa husnu al-khawaatimi </i># <i>wa yustasqa al-ghamaamu</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dicapailah
akhir yang indah # dan diberinya air minum dari awan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>bi wajhihi al-kariim</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dengan
wajahnya yang begitu mulia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ghani tetap tidak berani memandang wajah
beliau SAW. Ya, karena ia masih belum ingin masalahnya selesai begitu saja
lantaran memandang wajah beliau SAW. <i>Laitahu
khashshani bi ru-yaati wajhin, zaala ‘an kulli man ra-aahu asy-syaqaa-u</i>. Ghani masih ingin berlama-lama menggelayut di
samping beliau SAW. Jika saat ini Ghani beranikan memandang wajah beliau SAW
sekedipan mata saja, niscaya cahaya wajah beliau SAW yang <i>tabassum</i> akan masuk ke rongga mata Ghani dan menerangi kegelapan
dalam diri dan sudut-sudutnya, meruntuhkan kecongkakan dan egoisitas,
merobohkan segala sandaran-sandaran yang tidak semestinya, melupakan segala
kepalsuan dari kesenangan dunia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <i>Laa
yaraa wajhiy tsalatsatun</i>. Ada tiga golongan yang tidak bisa melihat
wajahku. <i>Aqqu al-walidayn</i>, orang yang
durhaka kepada orang tuanya. <i>Wa taariku
sunnati</i>, orang yang meninggalkan dan tidak mencontoh perilaku hidupku. <i> Wa
man dzukirtu ‘indahu fa lam yushalli ‘alayya</i>, dan orang yang apabila disebut
namaku padanya ia tidak bershalawat kepadaku. Ghani ingat hadits tersebut
ketika mengaji di pondok beberapa tahun lalu di bulan Ramadhan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Astaghfirullah</i>”,
Ghani menggemuruhkan lafadz istighfar dalam dada. Betapa selama ini dia
ternyata belum berhak untuk sekedar memandang wajah Rasulullah SAW. Apalagi
meminta beliau mendampingi dirinya ketika melintasi jembatan <i>shiraath al-mustaqim</i>, lebih-lebih
merajuk agar bersedia masuk surga bersama-sama. Abu Lahab, Abu Jahal, mereka
saja diberi nikmat dapat memandang wajah Rasulullah SAW, bagaimana dengan
dirinya yang selama ini mengaku menjadi umatnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Astaghfirullah</i>”,
beberapa tetes air mata meluncur melintasi wajah Ghani yang sudah melembap.
Teringat bahwa selama ini baktinya kepada orang tua masih jauh dari apa yang
diharapkan Rasulullah SAW. Bahkan mungkin masih belum bisa disebut berbakti.
Sungguh banyak kerepotan-kerepotan yang ia timbulkan untuk mengusik kehidupan
kedua orang tua. Yang sayangnya, ia selalu menganggap bahwa orang tuanya akan
mengampuninya karena ia anak kandung mereka. Ridho Allah adalah ridho orang
tua, apa jadinya di akhirat kelak jika ridho orang tua menjadi barang mahal
yang tak terbeli. Menginjakkan kaki di halaman surga saja rasanya mustahil
jadinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Astaghfirullah</i>”,
Ghani sedikit mengangkat kepadala ke atas lagi. Rasulullah SAW masih menunggu
Ghani memandang wajah beliau. Apa mau dikata, Ghani selama ini masih jauh dari
perilaku hidup Rasulullah SAW. Beliau yang hanya makan jika lapar, dan berhenti
sebelum kenyang. Beliau yang senyum dan tutur katanya dinanti-nanti baik orang
muslim maupun bukan. Beliau yang lebih dekat dari saudara meski tanpa hubungan
darah. Beliau yang sedikit tidur dan sedikit-sedikit beribadah. Berbeda dengan
dirinya yang sedikit-sedikit tidur dan sedikit beribadah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Astaghfirullah</i>”,
Ghani kini mengangkat kepala dan duduk dengan posisi sempurna. Tapi matanya
masih melihat ke bawah. Syarat terakhir melihat wajah beliau, bershalawat
ketika nama beliau disebut. Secara lisan maupun tulisan, Ghani merasa sudah
mengamalkannya. Tapi bagaimana dengan nama beliau yang disebut secara <i>sirr</i>, secara tersirat, secara isyarat?
Jika alam semesta ini memang benar emanasi dari cahaya beliau, harusnya
shalawat selalu ia lestarikan dimanapun dan kapanpun. Jika pada senyum setiap
orang, otak kita menangkap sinyal itu adalah sinyal namanya yang <i>bassam</i>, harusnya ia bershalawat. Jika
dalam lantunan ayat-ayat Al-Qur’an tertangkap suara beliau yang secara
mutawatir bersambung, jika dalam kesenduan melihat anak yatim piatu menggelandang
di perempatan jalan mengingatkan kita pada beliau SAW yang juga yatim piatu
sejak kecil, jika dalam menyaksikan seseorang dizhalimi mengingatkan kita pada
beliau SAW yang dizhalimi kaum kafir dimanapun berada, dimana lagi tempat ia
tidak berhak untuk shalawat padanya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Astaghfirullah.
Allahumma bi haqqi Muhammadin arinii wajha Muhammadin haalan wa maalan. </i>Ya
Allah, dengan haq beliau, tunjukanlah wajah beliau kepadaku saat ini secara
nyata”. Ghani memejamkan mata, lalu mengusap air mata yang membasahi sekitar
matanya. Perlahan ia membuka mata dan ia masih tidak percaya. Yang ada di
hadapannya sekarang adalah Rasulullah SAW. Seketika tubuh Ghani menjadi
tergetar hangat. Sesuatu menerobos matanya, turun ke hatinya, lalu menyebar ke
seluruh tubuhnya secara konduktif.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;"> </span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">“</span><i style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Laa
tahinuu wa laa tahzanuu wa antum a’launa in kuntum mu’miniin, </i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">jangan merasa
hina dan sedih, cah bagus masih tetap unggul jika cah bagus memang benar-benar
orang mukmin”. Beliau SAW berkata lembut. Jika Ghani boleh untuk tidak sopan,
ia sudah memeluk dan mencium wajah Rasulullah SAW. Ingin sekali membawa kamera
untuk mengabadikannya. Tapi mata Ghani sudah cukup menjadi lensa untuk
menyimpan wajah beliau di memori sanubari. Tiba-tiba telapak tangan Rasulullah
SAW mengusap wajah Ghani. Ghani memegangi punggung tangan beliau. Harum. Wangi.
Hangat. Sejuk. Halus. Cerah. Entahlah, susah bagi Ghani mendeksripsikannya. Dan
ketika telapak tangan itu terbuka, mata Ghani ikut terbuka. Tiba-tiba gelap.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ghani terbangun, ia melihat
sekeliling dan mencari Rasulullah SAW. Di sampingnya hanya ada mushaf Al-Qur’an
di atas meja dalam posisi terbuka. Ghani sadar ia baru saja tertidur di mushola
pondok. Beberapa santri yang lain sudah ada yang bangun dan membaca Al-Qur’an
maupun bertahajud. Ghani segera bangkit mengambil wudhu dan kembali ke mushola
untuk menunaikan tahajud. Selesai itu ia ambil mushaf yang telah terbuka pada
surat Muhammad.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Shalallahu
‘alayhi wa salam</i>”, ucap Ghani ketika membaca nama surat tersebut. Masih ada
waktu sekitar 20 menit sebelum adzan shubuh. Cukup bagi Ghani menyelesaikan 3-4
halaman. Ia cium mushaf Al-Qur’an wana biru tua miliknya, harum. Tapi bukan,
bukan mushafnya yang harum. Namun telapak tangan Ghani yang harum. Harum yang
sama dengan telapak tangan Rasulullah SAW.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl1T3YZcgBjwMQD3Dh-vc14nUj4paENVvbW-u-cnmAWaxRV09PtyjWtmH1sPgxZE7JMtRpZrGpZO5U8_ubi1jjyochLtO6d-AX64w3WmyxjzGY5YPuLNRMwh4PMFj-TrSNHBHGCFy01bF0/s1600/230584_114240315328902_100002288036196_136325_1669570_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjl1T3YZcgBjwMQD3Dh-vc14nUj4paENVvbW-u-cnmAWaxRV09PtyjWtmH1sPgxZE7JMtRpZrGpZO5U8_ubi1jjyochLtO6d-AX64w3WmyxjzGY5YPuLNRMwh4PMFj-TrSNHBHGCFy01bF0/s320/230584_114240315328902_100002288036196_136325_1669570_n.jpg" width="320" /></a></span></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-46541130821441476772013-02-13T22:19:00.000-08:002013-02-13T22:19:04.847-08:00Hukum Cukur Jenggot<br />
<div class="aboveUnitContent" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14px; margin-bottom: 15px; margin-top: 15px;">
<div class="userContentWrapper">
<div class="_wk" style="font-size: 13px; line-height: 18px;">
<span class="userContent">[Hukum Cukur Jenggot]<br /><br />gus maola, request dong, klo dari kyai2 dan kitab2 yang sudah dipelajari tentang hukum cukur jenggot niku pripun nggih? klo dari tempat ngaji saya selama ini mutlak mengharamkan, saya pengen tau pendapat lainnya...hoh<span class="text_exposed_show" style="display: inline;">o<br />Sunday at 6:47am • Like<br /><br />Jawaban:<br /><br />Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh<br /><br />Apresiasi terhadap sa-il (penanya), meskipun telah mencari tahu hukum mencukur jenggot dan menemukan jawabannya, namun beliau masih mencari jawaban lain yang berasal dari sumber berbeda. Hal ini adalah upaya positif untuk tidak terjebak pada pandangan sempit apalagi jika merujuk pada situs-situs monoton-copasan di internet. Dengan mengetahui khazanah perbedaan pendapat di kalangan ulama, insya Allah akan membuat kita lebih bijak dan terhindar dari islam madzhab bocor alus yang bernutrisi rendah. Karena ulama memang berbeda pendapat tentang hukum mencukur jenggot. Sebagian mengatakan haram, sebagian mengatakan makruh, sebagian merincinya dengan ketentuan-ketentuan khusus. Dan alangkah baiknya jika kita mengetahui masing-masing pendapat agar menjadi lebih bijak dan tidak sembarangan bertindak hanya karena masalah jenggot. Saya coba menguraikan dengan singkat dan bahasa yang mudah.<br /><br />Diantara perbedaan ulama dalam hal ini (Lihat: Fiqh al-Islami, Syaikh Wahbah Zuhayli): Madzhab Maliki dan madzhab Hambali mengatakan haram bagi pria, sedangkan madzhab Hanafi mengatakan makruh tahrim (makruh yang menjurus ke haram), menurut madzhab Hanafi yang disunnahkan dalam jenggot adalah yang ada pada segenggaman tangan. Madzhab Syafi’i lebih memilih hukum makruh dalam mencukur jenggot (Imam Nawawi, Imam Rafi’i, Imam Ramli, Imam Zakariya al-Anshari, Imam Ghazali, dll). Meskipun demikian sebagian dari madzhab Syafi’i juga ada yang mengharamkannya (Imam al-Quffal, Imam al-Halimi, Imam Al-Adzra’i, dll.)<br /><br />Di atas adalah berbagai pendapat dari ulama mutaqaddimin (awal). Alangkah baiknya kita juga mencoba mengetahui pendapat ulama muta-akhirin. Menurut Syaikh Ali Jum’ah (Grand Mufti Al-Azhar Mesir yang beberapa hari lalu purna tugas), sebagian ulama mengatakan perintah dalam hal-hal yang berkaitan dengan jenggot, rambut, makan, minum, berpenampilan, siwak, dan semacamnya adalah wajib sehingga jika menyelisihinya maka haram. Sebagian lagi mengatakan bahwa perintah di dalam hal tersebut bermakna anjuran yang bernilai sunnah, sehingga jika menyelisihinya tidak sampai haram, tapi makruh. Hal ini dikarenakan dikarenakan terdapat indikasi (qorinah) yang mengubah kewajiban menjadi anjuran terkait dengan kebiasaan sehari-hari.<br /><br />Sebagian lagi menyatakan bahwa memanjangkan jenggot ini illat-nya adalah untuk berbeda dan menyelisihi kaum kafir. Dalam sejumlah hadits diredaksikan dengan lafadz “khalafuu” yaitu perintah untuk menyelisihi, di satu riwayat untuk menyelisihi majusi, di riwayat yang lain untuk menyelisihi musyrikin, nasrani dan yahudi. Riwayat lain bahkan dikatakan untuk menyelisihi ‘ajam (orang asing). Maka bisa dikatakan jika seseorang memendekkan jenggot atau mencukurnya maka dikhawatirkan akan menyerupai (tasyabbuh) dengan kaum kafir. Padahal, jika kita melihat rabi-rabi yahudi, jenggot mereka juga panjang-panjang. Belum lagi sinterklas pun jenggotnya juga panjang. Maka ada baiknya kita perlu tahu juga tentang kaidah tasyabbuh.<br /><br />Diantara kaidah ber-tasyabbuh adalah: Bila tasyabbuh-nya dengan tujuan meniru orang kafir untuk turut menyemarakkan kekafirannya maka hukumnya menjadi kafir. Bila tasyabbuh-nya dengan tujuan hanya meniru tanpa disertai untuk turut menyemarakkan kekafirannya hukumnya tidak kafir namun berdosa. Bila tasyabbuh-nya tidak sengaja meniru sama sekali tetapi sekedar menjalani sesuatu yang kok ndilalahnya alias kebetulan sama dengan mereka maka tidak haram tetapi makruh.<br /><br />Karena wazan dari kata tasyabbuh adalah tafa'-'ul. Wazan ini menunjukkan adanya sebuah niat / orientasi untuk melakukan suatu perbuatan dan menghadapi semua kesulitannya. Mempertimbangkan aspek niat (tujuan) dari mukallaf merupakan salah satu dasar pengambilan dalil dalam syari'at. Penyerupaan yang dilarang adalah yang berkaitan dengan syiar-syiar agama dan memang bertujuan untuk menyerupai perbuatan mereka itu. Karenanya. Syaikh Ali Jum’ah merangkum bahwa tasyabbuh yang dilarang adalah jika memenuhi 2 syarat: Tasyabbuh dalam syi’ar-syi’ar agama lain dan tasyabbuh yang disertai niat untuk menyerupai mereka.<br /><br />Berkaitan dengan tasyabbuh, dalam Fathul Bari dikisahkan ketika berbicara mengenai pakaian Thailasan, yaitu sebuah pakaian yang mulanya dipakai orang-orang Yahudi, dan ketika menjelaskan hadist: "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia adalah golongan mereka." Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, "Dibolehkan menjadikan kisah orang-orang Yahudi tersebut sebagai alasan pengharaman pakaian Thailasan ini adalah jika ia masih merupakan ciri khusus mereka. Namun saat ini pakaian tersebut sudah tidak lagi menjadi ciri khas mereka, sehingga penggunaan pakaian itu telah masuk dalam penggunaan barang yang dibolehkan secara umum. Ibnu Abdis Salam telah menyebutkan hal ini dalam contoh-contoh bid'ah yang dibolehkan." Artinya, konsep tasyabbuh ini juga terikat dengan masa. Sebuah perkara dalam suatu masa adalah tasyabbuh, namun dalam masa yang lain bisa berbeda.<br /><br />Maka pada akhirnya untuk kesimpulan kembali kepada masing-masing. Yang jelas, sejauh penelusuran saya tidak ada hukum muthlaq untuk mencukur jenggot. Kita perlu melihat sekitar kita, apakah jenggot masih merupakan hal pembeda dengan kaum kafir? Apakah mencukur jenggot adalah syi’ar kaum kafir? Seandainya kita mencukur jenggot, apa orientasi kita? Jika kita memanjangkan jenggot, apa pula orientasinya? Bagaimana jika dengan berjenggot panjang justru kita bertasyabbuh dengan sinterklas atau rabi-rabi yahudi? Silahkan pilih pendapat yang lebih anda yakini. Dari berbagai pendapat di atas, saya sendiri memilih ikut pendapat istri saya kelak. Jika beliau ingin saya berjenggot, saya turuti. Jika ingin dicukur, saya cukur. Dalam hal ini saya tidak perlu bermusyawarah, sam’an wa tha’atan. Pokoknya asal nona senang, abang tenang. Idkhulus suruuri zaujati, ndemenaken penggalihe sigaraning nyowo.<br /><br />Kalau-kalau istri saya besok tanya:<br /><br />“Mas, kok njenengan mau-maunya to cukur jenggot? Katanya kan ada bidadari di tiap helainya mas? Mangke mboten nyesel po?”<br /><br />“Dik, sudah ada njenengan kok, buat apa sih bidadari? Ngganggu mawon :)”<br /><br />Wallahu a’lam bish-shawab<br />Wassalamu ‘alaykum warrahmatullah wabarakatuh<br /><br />Mochammad Maola Lc (Lelaki cejati)<br /><br />(ini ceritanya format tulisan gaya Ust Ahmad Sarwat)</span></span></div>
</div>
</div>
<div class="photoUnit clearfix" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14px; margin: 0px -15px; overflow: hidden; position: relative; zoom: 1;">
<div class="_53s uiScaledThumb photo photoWidth1" data-cropped="1" data-gt="{"fbid":"4192089089751"}" style="float: left; overflow: hidden; position: relative;">
<a ajaxify="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4192089089751&set=a.1270524332458.2033052.1510361536&type=1&relevant_count=1&src=https%3A%2F%2Ffbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net%2Fhphotos-ak-ash3%2F539817_4192089089751_702144416_n.jpg&size=400%2C266&theater" class="_6i9" href="https://www.facebook.com/photo.php?fbid=4192089089751&set=a.1270524332458.2033052.1510361536&type=1&relevant_count=1" rel="theater" style="color: #3b5998; cursor: pointer;"><div class="uiScaledImageContainer photoWrap" style="height: 268px; margin-left: 3px; overflow: hidden; position: relative; width: 403px;">
<img alt="Photo: [Hukum Cukur Jenggot]
gus maola, request dong, klo dari kyai2 dan kitab2 yang sudah dipelajari tentang hukum cukur jenggot niku pripun nggih? klo dari tempat ngaji saya selama ini mutlak mengharamkan, saya pengen tau pendapat lainnya...hoho
Sunday at 6:47am • Like
Jawaban:
Assalamu’alaykum warrahmatullah wabarakatuh
Apresiasi terhadap sa-il (penanya), meskipun telah mencari tahu hukum mencukur jenggot dan menemukan jawabannya, namun beliau masih mencari jawaban lain yang berasal dari sumber berbeda. Hal ini adalah upaya positif untuk tidak terjebak pada pandangan sempit apalagi jika merujuk pada situs-situs monoton-copasan di internet. Dengan mengetahui khazanah perbedaan pendapat di kalangan ulama, insya Allah akan membuat kita lebih bijak dan terhindar dari islam madzhab bocor alus yang bernutrisi rendah. Karena ulama memang berbeda pendapat tentang hukum mencukur jenggot. Sebagian mengatakan haram, sebagian mengatakan makruh, sebagian merincinya dengan ketentuan-ketentuan khusus. Dan alangkah baiknya jika kita mengetahui masing-masing pendapat agar menjadi lebih bijak dan tidak sembarangan bertindak hanya karena masalah jenggot. Saya coba menguraikan dengan singkat dan bahasa yang mudah.
Diantara perbedaan ulama dalam hal ini (Lihat: Fiqh al-Islami, Syaikh Wahbah Zuhayli): Madzhab Maliki dan madzhab Hambali mengatakan haram bagi pria, sedangkan madzhab Hanafi mengatakan makruh tahrim (makruh yang menjurus ke haram), menurut madzhab Hanafi yang disunnahkan dalam jenggot adalah yang ada pada segenggaman tangan. Madzhab Syafi’i lebih memilih hukum makruh dalam mencukur jenggot (Imam Nawawi, Imam Rafi’i, Imam Ramli, Imam Zakariya al-Anshari, Imam Ghazali, dll). Meskipun demikian sebagian dari madzhab Syafi’i juga ada yang mengharamkannya (Imam al-Quffal, Imam al-Halimi, Imam Al-Adzra’i, dll.)
Di atas adalah berbagai pendapat dari ulama mutaqaddimin (awal). Alangkah baiknya kita juga mencoba mengetahui pendapat ulama muta-akhirin. Menurut Syaikh Ali Jum’ah (Grand Mufti Al-Azhar Mesir yang beberapa hari lalu purna tugas), sebagian ulama mengatakan perintah dalam hal-hal yang berkaitan dengan jenggot, rambut, makan, minum, berpenampilan, siwak, dan semacamnya adalah wajib sehingga jika menyelisihinya maka haram. Sebagian lagi mengatakan bahwa perintah di dalam hal tersebut bermakna anjuran yang bernilai sunnah, sehingga jika menyelisihinya tidak sampai haram, tapi makruh. Hal ini dikarenakan dikarenakan terdapat indikasi (qorinah) yang mengubah kewajiban menjadi anjuran terkait dengan kebiasaan sehari-hari.
Sebagian lagi menyatakan bahwa memanjangkan jenggot ini illat-nya adalah untuk berbeda dan menyelisihi kaum kafir. Dalam sejumlah hadits diredaksikan dengan lafadz “khalafuu” yaitu perintah untuk menyelisihi, di satu riwayat untuk menyelisihi majusi, di riwayat yang lain untuk menyelisihi musyrikin, nasrani dan yahudi. Riwayat lain bahkan dikatakan untuk menyelisihi ‘ajam (orang asing). Maka bisa dikatakan jika seseorang memendekkan jenggot atau mencukurnya maka dikhawatirkan akan menyerupai (tasyabbuh) dengan kaum kafir. Padahal, jika kita melihat rabi-rabi yahudi, jenggot mereka juga panjang-panjang. Belum lagi sinterklas pun jenggotnya juga panjang. Maka ada baiknya kita perlu tahu juga tentang kaidah tasyabbuh.
Diantara kaidah ber-tasyabbuh adalah: Bila tasyabbuh-nya dengan tujuan meniru orang kafir untuk turut menyemarakkan kekafirannya maka hukumnya menjadi kafir. Bila tasyabbuh-nya dengan tujuan hanya meniru tanpa disertai untuk turut menyemarakkan kekafirannya hukumnya tidak kafir namun berdosa. Bila tasyabbuh-nya tidak sengaja meniru sama sekali tetapi sekedar menjalani sesuatu yang kok ndilalahnya alias kebetulan sama dengan mereka maka tidak haram tetapi makruh.
Karena wazan dari kata tasyabbuh adalah tafa'-'ul. Wazan ini menunjukkan adanya sebuah niat / orientasi untuk melakukan suatu perbuatan dan menghadapi semua kesulitannya. Mempertimbangkan aspek niat (tujuan) dari mukallaf merupakan salah satu dasar pengambilan dalil dalam syari'at. Penyerupaan yang dilarang adalah yang berkaitan dengan syiar-syiar agama dan memang bertujuan untuk menyerupai perbuatan mereka itu. Karenanya. Syaikh Ali Jum’ah merangkum bahwa tasyabbuh yang dilarang adalah jika memenuhi 2 syarat: Tasyabbuh dalam syi’ar-syi’ar agama lain dan tasyabbuh yang disertai niat untuk menyerupai mereka.
Berkaitan dengan tasyabbuh, dalam Fathul Bari dikisahkan ketika berbicara mengenai pakaian Thailasan, yaitu sebuah pakaian yang mulanya dipakai orang-orang Yahudi, dan ketika menjelaskan hadist: "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia adalah golongan mereka." Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, "Dibolehkan menjadikan kisah orang-orang Yahudi tersebut sebagai alasan pengharaman pakaian Thailasan ini adalah jika ia masih merupakan ciri khusus mereka. Namun saat ini pakaian tersebut sudah tidak lagi menjadi ciri khas mereka, sehingga penggunaan pakaian itu telah masuk dalam penggunaan barang yang dibolehkan secara umum. Ibnu Abdis Salam telah menyebutkan hal ini dalam contoh-contoh bid'ah yang dibolehkan." Artinya, konsep tasyabbuh ini juga terikat dengan masa. Sebuah perkara dalam suatu masa adalah tasyabbuh, namun dalam masa yang lain bisa berbeda.
Maka pada akhirnya untuk kesimpulan kembali kepada masing-masing. Yang jelas, sejauh penelusuran saya tidak ada hukum muthlaq untuk mencukur jenggot. Kita perlu melihat sekitar kita, apakah jenggot masih merupakan hal pembeda dengan kaum kafir? Apakah mencukur jenggot adalah syi’ar kaum kafir? Seandainya kita mencukur jenggot, apa orientasi kita? Jika kita memanjangkan jenggot, apa pula orientasinya? Bagaimana jika dengan berjenggot panjang justru kita bertasyabbuh dengan sinterklas atau rabi-rabi yahudi? Silahkan pilih pendapat yang lebih anda yakini. Dari berbagai pendapat di atas, saya sendiri memilih ikut pendapat istri saya kelak. Jika beliau ingin saya berjenggot, saya turuti. Jika ingin dicukur, saya cukur. Dalam hal ini saya tidak perlu bermusyawarah, sam’an wa tha’atan. Pokoknya asal nona senang, abang tenang. Idkhulus suruuri zaujati, ndemenaken penggalihe sigaraning nyowo.
Kalau-kalau istri saya besok tanya:
“Mas, kok njenengan mau-maunya to cukur jenggot? Katanya kan ada bidadari di tiap helainya mas? Mangke mboten nyesel po?”
“Dik, sudah ada njenengan kok, buat apa sih bidadari? Ngganggu mawon :)”
Wallahu a’lam bish-shawab
Wassalamu ‘alaykum warrahmatullah wabarakatuh
Mochammad Maola Lc (Lelaki cejati)
(ini ceritanya format tulisan gaya Ust Ahmad Sarwat)" class="img" height="268" src="https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/c0.0.400.400/p403x403/539817_4192089089751_702144416_n.jpg" style="border: 0px; height: 268px; min-height: 100%; position: relative;" width="403" /></div>
</a></div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-66497041135882190032012-12-13T18:48:00.001-08:002012-12-13T18:48:40.090-08:00Rokok tidak haram, jadi jangan merokok!<span></span><br />
<em>Al-hamdu lillaahil-ladzi qad ja’ala # Khilafu al-ummati li rahmati jalla</em><br />
<em>Wa nuuru quluubi ahli al-‘ilmi # Ma’rifatu al-haqqi fii al-ahkaami</em><br />
<br />
Segala puji bagi Tuhan yang telah menjadikan # Perbedaan pendapat pada umat sebagai rahmat<br />
Dan menjadikan cahaya hati para ahli ilmu # Dalam mengenali kebenaran tentang hokum-hukum-Nya<br />
<br />
(Syaikh Ihsan Jampes – <em>Irsyad al-Ikhwan fi Bayan al-Hukm al-Qahwah wa ad-Dukhan</em>)<br />
<br />
---------------------------------------<br />
<br />
“Ayo, makan gak Kang?” Asep melongok kamar mengajak Ghani dan Hamdani lewat jendela.<br />
<br />
“Ya, nyusul Sep. Bentar,” Ghani menjawab dari dalam. Hamdani langsung keluar mengikuti Asep.<br />
<br />
“Duluan ya, Ghan.”<br />
<br />
Halaqah Madrasah Diniyah di komplek L Pesantren
Al-Munawwir Krapyak[1] biasanya selesai sekitar jam setengah 10 malam.
Selesai <em>halaqah</em>, santri-santri bebas mau mengerjakan apa saja. Ada yang langsung tidur, mengerjakan tugas, <em>nderes</em> menambah hafalan, makan, dan sebagainya. Asep, santri kelas Ula biasanya mengajak Ghani dan Hamdani makan ke <em>angkringan</em>[2].
Asep adalah mahasiswa semester baru di Teknik Mesin UMY, Hamdani
mahasiswa semester akhir di Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga, dan Ghani
mahasiswa semester akhir di Psikologi UGM.<br />
<br />
Di dekat Komplek L, ada 2 angkringan utama. Di depan dan
belakang pondok. Angkringan yang di belakang pondok cukup tenang karena
berada di kampung penduduk. Tapi kebanyakan yang makan di sana adalah
para ustaz atau santri senior. Tak heran, obrolannya pun agak susah
dipahami oleh santri-santri baru seperti Asep. Pernah Asep mencoba makan
di angkringan tersebut di malam hari selepas halaqah, baru lima belas
menit ada di sana, Asep tidak menghabiskan nasi kucingnya. Tertegun ia
dengan pembicaraan para senior tentang <em>fana</em>[3], <em>jadzab</em>[4], <em>dzauq</em>[5],
dan sebagainya. Asep tanya ke Hamdani, dan ia baru diberi tahu Hamdani
kalau angkringan di belakang pondok itu memang sering disebut angkringan
sufi (meminjam istilah kedai sufi KH Mohammad Luqman Hakiem), karena
obrolannya yang melangit <em>jabarut</em>[6] dan <em>malakut</em>[7]. Makanya santri-santri anyar biasanya kalau ngangkring memilih ke angkringan depan, atau agak jauh di sebelah barat <em>kopontren</em> dekat masjid pusat.<br />
<br />
<br />
Angkringan di depan komplek L tidak jauh beda dengan
angkringan yang lain. Kalau angkringan di belakang pondok biasa disebut
angkringan sufi, angkringan di depan pondok biasa di sebut angkringan
jomblo. Selain karena pengunjungnya para “<em>ahlu</em> jomblo” komplek
L, di tempat tersebut juga bisa melihat santri putri dari berbagai
komplek putri lalu lalang. Apalagi ketika sore-sore, Asep menyebutnya <em>gold time </em>untuk <em>ngangkring</em> di angkringan jomblo. Pokoknya bikin betah lah.<br />
<br />
“Pak, <em>Samsu</em>-nya dua pak.” Hamdani memesan rokok. Asep mengamati Hamdani sambil menyedot es tehnya.<br />
<br />
“Kenapa sih sampeyan ngrokok, Kang?” Asep mulai bertanya dengan tatapan mata lurus ke Hamdani.<br />
<br />
“Iya Sep, sampeyan mau? Ini satu buatmu.” Hamdani menyodorkan sebatang <em>Samsu</em> dan korek.<br />
<br />
“Emoh ah, sampeyan gak tahu ya? Rokok itu kan haram. Bikin penyakit.”
Asep langsung mendakwahkan materi yang kemarin siang baru ia dapat dari
mentornya ketika <em>liqo’</em> di kampus.<br />
<br />
“Uhukk!” Ghani tersedak jeruk angetnya. Namun Ghani kembali diam sambil melahap nasi kucingnya perlahan.<br />
<br />
“Oh iya ya, Sep? Yang bener? Sejak kapan sampeyan jadi <em>mufti</em>?” Hamdani menjawab tenang sambil mengepul-ngepulkan asap.<br />
<br />
“Wah, sampeyan ini ngece Kang, itu lho fatwa MUI sama Muhammadiyah.”<br />
<br />
“Hhahaha, sampeyan mengharamkan itu dalilnya dari mana? Jangan cuma
ngekor pendapat orang lho, Sep.” Hamdani mulai menantang Asep.<br />
<br />
“Lho, jelas kan Kang? Rokok itu jelas-jelas merusak. Sampeyan kan
ngapalin Quran juga, apa tidak lupa sama surat Al-Baqarah yang ayatnya
bunyinya <em>wa laa tulqu bi aidikum ilaa at-tahlukah</em>[a]? Jangan engkau jatuhkan dirimu dalam kerusakan! <em>Piye to</em> Kang, <em>eman-eman</em> awakmu.” Asep mulai menyerang Hamdani, berharap Hamdani melepas batangan itu dan segera membuangnya.<br />
<br />
“Hebat Sep, sampeyan sudah bisa <em>ndalil</em> ya?” Hamdani
menjawabnya sambil mengepulkan asap lagi. Ghani masih diam dan menyimak
pembicaraan mereka berdua. Pak Sugeng penjual angkringan mulai
kocar-kacir kalau-kalau para santri itu sepakat mengharamkan rokok,
omzetnya bisa menurun cukup drastis.<br />
<br />
“Sudah, cepat itu rokoknya dibuang saja Kang.” Asep mencoba meraih rokok di tangan kanan Hamdani. Tapi dihalangi oleh Hamdani.<br />
<br />
“Santai Sep, santai. Aku bisa menjelaskannya. Aku sih maklum, kau
masih santri baru, baru beberapa bulan belajar di sini. Hhaha, dengerin
dulu makanya. Jadi gini, ayat yang sampeyan bawa itu benar, tapi gak
gitu-gitu juga Sep.” Hamdani sebagai santri kelas Tsalits mencoba
menenangkan Asep dengan bijaksana.<br />
<br />
“Maksudnya gimana Kang?”<br />
<br />
“Coba, bunyi ayat itu utuhnya gimana?”<br />
<br />
“Eeee, gak tau Kang. Aku kan masih setorannya Juz ‘amma, kemarin dikasih tahunya cuma yang bunyi itu.”<br />
<br />
“Makanya, jangan nelen mentah-mentah Sep. Ayat itu bunyi lengkapnya kan <em>wa anfiquu fii sabiilillahi wa laa tulquu bi aydikum ilaa at-tahlukah wa ahsinuu innallaha yuhibbu al-muhsiniin</em>. Di kitab-kitab tentang <em>asbabun-nuzul</em>,
cobalah sampeyan ngecek. Aku kasih contoh di Lubabun-Nuqul-nya Imam
Suyuthi, itu ada hadisnya yang menceritakan tentang turunnya ayat itu.
Imam Bukhari mengatakan itu ayat yang diturunkan tentang hukum <em>nafaqah</em>,
alias infak! [8]. Ketika itu Islam sedang jaya-jayanya dan makin banyak
pemeluknya, orang-orang golongan Anshar berbisik-bisik satu sama
lainnya dan bilang: sesungguhnya harta benda dan aset kita telah habis,
sedangkan Allah telah menjayakan Islam. Bagaimana kalau kita mereformasi
dan merevitalisasi kondisi perekonomian kita saja? Maka turunlah ayat
itu sebagai jawaban dan teguran atas pembicaraan mereka. <em>At-tahlukah</em> di
situ artinya mereka memalingkan diri dari menginfakkan harta di jalan
Allah dan memilih menggunakannya untuk kepentingan ekonomi mereka
sendiri[9]. <em>Fahimtum</em>?”<br />
<br />
“Eh, gitu ya Kang? tapi kan tetap saja, daripada buat ngerokok uang itu bisa diinfakkan di jalan Allah, hayo…”<br />
<br />
“Okelah, poin pentingnya yang pertama adalah kau tidak boleh
sembarangan mengharamkan sesuatu dengan dalil tadi Sep. Tapi kalau
mendengar kata-katamu barusan, bukankah itu ber-idiom dengan lebih baik
zikir daripada tidur, lebih baik mengaji daripada makan, dan lebih baik
salat daripada minum?”<br />
<br />
“Tapi jelas kan Kang? Rokok memang mubazir, buang-buang duit gak ada manfaatnya.”<br />
<br />
“Kata siapa Sep gak ada manfaatnya? Coba tanya Gani, anak psikologi.”<br />
<br />
“Eh, emang ada manfaatnya Kang?” Asep menyenggol Gani di sebelah kirinya.<br />
<br />
“Wah, aku ragu mau jawab Sep,” Gani menjawab pelan.<br />
<br />
“Maksudnya?” Asep bingung.<br />
<br />
“Pertama, aku ini memang tidak merokok dan tidak suka rokok, Sep.
Tapi aku gak sampai berani mengharamkan kayak kamu Sep. Kalaupun aku
tahu dan mengatakan ada penelitian tentang manfaat rokok, jangan kau
tuduh aku mendukung rokok. Aku tetap antirokok.”<br />
<br />
“Terus, apa manfaatnya Kang?”<br />
<br />
“Emang sih, rokok itu bisa meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa
kantuk, juga mengurangi tingkat stres dan depresi orang yang
mengonsumsinya[10]”<br />
<br />
“Ah yang bener, Kang? Tapi nyatanya banyak kok orang tidak merokok yang tidak stres,” Asep menjawab.<br />
<br />
“Betul Sep. Aku ini suka rokok, tapi aku lebih suka tidak merokok.
Tapi aku juga jauh lebih suka tidak merokok, tapi juga tidak stres,”
jawab Hamdani.<br />
<br />
“Lha ya sudah, <em>mbok</em> mending nggak usah ngrokok sekalian Kang,” kata Asep.<br />
<br />
“Gak segampang itu Sep. Aku ngrokok ini ada konstruksi kepribadian dan sosial yang membuatku jadi perokok.”<br />
<br />
“Sebentar, sebentar Kang. Tadi kata Kang Ghani, rokok itu ada manfaatnya secara psikologis. Tapi kan tetep ada <em>madhorot</em>-nya? Dan bukankah statusnya sama seperti judi dan <em>khamr</em> di surat Al-Baqarah, yang <em>wa yas-alunaka ‘anil khamri wal maysir</em>[b], toh walaupun ada manfaatnya tetap saja hukumnya haram kayak <em>khamr</em>. Rokok juga gitu kan Kang?”<br />
<br />
“Hhahaha, Asep, Asep. Dalilmu ternyata banyak juga.”<br />
<br />
“Halah, sini rokoknya, dibuang saja. Sudah haram, ngganggu orang lain
pula.” Asep kembali mencoba meraih rokok di tangan Hamdani dengan
sigap, kali ini berhasil. Tapi oleh Hamdani berhasil direbut kembali
disertai senyum puas. Pak Sugeng masih meracik teh hangat melayani
pelanggan lain sambil menyimak obrolan santri-santri di depannya.<br />
<br />
“Iya, Sep, bener. Tapi tunggu dulu. Jangan langsung main vonis haram
dulu dong. Ayat yang kau bawa itu benar. Tapi ingat, ayat itu di <em>nasakh</em>[11] dengan ayat lain tentang pengharaman <em>khamr</em>. Itulah hebatnya Gusti Allah, Ia mengharamkan sesuatu perlahan-lahan. Pertama, Gusti Allah mengingatkan bahwa<em>khamr</em> itu
ada plus dan minusnya, tetapi lebih banyak minusnya[c]. Kemudian di
ayat lain yang turun kemudian Allah menjelaskan bahwa orang yang habis
minum <em>khamr</em> tidak boleh salat[d], lalu baru di ayat yang selanjutnya turun Allah baru secara tegas mengharamkan <em>khamr</em> secara mutlak[e]. Itulah namanya<em>tadriju at-tasyrii’</em>[12]
alias stratifikasi penyariatan sesuatu, berkala dan bergradasi. Nah,
catatan pentingnya adalah Rasulullah ketika turun ayat <em>wa yas-alunaka ‘anil khamri wal maysiri</em> itu tidak langsung mengharamkan, tapi <em>tawaqquf</em> alias
mendiamkan hukumnya. Rasulullah tidak akan sembarangan menghukumi
sesuatu jika tidak ada perintah yang jelas dari Allah meskipun sesuatu
itu mengandung keburukan.” Ghani menjawab pertanyaan Asep.<br />
<br />
“Betul itu kata Ghani, Sep. Jangan sembarangan mengharamkan sesuatu
hanya karena ia memiliki keburukan yang lebih banyak daripada
kebaikannya, intinya sih gitu.” Hamdani menambahi.<br />
<br />
“Oh, gitu ya Kang? Tapi kan kata Pak Yai, <em>laa dharara wa laa dhirara</em>. Sesuatu yang membahayakan itu tidak boleh.”<br />
<br />
“Betul Sep, tapi ingat dulu, <em>dharar</em> seperti apa yang tidak diperbolehkan? Jangan-jangan sampeyan makan sate usus itu juga termasuk <em>dharar</em> karena
bisa bikin kolesterol? Kan gak gitu Sep. Makanya, Imam Ibnu Hajar
al-Haitamy menjelaskan bahwa Para ulama sepakat bahwa bila <em>madharat</em> yang
telah terbukti nyata keberadaannya maka diharamkan, bila tidak demikian
maka tidak haram.” Hamdani menjelaskan dengan agak serius. Kali ini
rokok yang ia hisap sudah habis.<br />
<br />
“Maksudnya gimana sih Kang? Belum paham aku.”<br />
<br />
“Pelan-pelan ya Sep. Jadi begini, perlu diketahui bahwa tata cara mengharamkan makanan atau minuman yang mengandung <em>madharat</em> itu ada lima tahapan[13]. Tahapan pertama, namanya <em>tahaqquq dharar</em>. Yakni hukum <em>dharar</em> mulai digali ketika sifatnya <em>tahaqquq</em> atau nyata sifat keburukannya. Bila tidak <em>tahaqquq</em> atau tidak nyata maka tidak haram, dan bila terbukti <em>tahaqquq</em> maka boleh melangkah ke tahap kedua. Sampai di sini, rokok dicari tahu dulu,<em>madharat</em>-nya
jelas atau tidak? Jangan-jangan cuma pendapat orang saja. Katakanlah
rokok itu punya sisi negatif alias keburukannya. Lalu lanjut tahap
kedua, yaitu <em>qath’i dharurat dharar</em>. Di sini harus ditelusuri apakah <em>dharar</em>-nya itu sifatnya <em>qathi</em> darurat lewat pembuktian riset dari orang dengan reputasi adil yang dapat dipercaya dan dijamin stabil alias <em>reliable</em> untuk
rokok dihukumi haram dari masa ke masa. Dan hal ini menurutku sih
mustahil mengingat tidak ada jaminan untuk tidak berubah di kemudian
hari tentang rokok. Penelitian tentang manfaat maupun <em>madharat</em> rokok pun tiap waktu semakin berkembang. Maka, lanjutlah ke tahap ketiga Sep.”<br />
<br />
“Wah, Hamdani mulai serius itu Sep. Dengerin ceramahnya, kalau perlu
direkam.” Ghani mulai membersihkan meja depannya dari bungkusan nasi
kucing.<br />
<br />
“Lanjut Kang, lanjuuuuut.” Asep semakin penasaran.<br />
<br />
“Nah, tahap ketiga yaitu <em>khabar mutawatir</em> tentang <em>dharar</em> alias informasi atau bukti otentik yang valid tentang <em>madharat</em> rokok
itu dari golongan yang memiliki reputasi adil misalnya di bidang
kedokteran, farmasi, gizi kesehatan, kimia, ahli botani, biologi,
psikologi, psikiatri, dan semacamnya. Bila ada, maka boleh dijadikan
pegangan. Namun bila timbul dua <em>khabar mutawatir</em> yang sama-sama valid, otentik, dan dari pakarnya, maka melangkahlah ke tahap keempat. Nah, di tahap keempat ini dipadukanlah <em>khabar-khabar</em> yang bertentangan tadi. Yakni bila dua <em>khabar</em> itu bisa dipadukan maka wajib dipadukan sesuai kaidah <em>ushul</em>, dilakukan dengan mengabarkan <em>khabar</em> adanya <em>dharar</em> pada sebagian kondisi serta <em>khabar</em> tidak adanya <em>dharar</em> pada
sebagian kondisi yang lain. Misal, rokok itu buruk secara kesehatan
tapi baik secara psikologis. Sedangkan tahap ke lima yaitu <em>tarjih khabar dharar</em>. Ini bila <em>khabar mutawatir</em> tadi tidak bisa dipadukan maka kedua <em>khabar</em> statusnya berubah menjadi <em>zhanni</em>. Nah, dalam perspektif dalil, <em>zhanni</em> ini boleh men-<em>tarjih</em> alias mengunggulkan satu dari dua<em>khabar</em> bertentangan
yang dianggap lebih dapat dipercaya, atau memilih suatu pendapat
tersendiri dari orang yang dipercaya tentang pentarjihan <em>khabar</em>yang bertentangan ini, atau lewat pembuktian diri sendiri atas <em>madharat</em> tersebut.
Jadi kalau sudah ke tahap ke lima ini, sampeyan milih mau pakai
pendapat yang mana yang lebih diyakini tentang dampak positif-negatif
rokok, atau ikut pendapat orang lain kaitannya dengan <em>khabar</em> yang
bertentangan tadi, atau mencoba sendiri merasakannya dan menentukan
apakah yang dirasakan itu dampak positif atau negatif. Gitu Sep. Ngerti
gak?”<br />
<br />
“Hmmm, dikit Kang. Tapi <em>mbulet</em> banget, masih belum plong ini.”<br />
<br />
“Ya sudah, gini aja Sep. Kira-kira menurutmu yang bikin haram rokok itu apanya?” Hamdani menyalakan lagi rokoknya yang kedua.<br />
<br />
“Apa ya Kang, tadi kayaknya sudah dijawab semua. Yang paling mencolok ya karena rokok itu bikin penyakit.”<br />
<br />
“Betul Sep, tapi kau lihat sendiri kan? Aku baik-baik saja. Banyak
pula orang yang merokok betahun-tahun juga baik-baik saja. Kalau karena
sesuatu bisa bikin penyakit lantas sesuatu itu diharamkan, maka <em>jerohan</em> itu
juga harusnya diharamkan Sep. Bisa bikin penyakit. Jangan jauh-jauhlah,
es batu itu bisa bikin masuk angin, pilek, batuk, dan sebagainya. Tapi
apa ada yang mengharamkannya? Makanya pakai kaidah yang tadi sudah
dijelasin, cara mengkompromikan manfaat dan <em>madharat</em> makanan.”<br />
<br />
“Terus Kang, rokok itu kan asapnya juga mengganggu orang sekitarnya?”<br />
<br />
“Ya, tapi lihat juga tuh, asap kendaraan bermotor, kira-kira bahaya
nggak? Bahaya kan? Tapi mana ada yang mau mengharamkan. Lagipula kalau
haramnya karena mengganggu orang lain, maka hukum itu bisa hilang kalau
kita merokok sendiri. Itu artinya bukan rokoknya yang haram. Toh, orang
lain kalau terganggu juga berhak kok untuk mengingatkan atau minggir
sekalian, hhahaha.”<br />
<br />
“Kalau gitu rokokmu dimatikan aja Kang, sudah kuingatkan tuh.”<br />
<br />
“Gak mauuuu. Weeeeeekkkk!” Hamdani meledek Asep.<br />
<br />
“Sudah, sudah, kalian ini kayak anak kecil saja.” Ghani menghabiskan es jeruknya.<br />
<br />
“Pokoknya bagiku rokok ya haram.” Asep tetap bersikukuh.<br />
<br />
“Ya terserah kamu Sep.” Hamdani menimpali.<br />
<br />
“Menurutmu gimana Kang?” Asep bertanya pada Ghani.<br />
<br />
“Begini Sep, kita sebagai umat muslim yang moderat alias <em>tawasuth</em>, harus bijak terhadap problematika <em>khilafiyah</em> seperti ini. Kalau kita mencoba me-<em>muthola’ah</em>lagi kitab-kitab <em>ushul</em> dan <em>qowa’id fiqh</em>, ada dua kaidah besar di kalangan ulama ahli <em>ushul</em>[14]. Di kalangan mazhab Syafi’i kaidahnya berbunyi <em>al-ashlu fii asy-yaa-i al-ibahah hatta yadullu ad-daliilu ‘alaa tahriimi</em>. Yaitu segala sesuatu pada dasarnya boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Ini bersumber dari hadis berbunyi <em>maa ahallallahu fa huwa halaalun wa maa harrama fa huwa haraamun wa maa sakkata ‘anhu fa huwa ‘afwun </em>[f].
Artinya, apa yang dihalalkan Allah adalah halal dan apa yang
diharamkan-Nya adalah haram, sedangkan apa yang didiamkan-Nya adalah
dimaafkan. Juga firman Allah berbunyi <em>khalaqa lakum maa fil-ardhi jamii’an</em>[g].
Allah menciptakan bagi kalian semua segala sesuatu yang ada di bumi.
Kata Imam Syafi’i ya Sep, Allah itu Maha Bijaksana, jadi aneh kalau
Allah menciptakan sesuatu lalu mengharamkannya pada hamba-Nya.”<br />
<br />
“Tuh Sep, sampeyan mazhabnya apa? Hhaha.” Hamdani merasa agak di atas angin.<br />
<br />
“Ya mazhab Syafi’i Kang. Tapi Kang Ghani, kaidah selain Imam Syafi’i itu yang satunya gimana bunyinya?”<br />
<br />
“Iya, satunya kaidah dari mazhab Hanafi. Bunyinya <em>al-ashlu fii kulli asy-yaa-i at-tahriimu hatta yadullu ad-daliilu ‘alaa al-ibahah</em>,
yaitu bahwa segala sesuatu pada dasarnya haram, kecuali bila ada dalil
yang membolehkannya. Imam Abu Hanifah mengambilnya dari firman Allah
berbunyi <em>wa lillaahi maa fis-samaawati wal-ardhi</em>[h], kepunyaan
Allah-lah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Kata Imam Abu
Hanifah Sep, Allah itu memang Maha Bijaksana, tetapi bagaimanapun segala
sesuatu itu adalah milik Allah sendiri. Masak sih kita mau sembarangan
terhadap sesuatu milik Tuhan kita.”<br />
<br />
“Tuh Kang, dalam hal ini aku pakai mazhab Hanafi saja lah. Yang penting antirokok.” Asep mulai jemawa.<br />
<br />
“Terserah kau sajalah Sep, kalau kau gonta-ganti mazhab itu namanya <em>talfiq</em>[15], hati-hati lho Sep,” Hamdani menjawab.<br />
<br />
“Kalau menurut sampeyan Kang Ghani, rokok itu terus dihukumi apa?” Asep mulai mengeluarkan uangnya untuk membayar ke Pak Sugeng.<br />
<br />
“Kalau aku ya kembali ke hukum asalnya Sep, mubah. Tergantung niatnya
ngrokok itu mau apa. Karena bisa jadi secara kondisional hukumnya jadi
haram, makruh, mubah, sunnah, bahkan wajib!”<br />
<br />
“Hah? Kok malah wajib Kang? Wah, sudah ngantuk kayaknya sampeyan,” kata Asep.<br />
<br />
“Dengerin dulu Sep, sukanya motong-motong sampeyan ini.” Hamdani mengingatkan Asep.<br />
<br />
“Iya Sep, kalau kita merokok karena niat meracuni diri sendiri,
mengganggu orang lain, ya itu namanya haram. Kalau kita merokok cuma
sekedar menghindari kebosanan, teman ngopi, itu makruh. Terus kalau kita
hidup di pegunungan yang dingin sepert di Dieng, orang-orang sana
merokok untuk menghangatkan tubuh. Dan kalau itu membawa maslahat, bisa
jadi sunnah. Dan wajib itu kalau misalnya kita ada sebuah daerah, atau
kelompok yang mana kita diancam seandainya kita tidak merokok maka kita
akan dibunuh. Maka yang seperti itu justru harus merokok. Jangankan
rokok, babi, atau bangkai saja kalau kita dalam kondisi darurat maka
kita harus memakannya. Ada itu kaidah berbunyi <em>maa kaana mamnu’an idza jaaza wajaba</em>,
sesuatu yang pada asalnya haram, ketika suatu kondisi darurat
memperbolehkan ia memakannya atau melakukannya, maka menjadi wajib. Jadi
intinya, tidak ada hukum mutlak untuk rokok. Untuk orang-orang yang
sehat segar bugar kayak Hamdani, kayaknya aneh kalau dihukum haram. Tapi
kalau untuk ibu hamil, menyusui, penderita penyakit tertentu, maka bisa
jadi haram. Sama seperti hukumnya daging kambing yang asalnya adalah
mubah ketika dimakan oleh penderita darah tinggi maka jadi haram.”<br />
<br />
“Oh, gitu. Kalau yang jelasin Kang Ghani lebih jelas daripada sampeyan Kang. <em>Udad-udud</em> teruusss,” Asep menyenggol Hamdani.<br />
<br />
“Tapi perlu digarisbawahi juga lho Sep. Ulama dahulu tidak
mengharamkan rokok karena belum tahu kandungannya rokok. Makanya jumlah
ulama yang mengharamkan rokok jaman dulu lebih sedikit daripada
sekarang. Meskipun demikian, guru-guru kita, Pak Yai, Mbah Zainal,
beliau-beliau memang tidak mengharamkan rokok. Tapi beliau-beliau juga
tidak merokok. Itulah cara yang benar berhati-hati dalam masalah
syariat. Syariat bagi agama, dan syariat bagi tubuh. Karena mengharamkan
sesuatu itu tidak boleh sembarangan Sep. Orang yang mengharamkan
sesuatu yang dihalalkan Allah dosanya sama dengan orang yang
menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah. Sampeyan mau disamakan
dengan para koruptor, pencuri, pemabuk, pezina, dan semacamnya? Kan gak
mau Sep. Makanya daripada ikut-ikutan memvonis seperti itu, <em>mbok</em> ya ngaji lagi, ilmunya diperdalam lagi. Ingatlah kaidah yang berbunyi <em>wa laa yunkaru al-mukhtalafu fiihi wa innamaa yunkaru al-mujma’u ‘alayhi</em>. Masalah yang masih <em>ikhtilaf</em> alias
diperselisihkan, itu jangan diingkari. Yang seharusnya kita ingkari
adalah pada masalah-masalah yang sudah disepakati. Misalnya tentang
korupsi, zina, dan sebagainya, itulah yang harus diingkari dan
diperangi.”<br />
<br />
“Oh, ya ya. Ngerti-ngerti. Tapi kalau aku tetap berpendapat rokok itu haram boleh kan, Kang?”<br />
<br />
“Ya itu terserah kamu Sep. Kalau untuk dirimu sendiri tidak apa-apa.
Tapi kalau sampai kamu ngajak-ngajak orang lain, itu yang harus
hati-hati. Kalau kata Pak Yai, rokok itu hukumnya ya antara makruh dan
haram. Atau biasa juga disebut makruh tahrim, makruh yang menjurus ke
haram. Tapi Pak Yai tentu tidak berani menghukumi haram, karena perkara
halal dan haram itu masalah akidah, antara pahala dan dosa. Dan kalau
sudah urusan itu, <em>kersane</em> Gusti Allah Sep. Gak bisa <em>sakkarep udelmu</em>.”<br />
<br />
“Lha sampeyan gak ngerokok, tapi juga tahu kan Kang kalau rokok itu tidak baik?”<br />
<br />
“Ya Sep, aku juga tahu. Aku juga mendukung gerakan-gerakan yang
intinya menjauhkan masyarakat dari rokok. Tapi tanpa perlu ada vonis
mengharamkannya. Banyak yang bisa dilakukan, edukasi, kampanye,
meningkatkan bea cukai rokok, mengurangi atau membatasi iklan dan
publikasi rokok, dan tentunya memberi contoh”<br />
<br />
“Betul itu Ghani, dengerin Sep. Lagipula kalau divonis haram kok
kesannya jadi putus asa sekali. Seperti tidak mau susah-susah
membebaskan masyarakat dari rokok. Kalau divonis haram seperti itu
berarti lepas tangan dan tinggal menjustifikasi kalau ada orang merokok
berarti dosa, dosa berarti neraka, selesai sudah. Apa iya seperti itu?
Aku sendiri suatu saat juga ingin berhenti merokok kok Sep. Tinggal
nunggu momentumnya saja, Hhaha.”<br />
<br />
“Halah Kang, Kang, momentam-momentum, <em>selak modar</em>. Wah,
lumayan kita ngobrol lama ya Kang. Matur nuwun ilmunya, aku gak bakal
sembarangan lagi deh kalau gitu untuk urusan halal dan haram.”<br />
<br />
“Ya sudah, tanda terima kasihnya, bayarin kami berdua ya Sep,” kata Hamdani.<br />
<br />
“Haiiish, males bangeett...” Asep menolak.<br />
<br />
<br />
<br />
-----------------------------<br />
<br />
[<em>foot note 1</em>]<br />
<br />
[1] Komplek L atau disebut juga Madrasah Salafiyah IV adalah salah
satu Komplek khusus santri putra di PP. Al-Munawwir, berada di bawah
kepemimpinan KH. Muhammad Munawwar Ahmad. Beliau adalah putra dari
al-maghfurlah KH. Ahmad Munawwir pendiri Madrasah Salafiyah IV di
komplek ini. Lokasi Komplek L berada di perbatasan wilayah kota Madya
Yogyakarta, kurang lebih 200 m arah utara dari Pondok Pusat, dengan no.
telp. (0274) 386238. Di dalam Madrasah Salafiyah IV pengajarannya
menggunakan kurikulum kepesantrenan/ Tahassus dengan muatan kitab-kitab
kuning dengan metode <em>sorogan</em>, <em>bandongan</em>, dan<em>musyawaroh</em>. Selain itu juga pengajian Alquran <em>bin-nazhor</em> dan <em>bil-ghoib</em> (tahfidz).
Pengajian biasa dimulai bakda magrib hingga pukul 21.30, dan bakda
subuh hingga pukul 06.00. Santri-santri di dalamnya kebanyakan adalah
anak SMA dan mahasiswa sarjana maupun pascasarjana.<br />
<br />
[2] Angkringan adalah salah satu kedai makanan khas dengan menu-menu
murah seperti gorengan, nasi kucing, atau wedang jahe. Angkringan juga
merupakan <em>public space </em>dimana orang-orang selain makan juga bisa bercengkerama berbagi informasi satu sama lain.<br />
<br />
[3] <em>Fana’</em> adalah istilah dalam dunia tasawuf. Ini untuk
mendefinisikan fenomena gugurnya sifat-sifat tercela manusia. Biasanya
diiringi dengan <em>Baqa’</em> yaitu tampaknya sifat-sifat terpuji. Jika
pada seseorang ditemukan salah satu sifat ini, maka akan ditemukan pula
sifat satunya. Barangsiapa mengugurkan sifat tercela, maka otomatis
muncul padanya sifat terpuji. Begitu pula sebaliknya, barangsiapa muncul
sifat tercela, hilanglah sifat terpujinya. Lihat: <em>Ar-Risalaatu al-Qusyairiyah</em> – Imam Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi Al-Naisaburi.<br />
<br />
[4] <em>Jadzab </em>adalah istilah dalam dunia tasawuf. <em>Jadzab </em>berasal dari kata kerja <em>jadzaba</em>,
yang berati menarik, memikat, menawan hati, memindah dari suatu tempat,
cepat, atau sebuah jarak. Ini adalah kondisi dimana seseorang mengalami
tarikan <em>Ilahiyah </em>yang merupakan akumulasi dari rasa mabuk (<em>sakr</em>), kesadaran (s<em>hahw</em>), <em>fana’</em>, <em>baqa’</em>, dan sebagainya. Ketika seseorang mengalami <em>jadzab</em>, ia sejatinya sedang mengalami ekstase keterpesonaan pada samudra<em>Ilahiyah </em>yang
mengakibatkan lepasnya perhatian pada dirinya maupun dunianya. Alquran
melukiskannya bagaikan wanita yang terpesona melihat wajah Nabi Yusuf AS
hingga tidak sadar mengiris tangannya sendiri. Lihat: <em>Al-Nushuush fii Mushthalahaati At-Tashawwuf</em> – Imam Muhammad Ghazi ‘Arabi.<br />
<br />
[5] <em>Dzauq </em>adalah istilah dalam dunia tasawuf. <em>Dzauq </em>ini biasanya dipasangkan dengan <em>Syarab </em>(minum). <em>Dzauq </em>digunakan untuk mengungkapkan buah <em>tajalli</em>(penampakan asma dan sifat Allah SWT) dan nilai-nilai <em>kasyaf </em>(ketersingkapan
tabir misteri ke-Mahamutlak-an Allah SWT). Dalam proses penapakan
pencarian hakikat dari aspek ini, tahapan pertama adalah <em>Dzauq </em>(rasa), kemudian <em>Syarab </em>(minum), lalu <em>Irtiwa’ </em>(minum
sepuas-puasnya). Para Sufi biasa mengistilahkan dalam syair sebagai
arak atau anggur jamuan Tuhan yang semakin diminum semakin menambah rasa
mabuk cinta pada Allah. Lihat: <em>Ar-Risalaatu Al-Qusyairiyah</em> – Imam Abul Qasim Abdul Karim Hawazin Al-Qusyairi Al-Naisaburi.<br />
<br />
[6] <em>Jabarut </em>adalah salah satu kosmologi dalam alam tasawuf.
Sering diartikan juga sebagai alam arwah, di mana masyarakatnya adalah
ruh-ruh segala makhluk hidup baik dari timur sampai barat, dari yang
sudah mati maupun yang belum hidup. Lihat: <em>Manhalu Ash-Shafi </em>– Syaikh Daud Al-Fathani.<br />
<br />
[7] <em>Malakut </em>adalah salah satu kosmologi dalam alam tasawuf. Sering disebut juga <em>alam qalbi </em>atau <em>alam akhirah</em>. Alam-alam dalam kosmologi tasawuf ini memerlukan pandangan mata batin atau mata hati, bukan dengan mata jasad. Lihat: <em>Manhalu Ash-Shafi </em>– Syaikh Daud Al-Fathani<br />
<br />
[8] Lihat: <em>Lubaabu An-Nuquul fii Asbaabi An-Nuzuul </em>– Imam Jalaluddin As-Suyuthi. Ibnu Hajar di dalam kitabnya atas <em>syarah</em> al-Bukhari, <em>Fath Al-Baari</em>mengatakan, “Kemudian <em>mushannif</em> (Imam
al-Bukhari) menyebutkan hadis Hudzaifah mengenai ayat ini, ia
mengatakan, ‘Ayat ini turun mengenai infak, maksudnya tidak mengeluarkan
infak di jalan Allah.’ Apa yang dikatakannya (Hudzaifah) ini
penafsirannya terdapat dalam hadis Abu Ayyub yang dikeluarkan oleh Imam
Muslim, an-Nasa’i, Abu Daud, at-Turmudzi, Ibn Hibban dan al-Hakim dari
jalur Aslam bin ‘Imran. Meski demikian, ulama berbeda pendapat terkait
ayat yang memiliki <em>asbabun nuzul</em>. Apakah yang dijadikan pegangan adalah umumnya lafaz atau khususnya sebab.<br />
<br />
[9] Lihat: <em>Fath al-Baari </em>– Imam Ibnu Hajar al-Asqalany.
Dalam hal ini, Imam Ibnu Hajar menyatakan bahwa yang jadi pegangan
adalah umumnya lafaz, begitu juga Imam Thabari dalam tafsirnya.
Sedangkan Imam Qurthubi dalam tafsirnya menyatakan sebaliknya.<br />
<br />
[10] Lihat hasil penelitiannya tentang efek positif dan negatif rokok pada:<br />
a. Ogden, Jane. (2000). <em>Health Psychology</em>. Buckingham : Open University Press.<br />
b. Oskamp, Stuart. (1984). <em>Applied Social Psychology</em>. New Jersey : Prentice Hall.<br />
c. Sarafino, E. P. (1994). <em>Health Psychology (2nd)</em>. Washington DC : McGraw Hill.<br />
d. Smet, B. (1994). <em>Psikologi Kesehatan</em>. Semarang : PT Gramedia.<br />
<br />
[11] Lihat: <em>Al-Itqan fii Uluuumi al-Qur’an</em> – Imam Jalaluddin As-Suyuthi.<br />
<br />
[12] Lihat: <em>Taariikh At-Taysrii’ Al-Islamiy</em> – Syaikh Muhammad al-Hudhari.<br />
<br />
[13] Lihat: <em>Fatawa Kubra al-Fiqhiyyah bab al-Asyribat wa al-Mukhaddirat </em>– Imam Ibnu Hajar al-Haitamy.<br />
<br />
[14] Lihat: <em>Al-Asybah wa An-Nazhaa-ir </em>– Imam Jalaluddin As-Suyuthi.<br />
<br />
[15] <em>Talfiq </em>adalah berganti-ganti mazhab tanpa alasan yang
dibenarkan, dengan kata lain, berpindah-pindah mazhab dan mengambil
pendapat yang lebih ringan dan mudah. Ulama sepakat bahwa <em>talfiq </em>yang seperti ini tidak dibenarkan. <em>Talfiq </em>yang
dibenarkan misalnya seseorang jamaah haji bermazhab Syafi’i dari
Indonesia beribadah haji ke tanah suci dan di sana berganti mazhab
Maliki agar lebih khusyuk dalam beribadah karena mazhab Syafi’i dan
Maliki berbeda dalam penentuan hal-hal yang membatalkan wudu kaitannya
dengan menyentuh lawan jenis yang bukan mahram. Fenomena <em>talfiq </em>ini muncul sejak abad ke 6 hijriah. Ibnu Hajar menyatakan bahwa <em>talfiq</em> menyalahi <em>ijma’</em>. Lihat: <em>Ushul Al-Fiqh Al-Islamiy</em> – Syaikh Dr. Wahbah Az-Zuhailiy.<br />
<br />
[<em>foot note 2</em>]<br />
<br />
[a] QS Al-Baqarah 195<br />
<br />
[b] QS Al-Baqarah 219. Imam Qurthubi berkata dalam tafsirnya ketika menafsirkan <em>manaafi’u lin-naas </em>bahwa
keuntungan arak adalah keuntungan dalam berdagang (bukan keuntungan
dalam hal kesehatan, psikologi, atau semacamnya), sebab orang-orang
jaman dahulu membelinya dari Syam dengan harga murah lalu menjualnya di
Hijaz dengan harga tinggi.<br />
<br />
[c] <em>ibid</em><br />
<br />
[d] QS An-Nisaa 43. Dalam <em>Lubabu An-Nuquul </em>dijelaskan tentang <em>asbaabun-nuzuul</em> ayat
ini. Diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasaa-i, dan Al-Hakim
yang bersumber dari Sayyidina Ali ra. Sayyidina Ali ra berkata:
“Abdurrahman bin ‘Auf membuat makanan untuk kami lalu diundanglah kami.
Yang dihidangkan adalah arak, maka terganggulah pikiran kami (karena
meminumnya). Ketika datang waktu salat, orang-orang memilih saya jadi
imam, lalu saya keliru membaca suatu ayat menjadi ‘<em>Qul yaa ayyuhal kaafiruuna laa a’budu maa ta’buduuna wa nahnu a’budu maa ta’buduuna</em>’
(Katakanlah wahai orang-orang kafir, tidaklah aku menyembah apa yang
kalian sembah dan kami menyembah apa yang kalian sembah). Maka Allah SWT
menurunkan ayat ‘<em>Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa taqrabush-shalaata wa antum sukaara hatta ta’lamuu maa taquuluuna</em>’.”<br />
<br />
[e] QS Al-Maidah 90-91<br />
<br />
[f] HR. Daruquthni, Hakim<br />
<br />
[g] QS Al-Baqarah 29<br />
<br />
[h] QS An-Nisaa 29<br />
<br />
<br />
<br />
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-g-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash3/s720x720/577779_3818581592297_1040094237_n.jpg" /></span><br />
<div class="caption">
Tampak pemandangan sisi selatan warung</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-20268072048585757692012-06-30T02:41:00.000-07:002012-06-30T02:41:00.889-07:00Nishfu Sya'ban<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b>FADHILAH
MALAM NISHFU SYA’BAN<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Nishfu Sya’ban adalah sebutan untuk
malam tanggal 15 Sya’ban. Para ulama pro-kontra terhadap ada atau tidaknya
keutamaan pada malam tersebut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ulama yang kontra mengatakan bahwa tidak
ada keutamaan khusus pada malam nishfu sya’ban. Statusnya sama saja dengan
malam-malam pada hari yang lain. Menurut mereka, semua hadits yang menerangkan
tentang keutamaan malam nishfu sya’ban tidak ada yang shahih. Di antaranya yang
mengingkari adanya keutamaan malam nishfu sya’ban adalah Abdul Aziz bin Baz.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Pendapat yang lain mengatakan bahwa
ada keistimewaan-keistimewaan khusus pada malam nishfu sya’ban dan anjuran
untuk mengidupkannya dengan ibadah-ibadah kepada Allah SWT.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">KEUTAMAAN MALAM NISHFU SYA’BAN:<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Di antaranya berdasar pada hadits
shahih dari Abu Musa al-Asy’ari ra, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
Allah SWT melihat pada malam pertengahan (<i>nishfu</i>)
Sya’ban. Maka Ia mengampuni semua makhluqnya kecuali orang musyrik dan orang
yang bermusuhan” (HR Ibn Majah, Ath-Thabrani) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Mengenai nishfu Sya’ban yang
diriwayatkan Tirmudzi di dalam An-Nawadir dan oleh Thabrani serta Ibnu Syahin
dengan sanad Hasan (baik), berasal dari ‘Aisyah ra. yang menuturkan bahwa Rasulallah
saw. pernah menerangkan bahwa: “Pada malam nishfu Sya’ban ini Allah mengampuni
orang-orang yang mohon ampunan dan merahmati mereka yang mohon rahmat serta
menangguhkan (akibat) kedengkian orang-orang yang dengki”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Malam nishfu sya’ban disebut juga
malam maghfirah, sebagaimana dalam hadits dari Rasulullah SAW, “Ketika datang
malam nishfu sya’ban, Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi,
kecuali orang yang syirik dan berpaling dari-Nya” (HR Ahmad)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Malam nishfu sya’ban disebut juga
malam pembebasan, karena pada malam itu Allah SWT membebaskan manusia dari
siksa neraka. Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ibn Ishaq bin Anas
bin Malik, “Wahai Humaira (Siti A’isyah), apa yang engkau perbuat pada malam
ini? Malam ini adalah nishfu sya’ban, Allah memberikan kebebasan dari neraka
laksana banyaknya bulu kambing Bani Kalb, kecuali enam, yaitu orang yang tidak
berhenti minum khamr, orang yang mencela kedua orang tua, orang yang membangun
tempat zina, orang yang suka menaikkan harga (secara aniaya), petugas/penarik
pajak yang tidak jujur, dan tukang fitnah.” Dalam riwayat lai disebutkan tukang
pembuat patung atau gambar sebagai pengganti petugas pajak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dalam satu riwayat disebutkan bahwa
khalifah Ali bin Abi Thalib keluar pada malam nishfu sya’ban, pandangannya
terus tertuju ke langit. Nabi Daud juga keluar pada malam itu. Tidak ada orang
yang beristighfar terkecuali dia diampuni oleh Allah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebuah hadits dari Said bin Manshur
disebutkan bahwa tidak ada suatu malam yang lebih utama selain Lailatul Qadr
kecuali nishfu sya’ban, karena Allah pada malam itu memberikan perhatian-Nya
yang lebih ke langit dunia, mengampuni hamba-Nya yang meminta ampun, kecuali
mereka yang musyrik, orang yang mencari permusuhan, dan orang yang memutuskan
silaturrahum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ibnu Taimiah berkata pula dalam
majmu’ fatawanya, “Pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama
dalam madzhab hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu sya’ban.
Ini juga sesuai dengan keterangan dari Imam Ahmad bin Hanbal. Mengingat adanya
banyak hadits yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat
dari para sahabat dan tabi’in”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">ANJURAN UNTUK MENGHIDUPKANNYA:<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebuah hadits yang sejumlah ulama
menyatakan ke-shahihannya. Dari Siti A’isyah, “Suatu malam Rasulullah SAW
shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka Rasulullah
telah diambil Allah (meninggal). Karena curiga, aku gerak-gerakkan telunjuk
beliau, dan ternyata masih bergerak. Setelah usai shalat, beliau berkata, ‘Hai
A’isyah, engkau tidak dapat bagian!’ Lalu A’isyah menjawab, ‘Tidak, ya
Rasulallah. Aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka telah wafat),
karena engkau bersujud begitu lama’. Lalu Rasulullah bertanya, ‘Tahukah engkau,
malam apa sekarang ini?’ A’isyah menjawab ‘Rasulullah yang lebih tahu’.
Rasulullah berkata ‘Malam ini adalah malam nishfu sya’ban, Allah lebih
mengawasi hamba-Nya di malam ini, Ia mengampuni mereka yang meminta ampunan,
memberi kasih sayang pada mereka yang meminta kasih sayang, dan menyingkirkan
orang-orang yang dengki’.” (HR Baihaqi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hadits lain yang diriwayatkan oleh
Khalifah Ali bin Abi Thalib dari Rasulullah SAW, jika berjumpa dengan malam
nishfu sya’ban, kita diperintahkan untuk menghidupkan malam itu. Berpuasalah
pada hari itu. Karena sebenarnya Allah turun dengan rahmat-Nya. Orang-orang
yang beristighfar akan diampuni, yang meminta rizqi akan diberi. Allah SWT akan
membuka pintu-Nya. Mereka yang sakit akan disembuhkan. Malam itu sampai fajar
shubuh penuh rahmat.<o:p></o:p></span></div>
<div style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 1.0pt 0cm;">
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ada pula Hadits riwayat Ibnu Majah
dari Amirul mukminin Ali ra.; Hadits riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ahmad
dari ‘Aisyah ra., riwayat Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Musa ra. dan
sebagainya. Yaitu tentang terkabulnya do’a yang dipanjatkan pada malam tersebut
lebih besar harapannya dan pada bulan itu lah diangkatnya amalan-amalan kepada
Allah Rabbul ‘alamin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dalam hadits dari Khalifah Ali,
Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan
puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada
malam itu, lalu Allah bersabda: ‘Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni,
orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan
cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing’ ". (H.R. Ibnu Majah
dengan sanad lemah).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Menurut seorang ahli ilmu Ibn Thawus
dalam kitab ‘Iqbal’, riwayat dari Kumail bin Ziyad Nakha’I (sahabat Imam Ali
bin Abi Thalib kw.), yang katanya: "Pada suatu hari, saya duduk di Masjid Basrah
bersama maulana Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib kw., membicarakan hal nishfu
Sya’ban. Ketika beliau ditanya tentang firman Allah swt dalam surat Ad-Dukhaan:
4 “Pada malam itu dijelaskan segala uruasan yang penuh hikmah” maka Amirul
Mukminin mengatakan bahwa ayat ini mengenai malam nishfu Sya’ban, orang yang
beribadah dimalam itu, tidak tidur, dan mendoakan Nabi Khidr as. akan lebih
besar harapan diterima do’anya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Imam Ghazali mengatakan, “Pada malam
ke 13 Sya’ban, Allah SWT memberikan hamba-hamba-Nya sepertiga syafa’at, pada
malam ke 14 diberikan pula (menjadi) dua pertiga syafa’at, dan pada malam ke 15
diberikan-Nya syafa’at itu (menjadi) penuh. Hanya yang tidak memperoleh
syafa’at itu ialah orang-orang yang sengaja hendak lari dari pada-Nya sambil
berbuat keburukan seperti unta yang lari.” Ibn Rajab al-Hanbali mengatakan,
“Terkait malam nishfu sya’ban, dulu para tabi’in penduduk syam, seperti Khalid
bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan para tabi’in yang lain, mereka
memuliakannya dan bersungguh-sungguh beribadah pada malam tersebut.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ibnu Taimiyah mengkhususkan amalan sholat pada
nishfu Sya’ban dan memujinya : Berkata
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu’ Fatawa pada jilid 24 halaman 131 mengenai
amalan Nishfu Sya'ban sebagai berikut: "Apabila seorang itu menunaikan
sholat pada malam Nishfu Sya'ban secara individu atau berjamaah secara khusus
sebagaimana yang dilakukan oleh sebilangan masyarakat Islam maka hal itu adalah
Baik"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dalam kitabnya Iqtidho' as-Shiroth al-Mustaqim
pada halaman 266 Ibnu Taimiyah mengatakan yang artinya: "Malam Nishfu
Sya'ban telah diriwayatkan mengenai kemuliaannya dari hadits-hadits Nabi dan pada
kenyataan para sahabat telah menjelaskan bahwa itu adalah malam yang mulia dan dikalangan
ulama As-Salaf yang meng-khususkan malam Nishfu Sya’ban dengan melakukan sholat
khusus padanya dan berpuasa bulan Sya'ban, ada pula hadits yang shohih. Ada
dikalangan Salaf (orang yang terdahulu), sebagian dari ahli Madinah dan selain
mereka sebagian dikalangan Khalaf (orang belakangan) yang mengingkari
kemuliannya dan menyanggah hadits-hadits yang diriwayatkan padanya seperti
hadits: 'Sesungguhnya Allah swt. mengampuni padanya lebih banyak dari bilangan
bulu kambing bani kalb'. Akan tetapi disisi kebanyakan ulama ahli Ilmu atau kebanyakan
ulama Madzhab kami dan ulama lain adalah memuliakan malam Nishfu Sya’ban, dan yang
demikian adalah kenyataan Imam Ahmad bin Hanbal dari ulama Salaf, karena cukup
banyak hadits yang menyatakan mengenai kemuliaan Nishfu Sya'ban, begitu juga
hal ini benar dari kenyataan dan kesan-kesan ulama As-Salaf, dan telah
dinyatakan kemuliaan Nishfu Sya'ban dalam banyak kitab hadits Musnad dan
Sunan". Demikianlah pendapat Ibnu Taimiyah mengenai bulan dan malam Nishfu
Sya'ban. <o:p></o:p></span></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sebagian riwayat di atas shahih,
sebagian yang lain lemah. Namun meskipun riwayatnya lemah, jika terkait dengan
fadha-ilul amal atau keutamaan-keutamaan amal, maka riwayat tersebut boleh
dipakai. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar, “Hadits
lemah/dhaif dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan motivasi dalam beramal
kebajikan, amal yang disunnahkan, atau peringatan-peringatan untuk mengerjakan
suatu amalan yang berdasar hadits dhaif, asal kedhaifannya tidak sampai derajat
maudhu”. Berbeda dengan masalah hukum halal-haram, jual-beli, nikah-thalaq,
serta lainnya yang serupa, maka harus berdasar hadits shahih atau (minimal)
hasan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Masih banyak keterangan-keterangan
maupun kisah-kisah tentang keutamaan malam nishfu sya’ban dan anjuran untuk
menghidupkannya dari hadits maupun qaul ulama. Diantaranya tercantum dan
dibahas secara mendalam pada kitab Durratun-Nashihin bab ke 56 (Fadhilah bulan
Sya’ban) dan bab 60 (Fadhilah Lailatu al-Bara-an/nama lain malam Nishfu
Sya’ban). Dan pada akhirnya, memang tidak ada salahnya untuk menghidupkan malam
tersebut semampu kita dengan ibadah-ibadah taqarrub kepada Allah SWT.<o:p></o:p></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-71554885085667606962012-06-03T20:20:00.002-07:002012-06-03T20:20:29.184-07:00Menanggapi tulisan Pak Abduh Tuasikal tentang Imam Syafi'i<br />
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[<em>artikel berat dan panjang, jangan coba-coba baca</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Beberapa waktu yang lalu saya melihat ada seseorang yang <em>share</em> artikel ini. Saya tergoda untuk membacanya. Setelah membaca, saya meyimpulkan apa yang ditulis oleh Pak Abduh Tuasikal ini sebagian besar benar, kecuali beberapa kalimat yang muncul dari statemennya sendiri. Memang benar Imam Syafi’i <em>rahimahullah </em>pernah mengucapkan kata-kata sebagaimana yang disampaikan di artikel, namun itu baru secara parsial. Ada beberapa resiko yang bisa terjadi ketika kita membaca artikel ini tidak secara komprehensif dengan tambahan literatur lain. Hal ini dikarenakan artikel ini ditulis dari paradigma orang non-<em>syafi’iyah</em>, berbeda dengan paradigma <em>syafi’iyah</em> dalam menanggapi kalimat dari Imam Syafi’i tersebut. Di mana saja tambahan-tambahan yang diperlukan itu? Berikut saya cantumkan artikel utuh dari Pak Abduh Tuasikal, lalu saya tambahi berbagai literatur yang saya temukan. Selamat menikmati.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<strong>Kata Imam Syafi’i: Tinggalkan Pendapatku Jika Menyelisihi Hadits</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Kategori: Manhaj</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Belum Ada Komentar // 30 Mei 2012</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Ketika suatu pendapat manusia berseberangan dengan sabda Rasul <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, yang harus kita dahulukan adalah pendapat Nabi kita Muhammad <em>shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>. Tidak seperti sebagian orang ketika sudah disampaikan hadits shahih melarang ini dan itu atau memerintahkan pada sesuatu, eh dia malah mengatakan, “<em>Tapi Pak Kyai saya bilang begini eh</em>.” Ini beda dengan imam yang biasa jadi rujukan kaum muslimin di negeri kita. Ketika ada hadits shahih yang menyelisihi perkataannya, beliau memerintahkan untuk tetap mengikuti hadits tadi dan acuhkan pendapat beliau.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Imam Asy Syafi’i berkata,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
إذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ وَإِذَا رَأَيْت الْحُجَّةَ مَوْضُوعَةً عَلَى الطَّرِيقِ فَهِيَ قَوْلِي</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Jika terdapat hadits yang shahih, maka lemparlah pendapatku ke dinding. Jika engkau melihat hujjah diletakkan di atas jalan, maka itulah pendapatku</em>.”[1]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Ar Rabie’ (murid Imam Syafi’i) bercerita, Ada seseorang yang bertanya kepada Imam Syafi’i tentang sebuah hadits, kemudian (setelah dijawab) orang itu bertanya, “Lalu bagaimana pendapatmu?”, maka gemetar dan beranglah Imam Syafi’i. Beliau berkata kepadanya,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
أَيُّ سَمَاءٍ تُظِلُّنِي وَأَيُّ أَرْضٍ تُقِلُّنِي إِذَا رَوَيْتُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ وَقُلْتُ بِغَيْرِهِ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Langit mana yang akan menaungiku, dan bumi mana yang akan kupijak kalau sampai kuriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian aku berpendapat lain…!?</em>”[2]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Imam Syafi’i juga berkata,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
إِذَا وَجَدْتُمْ فِي كِتَابِي خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُولِ اللهِ فَقُولُوا بِسُنَّةِ رَسُولِ اللهِ وَدَعُوا مَا قُلْتُ -وفي رواية- فَاتَّبِعُوهَا وَلاَ تَلْتَفِتُوا إِلىَ قَوْلِ أَحَدٍ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka sampaikanlah sunnah tadi dan tinggalkanlah pendapatku –dan dalam riwayat lain Imam Syafi’i mengatakan– maka ikutilah sunnah tadi dan jangan pedulikan ucapan orang</em>.”[3]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
كُلُّ حَدِيثٍ عَنِ النَّبِيِّ فَهُوَ قَوْلِي وَإِنْ لَمْ تَسْمَعُوهُ مِنيِّ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Setiap hadits yang diucapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itulah pendapatku meski kalian tak mendengarnya dariku.</em>”[4]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
كُلُّ مَسْأَلَةٍ صَحَّ فِيْهَا الْخَبَرُ عَنْ رَسُولِ اللهِ عِنْدَ أَهْلِ النَّقْلِ بِخِلاَفِ مَا قُلْتُ فَأَناَ رَاجِعٌ عَنْهَا فِي حَيَاتِي وَبَعْدَ مَوْتِي</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Setiap masalah yang di sana ada hadits shahihnya menurut para ahli hadits, lalu hadits tersebut bertentangan dengan pendapatku, maka aku menyatakan rujuk (meralat) dari pendapatku tadi baik semasa hidupku maupun sesudah matiku</em>.”[5]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
إِذَا صَحَّ الْحَدِيثُ فَهُوَ مَذْهَبِي وَإِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَاضْرِبُوا بِقَوْلِي الْحَائِطَ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Kalau ada hadits shahih, maka itulah madzhabku, dan kalau ada hadits shahih maka campakkanlah pendapatku ke (balik) tembok</em>.”[6]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلىَ أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُولِ اللهِ لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sebuah sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tak halal baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena mengikuti pendapat siapa pun</em>.”[7]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Perkataan Imam Syafi’i di atas memiliki dasar dari dalil-dalil berikut ini di mana kita diperintahkan mengikuti Al Qur’an dan hadits dibanding perkataan lainnya. Allah Ta’ala berfirman,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”</em> (QS. Az Zumar: 55). Sebaik-baik yang diturunkan kepada kita adalah Al Qur’an dan As Sunnah adalah penjelas dari Al Qur’an.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal</em>” (QS. Az Zumar: 18). Kita sepakati bersama bahwa Al Qur’an dan As Sunnah adalah sebaik-baik perkataan dibanding perkataan si fulan.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.</em>” (QS. Al Hasyr: 7).</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah <em>radhiyallahu ‘anhu</em>, Nabi<em> shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> menasehati para sahabat <em>radhiyallahu ‘anhum</em>,</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
“<em>Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.</em>”[8]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Semoga kata-kata Imam Syafi’i di atas menjadi teladan bagi kita dalam berilmu dan beramal. Tidak membuat kita jadi fanatik dan taklid buta pada suatu madzhab. Boleh saja kita menjadikan madhzab Syafi’i sebagai jalan mudah dalam memahami hukum Islam. Namun ingat, ketika pendapat madzhab bertentangan dengan dalil, maka dahulukanlah dalil. Jadi kita tidak diajarkan cuma sekedar fanatik.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Wallahu waliyyut taufiq.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
—</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Artikel Muslim.Or.Id</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[1] Majmu’ Al Fatawa, 20: 211.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[2] Hilyatul Auliya’, 9: 107.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[3] Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1: 63.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[4] Siyar A’laamin Nubala’, 10: 35.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[5] Hilyatul Auliya’, 9: 107.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[6] Siyar A’laamin Nubala’, 10: 35.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[7] I’lamul Muwaqi’in, 2: 282.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[8] HR. Abu Daud no. 4607 dan Tirmidzi no. 2676. Syaikh Al Albani menyatakan hadits ini shahih</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<strong>Diskusi</strong></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Mari kita mulai. Ada beberapa poin penting. Yaitu:</div>
<ol style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px 10px 0px 25px; text-align: left;">
<li>Bagaimana para ulama menafsirkan perkataan Imam Syafi’i di atas?</li>
<li>Jika kita menemukan sebuah hadits shahih tapi bertentangan dengan apa yang ada di madzhab beliau, bolehkah kita pakai? Apa syaratnya?</li>
<li>Apa saja contoh hadits shahih yang bertentangan dengan madzhab beliau?</li>
</ol>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<strong>Pembahasan</strong></div>
<ol style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding: 0px 10px 0px 25px; text-align: left;">
<li>Bagaimana para ulama menafsirkan perkataan Imam Syafi’i di atas?</li>
</ol>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Ucapan Imam Syafi'i yang mengungkapkan hal ini sangat banyak dan masyhur diriwayatkan oleh murid-muridnya di Mekah, Irak dan Mesir sehingga menunjukkan keseriusan dirinya tentang hal ini. Namun perintah ini ternyata tidak terbuka untuk dilakukan oleh sembarang ahli hadits atau ahli fiqh, apalagi sembarang orang yang tidak mengusai ilmu hadits dan fiqh dengan mendalam. Al-Hafiz Ibn Al-Shalah berkata, "Tugas ini tidak mudah. Tidak semua faqih boleh mengamalkan hadits yang dinilainya boleh dijadikan hujjah." [<em>Majmu' Syarh Al-Muhadzab</em>, Imam Nawawi]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Tidak semua hadits, walaupun sahih sanadnya, siap diamalkan untuk membangun sebuah hukum halal dan haram. Tidak terhitung ucapan para ulama yang menegaskan bahwa mengamalkan hadits tanpa didahului kajian seksama tentang status sanad dan isi matannya sering kali menyesatkan pelakunya. Sufyan bin 'Uyainah (guru Imam Syafi’i) berkata, "Hadits menyesatkan kecuali untuk para ahli fiqh." [<em>Ma'na Qaul Al-Imam Al-Muthallibi</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
2. Jika kita menemukan sebuah hadits shahih tapi bertentangan dengan apa yang ada di madzhab beliau, bolehkah kita pakai? Apa syaratnya?</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Abu Syamah (ahli fiqh madzhab Syafi’I di Damaskus, dan merupakan salah seorang murid Ibnu Shalah) berkata:</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
"Setiap hadits sahih dari Nabi Saw yang berisi hukum yang tidak dijelaskan oleh Al-Syafi'i, maka hadits itu madzhabnya tanpa ragu-ragu sebagaimana ucapannya ini. Adapun jika ada ucapannya yang bertentangan dengan hadits tersebut, maka (kondisinya) terbagi dua. <strong>Pertama</strong>, beliau tidak mengetahui hadits ini. Maka hukumnya seperti yang pertama, yakni ucapannya harus ditinggalkan dan hadits itu harus diterima sebagai madzhabnya. Hal ini jika teks hadits dengan jelas menunjukkan hukum tersebut. Adapun jika tidak jelas, atau dapat digabungkan antara isi hadits itu dengan pendapat Imam Syafi’i, maka tak boleh.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<strong> Kedua</strong>, ia pernah mendengar hadits itu dan mengetahui kesahihannya lalu ia mentakwilnya, maka harus diperhatikan ucapannya. Jika ucapan itu jangan jelas dan kuat alasannya, maka ucapan itu tidak boleh ditolak, akan tetapi hadits tersebut harus ditafsirkan seperti penafsirannya. Seperti hukum membaca basmalah di dalam shalat dan penafsirannya terhadap hadits Anas yang sangat jelas menafikan bacaan itu. Begitu juga hadits batalnya puasa orang yang berbekam, sebab ia mengatakan bahwa hadits tersebut mansukh. Jika ucapannya terbuka untuk ditolak, maka hadits tersebut harus diterima seperti penafsirannya tentang kewajiban membasuh tangan hingga ke siku dalam tayamum.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Dan tidak ada yang mampu melakukan hal ini kecuali orang yang berilmu dan diakui ijtihadnya. Kepada orang ini lah Imam Syafi'i menunjukkan ucapannya "<em>Jika kalian menemukan di dalam kitabku pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah Saw maka ambillah sunnah itu dan tinggalkan pendapatku.</em>" Jadi, ucapan ini bukan untuk sembarang orang." [<em>Ma'na Qaul Al-Imam Al-Muthallibi</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Imam Nawawi berkata, "(Ucapan Imam Syafi'i) ini hanya untuk orang yang telah mencapai derajat mujtahid madzhab. Syaratnya: ia harus yakin bahwa Imam Syafi'i belum mengetahui hadits itu atau tidak mengetahui (status) kesahihannya. Dan hal ini hanya bisa dilakukan setelah mengkaji semua buku Imam Syafi'i dan buku murid-muridnya. Ini syarat yang sangat berat, dan sedikit sekali orang yang mampu memenuhinya. Mereka mensyaratkan hal ini karena Imam Syafi'i sering kali meninggalkan sebuah hadits yang ia jumpai akibat cacat yang ada di dalamnya, atau mansukh, atau ditakhshish, atau ditakwil, atau sebab-sebab lainnya." </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Imam Nawawi juga mengingatkan ucapan Ibn Khuzaimah, "Aku tidak menemukan sebuah hadits yang sahih namun tidak disebutkan Imam Syafii dalam kitab-kitabnya." Ia berkata, "Kebesaran Ibn Khuzaimah dan keimamannya dalam hadits dan fiqh, serta penguasaanya akan ucapan-ucapan Imam Syafii, sangat terkenal." [<em>Majmu' Syarh Al-Muhadzab</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Syaikh Umar Muhammad Nur, seorang pakar hadits dari Singapura menyampaikan bahwa metode yang digunakan Imam Syafi'i kadang berbeda dengan metode yang diterapkan ahli hadits yang lain. Misalnya, beliau menilai hadis-hadis riwayat Ikrimah adalah lemah, sementara Imam Bukhari mensahihkannya. beliau juga berpendapat bahawa riwayat Sulaiman bin Yasar dari Aisyah adalah mursal [terputus], sementara Imam Bukhari dan Imam Muslim menilainya bersambung. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Oleh itu, jika kita menemukan sebuah hadits yang disahihkan sekelompok ahli hadits, dan isinya tampak bertentangan dengan pendapat Imam Syafi'i, maka kita wajib memperhatikan dengan seksama: apakah metode mereka dalam menilai hadits itu sejalan dengan metode Imam Syafi'i atau tidak? Kita harus membayangkan: andai Imam Syafi'i benar-benar tidak pernah mendengar hadits ini sebelumnya, lalu sekiranya ia mendengar hadits ini; apakah ia akan mensahihkan hadits itu seperti ulama-ulama hadits yang mensahihkannya atau tidak? Syarat ini menurut saya sangat berat dilakukan oleh ahli fiqh yang tidak menguasai ilmu hadits dengan sempurna. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Singkat kata, tanpa memenuhi semua syarat ini perkiraan seseorang bahwa pendapat Imam Syafi'i telah bertentangan dengan hadits, lalu ia segera meninggalkan pendapat itu dan mengamalkan hadits, tidak dapat dibenarkan sama sekali. Apalagi jika ia melakukannya sambil mengira tengah melaksanakan wasiat Imam Syafi'i yang telah diabaikan oleh para pengikut madzhab Imam Syafi'i sendiri. Ibn Hibban, Ibn Khuzaimah dan Ibn Al-Mundzir sering kali melakukan hal ini sehingga pendapat mereka ditolak oleh ulama-ulama madzhab Syafi'i dan tidak diakui sebagai bagian dari madzhab ini.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
3. Apa saja contoh hadits shahih yang bertentangan dengan madzhab beliau?</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Abu Al-Walid Ibn Al-Jarud dan Abu Al-Walid Hasan bin Muhammad Al-Naisaburi ketika mengamalkan hadits "orang yang berbekam dan yang dibekam batal puasanya" dan meninggalkan madzhab Imam Syafi'i yang mengatakan bahwa bekam tidak membatalkan puasa. Hadits ini ditinggalkan oleh Imam Syafi'i dengan sengaja karena dianggapnya <em>mansukh</em> oleh hadits lain. [<em>Ma'na Qaul Al-Imam Al-Muthallibi</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Muhammad bin 'Abd Al-Malik Al-Karaji meninggalkan qunut dengan alasan, "Hadits bahwa Nabi Saw meninggalkan qunut di shalat subuh sahih menurut saya." Taqy Al-Din Al-Subki berkata, "Setelah aku membaca kisah ini, aku meninggalkan qunut di shalat subuh beberapa lama. Kemudian aku melihat bahwa qunut yang ditinggalkan Nabi Saw adalah doa untuk kabilah Ra'l dan Dzakwan, juga bukan di shalat subuh. Adapun (untuk masalah) meninggalkan doa secara mutlak setelah berdiri di shalat subuh ada hadits 'Isa bin Mahan. Mengenai hadits ini ada diskusi-diskusi cukup panjang –sekarang bukan masa untuk menguraikannya. Aku lalu kembali ke qunut sampai sekarang." [<em>Thabaqat Al-Fuqaha Al-Syafi'iyyin</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Beberapa belas masalah di Madzhab Qadim yang ditarjih atas Madzhab Jadid misal yang sangat jelas untuk hal ini. Abu Bakar bin Al-Atsram berkata, "Suatu hari kami bersama Al-Buwaithi. Aku lalu menyebutkan hadits 'Ammar bin Yasir tentang (cara) tayamum. Al-Buwaithi lalu mengambil pisau dan menghapus (sebuah kata) dari kitabnya dan merubahnya menjadi 'satu usapan'. Ia lalu berkata: Ini adalah wasiat guru kami (Imam Syafi'i). Jika kalian (ahli hadits) mensahihkan sebuah hadits, maka itu adalah pendapatku." [<em>Ma'na Qaul Al-Imam Al-Muthallibi</em>] </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Imam Syafi'i berpendapat bahwa tayamum harus dua kali usapan; satu usapan untuk wajah, dan satu lagi untuk tangan. Ulama-ulama madzhab Syafi'i kemudian memperbolehkan bertayamum dengan satu usapan karena hadits ini walaupun dengan dua usapan lebih sempurna. </div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Imam Baihaqi sering kali melakukan koreksi madzhab Syafi'i dengan hadits sahih di buku-bukunya tanpa melahirkan kritikan dari ulama-ulama madzhab Syafi'i karena keluasan ilmunya dan kemahirannya dalam mengkaji pendapat-pendapat Imam Syafi'i. Imam Baihaqi berkata tentang puasa enam hari di bulan Syawal, "Madzhab Syafi'i mengikuti sunnah jika sahih (sanadnya), dan sunnah ini telah sahih." [<em>Ma'rifat Al-Sunan wa Al-Atsar</em>] Ia juga berkata tentang hadits qadha puasa orang yang telah meninggal dunia, "Andai Imam Syafi'i melihat semua sanad-sanad hadits ini, ia tidak akan menyalahinya." [<em>Al-Sunan Al-Kubra</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Persoalan ini memang tidak mudah. Hal ini perlu disampaikan agar orang-orang tidak mudah menghakimi orang lain yang amaliyahnya beda apalagi sekelas Imam Syafi’i dan ulama-ulama pengikutnya. Apa yang diputuskan oleh Imam Syafi’i bukan keputusan sembarangan. Dan bukan orang sembarangan pula yang bisa meralat atau merevisi keputusan Imam Syafi’i.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
Sebagai penutup, saya mencantumkan perkataan ulama yaitu Al-Imam Al-Hafizh Ibn Khuzaimah Al-Naisaburi, seorang ulama salaf yang menyandang gelar Imam Al-Aimmah (penghulu para imam) dan penyusun kitab Shahih Ibn Khuzaimah, ketika ditanya, apakah ada hadits yang belum diketahui oleh Al-Imam Al- Syafi’i dalam ijtihad beliau ? Ibn Khuzaimah menjawab, “Tidak ada”.</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
[Al-Hafizh Ibn Katsir, <em>Al-Bidayah wa Al- Nihayah</em>]</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
*foto: makam Imam Syafi'i</div>
<div style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">
<span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/s720x720/389191_3104721906251_1539424918_n.jpg" style="border: 0px; margin: 0px; max-width: 493px; padding: 0px;" /></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-64195743222518374982012-05-06T01:27:00.000-07:002012-05-06T01:27:06.276-07:00<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Durratun
Nashihin,<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Majlis
as-Sab’uun fii Bayaani Ahwaali an-Nafs<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengajian ke tujuh puluh, dalam
menjelaskan hal-ihwal nafs manusia.<o:p></o:p></span></div>
<div style="border-bottom: solid windowtext 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 1.0pt 0cm;">
<div class="MsoNormal" style="border: none; line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-border-bottom-alt: solid windowtext .75pt; mso-padding-alt: 0cm 0cm 1.0pt 0cm; padding: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Dikabarkan
ketika itu kepada umat manusia amal perbuatan yang dilaukan dahulu dan yang
kemudian, bahkan manusia diangkat menjadi saksi atas dirinya sendiri, sekalipun
ia kemukakan alasannya</i>” (QS Al-Qiyamah 13-15)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maksudnya dari amal perbuatannya yang
tidak perlu diungkap pada lain orang, sebab dia sendiri sebagai hujjah/saksinya
(Tafsir)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ibnu Abbas ra. menegaskan : “Mizan/timbangan
itu punya dua papan, satu di timur dan satunya lagi di barat” (Tabshirah)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari Nabi SAW, sabda beliau:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Siapa
tengah menghadapi kesulitan dalam memenuhi keperluan/hajat hidupnya, maka
perbanyaklah shalawat kepadaku, sebab dengan shalawat pula rizki melimpah ruah,
dan segala keperluan/hajat dipenuhi (oleh Allah SWT)</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Salah seorang sholihin berkata: “Aku
punya seorang tetangga pembuat naskah/penyusun kitab yang meninggal dunia, lalu
aku bertemu dalam mimpi, tanyaku: “Apakah yang diperbuat Allah kepadamu?”
Jawabnya : “Dia mengampuni aku“. Sahutku : “Sebab amalan apa darimu?” Jawabnya
: “Setiap aku menulis asma Muhammad SAW dalam kitab, pasti aku bershalawat
padanya”. Maka Allah memberiku apa-apa yang belum terlihat mata, dan yang belum
pernah terdengar telinga, juga yang belum pernah tergores dalam lubuk hati
seseorang” (Dalaa-ilu al-Khayrat)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nabi SAW bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Dua
kalimat yang ringan diucapkan lisan, tapi berat dalam timbangan, bahkan
keduanya digemari oleh Allah Yang Pemurah, yaitu “Subhaanallahi wa bihamdihi
subhaanallahil-adliim</i>” (HR Bukhari)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nabi SAW bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Siapa
melakukan kebaikan maka ia memperoleh pahala melakukannya, dan pahala orang
yang melakukannya (karena menirunya). Dan siapa melakukan keburukan maka
baginya dosa dan dosa orang yang melakukannya (karena menirunya)</i>” (HR
Bukhari)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mu’adz bin Jabal menjelaskan: Tiada
bergeser telapak kaki seseorang hingga dituntut tentang empat perkara, yaitu:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang usia, untuk apa ia habiskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang tubuh, dipakai apa saja sampai
rusak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang ilmu, sampai sejauh mana ia
mengamalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang harta, dari mana ia peroleh dan
untuk apa dibelanjakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Tanbihu
al-Ghafilin)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Allah SWT
berfirman:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Sehingga apabila mereka sampai di neraka,
pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka semua bertindak sebagai saksi mereka
mengenai apa saja yang mereka perbuat</i>. <i>Mereka
berkata kepada kulitnya : Kenapa kamu bertindak sebagai saksi atas perbuatan
kita? Jawabannya : Kami telah dipandaikan oleh Allah dapat bercakap-cakap
Dialah yang memberi kemampuan segala sesuatu berbicara, dan Dia-lah yang
menetapkan kamu pada awalnya, dan kepada-Nya lah kamu dipulangkan”</i> (QS
As-Sajdah 20-21)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Nabi Daud as. memohon kepada Allah,
sahutnya: “Yaa Tuhan, sungguh, aku ingin melihat shirath, mizan/titihan dan
timbangan di dunia ini”. Jawab Allah lewat firman-Nya : “Hai Daud, pergilah ke
suatu jurang yang demikian”. Maka Allah membukakan tabir darinya, hingga ia
dapat melihat shirath dan mizan, yang sifatnya telah dibentangkan dalam
hadits-hadits”. Setelah melihat, Nabi Daud pun menangis keras, sahutnya: “Yaa
Tuhan, siapakah yang dapat memenuhi papan timbangan (sebesar itu) dengan
kebaikan, dari antara hamba-Mu?” Firman Allah SWT : “Demi kemenangan dan
keluhuran-Ku, siapa mengucapkan dua kalimat syahadat sebanyak 1 x, dengan i’tiqod
mantap, maka ia dapat melintasi shirath layaknya seperti kilat menyambar saja,
dan siapa bersedekah semisal sebesar buah korma semata karena Aku, maka iapun
dapat memenuhi timbangan itu”. Padahal timbangan itu sendiri sangat besar
melebihi besarnya Jabal Qaf. (Masyariq al-Anwar)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Allah SWT
berfirman:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Sesungguhnya Kami akan menghidupkan
orang-orang yang mati, dan mencatat apa saja yang mereka perbuat, dan
jejak-jejak mereka</i>” (QS Yasin 12) <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Allah akan menghidupkan orang-orang mati
di hari kebangkitan, dan Allah mencatat amal-amal yang baik maupun yang buruk
dari mereka, yang pernah mereka kerjakan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nabi SAW bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Alamat/tanda
seseorang itu celaka ada 4, yaitu:<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Melupakan
segala dosanya yang terdahulu, padahal bukti/tulisan dosa-dosa itu dijaga ketat
di sisi Allah SWT,<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suka
mengungkap/menutur kembali amal-amal bagus yang telah lewat, padahal amal-amal
itu sendiri entah diterima atau tidak, belum jelas nasibnya,<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suka
membuat standar/tolak ukur kepada orang di atasnya dalam hal berusaha
menghimpun harta dunia,<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;">
</span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sedangkan
dalam masalah ibadah/amal keagamaan, yang dibuat standar/tolak ukur adalah
orang yang dibawahnya</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Allah SWT
berfirman: “<i>Aku mau padamu, tapi kamu
tidak mau pada-Ku, maka Kutinggalkan dia</i>”. (Minhaj al-Muta’allim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Nabi SAW bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Sungguh,
seseorang bersedekah sebanyak 1 dirham di masa hidup (seperti sekarang ini),
adalah lebih baik dibanding sedekah 100 dirham sesudah mati</i>”. (Mashabih)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Firman Allah SWT:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Dan
Kami mencatat apa saja yang mereka perbuat dan jejak-jejak mereka kepadamu</i>”
(QS Yasin 12)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maksudnya langkah-langkah mereka ke
masjid. Menunjuk riwayat dari Abu Sa’id al-Hudri, sahutnya: “Bani Salamah telah
mengadu kepada Nabi SAW tentang tempat kediaman mereka yang jauh dari masjid,
maka turunlah ayat tersebut”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari Anas ra. ia berkata : Keluarga/Bani
Salamah maunya pindah menghampiri masjid/mencari tempat yang dekat dengan
masjid, dan Rasul SAW tidak suka jika kota Madinah berubah menjadi sepi, lalu
beliaupun bersabda: “Hai Bani Salamah, tiada sukakah pada jejak-jejakmu yang
banyak? Akhirnya mereka tetap berdiam di rumah mereka semula”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari Abu Musa al-Asy’ari ra. Nabi SAW
bersabda:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Manusia
yang paling agung pahalanya dalam hal shalat, yaitu yang terjauh berjalannya
(menuju masjid), dan orang yang menunggu shalat, hingga ia melakukan shalat
berjamaah di belakang imam, adalah lebih banyak pahalanya daripada orang yang
shalat kemudian tidur</i>”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Firman Allah SWT:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Setiap
sesuatu Kami perhitungkan (maksudnya Kami menjaganya, menghitungnya, dan
menjelaskannya) dalam kitab yang nyata (Lauh al-Mahfudl)</i>” (QS Yasin 12).
(Tafsir Ma’alim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Al-Faqih Abu Laits menjelaskan : “Pada
hari kiamat akan dihadapkan 4 golongan, masing-masing mengajukan alasan, namun
tiada satupun alasan yang diterima, yaitu:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Golongan
orang kaya mengajukan alasan: “Sesungguhnya aku adalah orang kaya yang selalu
sibuk dengan hak-hak harta bendaku, sehingga tidak berkesempatan beribadah
pada-Mu”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dijawab oleh Allah SWT: “Sungguh,
Nabi Sulaiman membawahi segala yang ada di dunia Timur dan Barat, tetapi ia
tidak durhaka kepada Tuhannya, maka alasanmu tidak benar, tidak dapat diterima.
Lalu merekapun segera digiring ke neraka”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Golongan
fakir/miskin, memajukan alasan dengan keberadaanya yang fakir. Dijawab oleh
Allah SWT dengan menetapkan/perbandingan Nabi Isa as.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Golongan
hamba sahaya (budak) mengajukan alasan melayani majikannya. Lalu dijawab oleh
Allah dengan menetapkan/perbandingan Nabi Yusuf as.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Golongan
pasien/orang yang ditimpa sakit, mereka mengajukan alasan derita sakitnya. Lalu
dijawab oleh Allah SWT dengan menetapkan/perbandingan Nabi Ayyub as”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Tanbihu al-Ghafilin)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dijelaskan bahwa
Allah SWT berhujjah dengan 4 orang dalam rangka menangkis 4 macam manusia,
kelak di hari kiamat, yaitu:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
rangka menangkis golongan orang kaya, ditampilkan Nabi Sulaiman as. Sahut
mereka : ”Yaa Tuhan, adalah harta bendaku yang mengakibatkan aku tiada
berkesempatan ibadah pada-Mu”. Dijawab oleh Allah SWT : “Engkau belumlah kaya
melebihi Nabi SUlaiman dan harta bendanya tidaklah mencegah dari beribadah
kepada-Ku”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
rangka menangkis hamba sahaya (budak), ditampilkanlah Nabi Yusuf as. Sahut
mereka : “Yaa Tuhan, adalah aku seorang budak, dan keberadaanku sebagai hamba
sahaya, mencegah aku beribadah kepada-Mu”. Diajwab oleh-Nya : “Sesunguhnya Nabi
Yusuf, keberadaannya sebagai hamba sahaya tidaklah mencegah beribadah pada-Ku”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
rangka menangkis orang-orang fakir miskin, ditampilkanlah Nabi Isa as. Mereka
berkata : “Yaa Tuhan, sungguh, hajat hidupku sehari-hari mencegahku beribadah
pada-Mu”. Lalu dijawab oleh Allah SWT : “Engkau atau Nabi Isa yang lebih
berhajat/fakir tapi kefakirannya tidaklah mencegah ia beribadah pada-Ku”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam
rangka menangkis pasien/orang sakit, ditampilkanlah Nabi Ayyub as. Sahut mereka
: “Yaa Tuhan, penderitaan sakitlah yangmenghambat/mencegah aku beribadah
pada-Mu”. Dijawab oleh Allah SWT : “Lebih parah mana derita sakitmu dengan
sakitnya Nabi Ayyub? Tapi ia tidak terpengaruh oleh penderitaan sakitnya dari
beribadah kepada-Ku”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Maka tiada seorangpun yang
dibenarkan alasannya di hadapan Allah SWT kelak di hari kiamat. (Tanbihu
al-Ghafilin)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dijelaskan bahwa sehari semalam itu
24 jam, setiap jam menusia bernafas 180x, maka nyatalah dalam sehari semalam
manusia bernafas 24x180 nafasan adalah 4320 nafasan, yang berarti 4320x
bernafas, dan setiap nafas dituntut tentang 2 masalah, saat keluar dan masuknya
nafas, maksudnya : “Dituntut tentang amalperbuatan apa saja yang dilakukan saat
ia keluar dan masuk”. (Raudhatu al-‘Abidin)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Maka setelah kita mengerti tentang
masalah nafas dengan segala tuntutannya ini, selaku orang pandai yang zahid,
sebaiknya mulailah dengan amar ma’ruf dan nahi munkar, mengajak kebaikan dan
mencegah kemunkaran kepada segenap lapisan masyarakat. Menunjuk hadits riwayat
Siti ‘Aisyah ra, Rasulullah SAW bersanda :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> “<i>Telah
ditimpa azab/siksa masyarakat sebuah dosa yang di dalamnya ada orang-orang ahli
ibdaha yang beramal baik seperti amalan para Nabi, sejumlah 18.000 orang.” Para
sahabat pun bertanya : “Kenapa sampai terjadi begitu yaa Rasul?” Jawab beliau
SAW : “Sebab mereka enggan marah karena Allah, mereka tidak suka amar ma’ruf
dan tidak pula mencegah kemunkaran</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Bertolak dari hadits tersebut, maka
setiap orang yang menyaksikan adanya laku munkar dari seseorang, dan ia enggan
mencegahnya, berarti ia telah berserikat dalam laku munkar tersebut, hal ini
adalah bagaikan orang yang mendengarkan ghibah, berarti ia telah berserikat dengan
orang yang ghibah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Begitu pula setiap laku maksiat,
misalnya saja orang yang duduk di tempat minumarak, berarti adalah orang fasiq
/ termasuk orang durhaka, sekalipun ia tidak ikut minum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dari Anas bin Malik ra. katanya :
“Kami bertanya : Yaa Rasul, haruskah kami amar ma’ruf sedangkan kami belum
dapat melakukan seluruhnya, dan haruskah kami nahi munkar, sedang kami belum
dapat menjauhi seluruhnya?” Jawab beliau SAW : “Bahkan lanjutkanlah menjalankan
amar ma’ruf sekalipun kamu belum dapat melakukan seluruhnya, dan teruslah nahi
munkar, sekalipun kamu belum dapat menjauhi seluruhnya”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Maka bagi sementara orang yang masih
berbuat kemunkaran, hendaklah suka mencegah kemukaran, supaya tidak menumpuk
dua dosa. Sebagaimana telah dikatakan : “Petiklah nasihat alim ulama jahat itu,
tapi jangan sekali-kali mencontoh perbuatannya itu dari yang haq, sedang
perbuatannya dari syetan.”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Diceritakan bahwa ada seorang pria
bertanya pada Abu Qasim al-Hakim, sahutnya : “Kenapa pada ulama di zaman kita
sekarang ini, masyarakat tiada peduli dengan nasihat mereka, jauh berbeda
dengan ulama terdahulu yang selalu diperhatikan dan diikuti fatwa/nasihatnya?”
Jawab Abu Qasim : “Sesungguhnya ulama terdahulu dalam keadaan jaga / sadar / tidak tidur, sedangakan umat dalam
keadaan tidur, lalu mereka yang dalamkeadaan insaf/sadar mengingatkan mereka
yang lengah. Sedangkan ulama masa kini keadaannya saja tidur/lengah, dan umat
dalam keadaan mati, maka bayangkan saja, dapatkah kiranya yang tengan tidur
asyik dalam mimpinya membangunkan orang yang sudah mati?”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Hal ini seperti yang diungkap dalam
kitab Taurat disana ditulis : “Siapa menanam kebaikan, pasti memetik buah
keselamatan”. Dan dalam Injil dituturkan : “Siapa menanam keburukan, buahnya
penyesalan”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam Al-Qur’an
dijelaskan :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Siapa berbuat keburukan, pasti dibalasi
keburukan pula</i>” (QS An-Nisaa 123)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Diceritakan oleh Ikrimah, bahwasanya
ada seorang pria berjalan melintasi sebatang pohon yang dipuja-puja
masyarakat/mereka menyembah selain Allah, lalu iapun marah kepada pohon itu,
dan langsung mengambil kapak, naik himarnya segera menuju ke pohon itu hendak
menebangnya. Kemudian ia dihadang oleh iblis dengan bentuk manusia, tanya iblis
: “Hendak pergi kemana kamu?” Jawabnya : “Aku hendak menuju ke pohon yang
disembah selain Allah, dan janjiku kepada Allah hendak menebangnya”. Sahut
iblis : “Apakah hubunganmu dengan pohon itu, apakah ia membahayakanmu, kan
tidak, untuk itu biarkanlah ia jangan ditebang”. Pria itupun tiada peduli dengan
ocehan orang, ia tetap dalam pendiriannya, hingga terjadilah perkelahian
diantara keduanya, dan iblispun kalah terbanting sampai tiga kali. Dan sewaktu
iblis tiada berdaya melawannya, lalu ia berkata : “Hai kawan, nantiaku beri
uang 4 dirham setiap hari”. Sahut pria itu : “Benarkah ucapanmu itu?” Jawab
iblis : “Ya, percayalah aku akan melakukannya”.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kemudain iapun pulang ke rumahnya.
Dan sewaktu datang ke rumah, ia singkap sajadahnya, ternyata ada uang sebanyak
4 dirham di bawahnya, hal itu berlangsung selama 3 hari. Namun pada esok
harinya ia tidak memperoleh uang sepeserpun. Dan iapun segera membawa kapak,
naik himarnya berangkat menuju ke pohon itu lagi. Maka iblispun tegak berdiri
dengan bentuk manusia, sahut iblis : “Hendak kemana kawan?” Jawabnya : “Hendak
menebang pohon itu”. Lalu terjadilah perkelahian yang kedua kalinya diantara
keduanya, namun kali ini pria itulah yang kena pukulan, dan terbantinglah ia
sampai tiga kali. Ia menjadi heran tiada habisnya, dan bertanya : “Kenapa kini
engaku dapat mengalahkanku, padahal sebelum itu aku selalu menang?” Jawab iblis
: “Ya, benar, sebab keberangkatanmu yang pertama, dulu marah semata karena
Allah, hingga sekiranya seluruh pembantuku dikerahkan untuk menghadapimu, pasti
mereka tidak daya mengalahkanmu. Tapi kini keberangkatanmu yang kedua kalinya,
marah karena tidak mempeorleh uang di bawah sajadahmu, maka tiada kesulitan
bagiku dalam memperdayamu. Untuk itu, segera pulanglah, dan kalau tidak pasti
kutebang lehermu”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Akhirnya pria itupun pulang, dan
gagal menebang pohon. (Zubdatu al-Wa’idhin)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari Ibnu Mas’ud
ra. Rasulullah SAW bersabda :<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Tiada
bergeser telapak kaki seseorang hingga dituntut tentang empat perkara, yaitu:<o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang usia, untuk apa ia habiskan<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang tubuh, dipakai apa saja
sampai rusak<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang ilmu, sampai sejauh mana ia
mengamalkan<o:p></o:p></span></i></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; font-style: normal; line-height: normal;"> </span></span></i><!--[endif]--><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tentang harta, dari mana ia peroleh
dan untuk apa dibelanjakan</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">”<i><o:p></o:p></i></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">(Hisan
al-Mashabih)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Syarah/
penjelasan:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kata <i>‘abdun</i> dalam hadits tersebut, sekalipun umum karena keberadaannya
ism nakirah, namun dalam susunan jumlah nafi, artinya punya arti khusus,
menujuk hadits berikut:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Akan masuk surga dari umatku sejumlah 70.000
orang tanpa lewat proses hisab</i>”<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Maka menunjuk hadits ini, tuntutan 4
perkara itu tidak mengikut sertakan mereka yang 70.000 orang. Dan sudah
semestinya bagi setiap orang mu’min mengetahui bahwa dirinya bakal dituntut 4
perkara kelak di hari kiatmat, juga diuji dalam hisab, lebih dari itu tuntutan
amal dan kelakuan/ detak hari dan lirikan mata sekalipun kecil seperti atom.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Dan nyata pula bahwa ia tidak dapat
selamat dari gerak-gerik ini, kecuali dengan membiasakan hisab diri sendiri
dalam rangkaian usaha untuk akhirat, dan tuntutan pada nafs/jiwanya,
waktu-waktunya, serta gerak dan diamnya. Sebab orang yang pandai menghisab
diri, sebelum tiba saatnya dihisab lain, bakal meringankan hisabnya kelak di
hari kiamat, yang berarti melatih jawabannya nanti dalam menghadapi
tuntutan/pertanyaan, disamping itu juga dapat membaguskan peralihan/perpindahan
dan tempat kembalinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Akan tetapi bagi orang yang enggan
mengadakan hisab pada dirinya sendiri, pasti menderita kesal hati, mengelus
terus menerus, dan mengalami masa panjang di padang luas hari kiamat, serta
laku buruknya bakal menjerumuskannya ke tempat yang terhina, lagi tempat
kemurkaan Allah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Maka bagi orang mu’min hendaklah
tidak melengahkan diri, harus mawas diri dalam segala gerak dan diamnya,
penglihatan mata dan detak niatnya, dalam rangkaian usahanya untuk akhirat.
Sebab usaha yang diistilahkan dengan jual-beli ini, bakal meraih keuntungan
berupa surga firdaus tingkat atas, dan mencapai Sidratu al-Muntaha beserta para
Nabi, para Shiddiqin, dan para Syuhadaa’. (Majalisu ar-Rumi)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">*Sumber: <i>Durratun Nashihin </i>hal 258-261, Syaikh
Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khawbawi. Cetakan Haromain tahun 2005. (Lihat
gambar)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<br /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-65784439340190052442012-04-16T19:59:00.000-07:002012-04-16T19:59:10.863-07:00Ritual membaca hadits usai shalat jama'ah<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;">Beberapa waktu yang lalu ada seorang adek kelas bertanya pada saya selepas jum’atan, bahwa di masjidnya akhir-akhir ini sering ada ritual baru, yaitu membacakan hadits selepas sholat dhuhur berjama’ah. Ia masih kebingungan dengan ritual baru tersebut bagaimana sebenarnya maksudnya. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Saya teringat, beberapa waktu sebelumnya ada sebuah forum diskusi jama’ah masjid tersebut di facebook, di dalamnya ada seorang jama’ah yang bertanya tentang hukum bersalaman sesudah sholat berjama’ah. Saya ikut membaca jawaban-jawaban atau komentar yang ada. Jawabannya kurang lebih adalah tidak boleh. Kalau mungkin mereka sensitif untuk tidak menyebutkannya sebagai bid’ah, mereka menyebutnya sebagai sesuatu yang berpotensi menambah syari’at. Saya sebenarnya tergoda untuk ikut urun jawaban dan komentar disitu, namun haluan berpikir yang berbeda dengan sebagian besar jama’ah disana membuat riskan karena bisa berhujung pada perdebatan. Yasudahlah. Sebenarnya kasus di paragraf pertama dan kedua hampir sama, yaitu melakukan tradisi baik selepas sholat jama’ah. Tapi mengapa bersalaman tidak boleh lalu membaca hadits boleh? Apakah bersalaman itu hal yang mungkar? </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Mari kita coba membahas pertanyaan adek kelas di paragraf pertama di atas terlebih dahulu. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Akhir-akhir ini di beberapa masjid memang sering saya menemui ritual pembacaan hadits terutama setelah sholat dhuhur. Di mushola fakultas saya merujuk kitab Muntakhab Ahadits Kandahlawi, di masjid kampus saya merujuk kitab Riyadhus-Shalihin Imam Nawawi. Dan di masjidnya adek kelas saya tadi merujuk kitab Riyadhus-Shalihin Imam Nawawi juga. Muntakhab Ahadits mungkin identik dengan suatu gerakan tertentu dalam islam (Jama’ah Tabligh). Tapi Riyadhus-Shalihin adalah kitab yang relatif diterima semua muslim. Tunggu sebentar, kitabnya memang bagus, namun jika cara menyampaikannya salah, ya sama saja. Maksudnya cara yang salah itu bagaimana? </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Pada umumnya, pembacaan hadits selepas dhuhur tersebut hanya sekitar 5 menit saja. Ada yang membaca terjemahannya saja, ada yang bunyi matannya beserta terjemahannya pula. Biasanya tiap hari membaca satu buah hadits. Mari kita coba lihat di hadits pertama kitab Riyadhus-Shalihin. Pada Bab pertama Bab al-ikhlaash wa ihdhaara an-niyat fi jami’i al-a’maal wa al-aqwal al-barizata wal khafiyah atau bab Keikhlasan Dan Menghadhirkan Niat Dalam Segala Perbuatan, Ucapan Dan Keadaan Yang Nyata Dan Yang Samar. Hadits pertama membahas tentang niat yang mungkin hampir kita semua mengetahuinya, yaitu innama al-a’maalu binniyat …. ilaa akhirihi, segala perbuatan tergantung pada niat. Biasanya orang yang bertugas hanya membaca satu hadits yang cukup panjang tersebut terutama terjemahannya sambil ditambahi sedikit penjelasan atau penekanan dari petugas tersebut. Saya bertanya-tanya keheranan, membahas perkara niat dalam agama hanya 5 menit saja? </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Dalam kaidah fiqh, ada kaidah berbunyi al-umuuru bi maqaashidiha, alias segala sesuatu tergantung pada maksudnya. Kaidah ini bersumber dari hadits pertama dalam Riyadhus-Shalihin dan sekaligus hadits pertama dalam Arba’in Nawawi. Menurut ulama ahli tahqiq, hadits tersebut isinya sungguh padat sekali. Sehigga seolah-olah sepertiga atau seperempat dari seluruh masalah fiqh telah tercakup dalam hadits tersebut. Mengapa bisa begitu? Sebab perbuatan / amal manusia itu ada tiga macam, yaitu dengan hati, ucapan, dan perbuatan. Dan semua amal yang berhubungan dengan hati tercakup oleh hadits ini. Malahan menurut Imam Syafi’i ada 70 bab yang tercakup dalam hadits ini, seperti: wudhu, mandi, jama’, ma’mum, imam, sujud tilawah, shadaqah tathawwu’, puasa, nadzar, waqaf, dan sebagainya. Dari sini saja saya sudah keheranan bila membacakan hadits tersebut hanya dalam 5 menit, mau dapat ilmu seperti apa? Tidakkah ingat bahwa salah satu syarat menuntut ilmu adalah thuulu zamaani, waktu yang panjang? </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Selain itu, ketika menerangkan niat, seharusnya diikuti beberapa penjelasan seperti apa itu niat, niat itu termasuk rukun atau syarat, tempat niat, waktu niat, syarat sah niat, pembatal niat, perbedaan niat dan azzam, perbedaan makna dari kata niat dalam bahasa Indonesia dan Arab, dan sebagainya. Bukankah begitu banyak sekali ilmu-ilmu yang menyertai hadits tentang niat tersebut? Seperti itu hanya disampaikan 5 menit? Saya teringat pesan dari Imam Sufyan bin Uyanah, salah seorang guru Imam Syafi’i, bahwasanya al-Hadits itu menyesatkan kecuali bagi para ulama atau fuqaha. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Kalau kita melihat pesantren-pesantren atau ma’had di Timur Tengah yang fokus mengkaji hadits, seorang guru yang menyampaikan hadits adalah seorang musnid (orang yang memiliki sanad hingga Rasulullah SAW), beliau menyampaikan hadits kepada muridnya lengkap matan dan sanadnya/urutan hadits tersebut hingga Rasulullah. Dan di jaman sekarang ini, kalau tidak salah rantai sanadnya sudah mencapai 40 rantai. Dan di situ, semua rantai itu disebutkan dan dihafalkan. Orang yang tahu begitu mulianya hadits, tidak akan sembarangan menggunakannya. Imam Bukhari, ia begitu memuliakan hadits. Ketika Imam Bukhari menulis Kitab Shahih Bukhari (salah satu kitab tershahih di dunia setelah Al-Qur’an), tiap akan menulis sebuah hadits beliau wudhu dan sholat 2 raka’at terlebih dahulu. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Jikalau ritual pembacaan hadits usai sholat jama’ah itu bukan termasuk (ehem) bid’ah hasanah, atau sesuatu yang berpotensi menjadi syari’at baru, maka ritual tersebut termasuk salah satu cara menzhalimi ilmu. Menempatkan ilmu tidak pada tempatnya, tidak pada porsinya. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Jadi intinya boleh atau tidak? Disini saya tidak akan memvonis boleh atau tidak. Tapi, melihat kemiripan ritual bersalaman usai sholat jama’ah dan pembacaan hadits seusai sholat jama’ah, maka hendaknya kita bersikap adil. Jika yang satu diperbolehkan, maka satunya juga diperbolehkan. Dan sebaliknya. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Keduanya termasuk kategori tradisi yang baik. Orang yang bersalaman pun punya dasar mereka bersalaman. Rasulullah pernah berpesan, tashaafahuu yadzhabi al-ghillu ‘an quluubikum, salin berjabat tanganlah kamu sekalian niscaya akan hilang perasaan dengki/dendam dari hatimu. Hadits itu berlaku umum, bisa dilakukan kapanpun dan dimanapun termasuk sebelum atau setelah sholat. Kalaupun ada dalil khusus yang mengecualikan, mungkin itu ketika kita bersalaman / berjabat tangan dengan yang bukan mahram. </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;">Mari bersikap adil terhadap ilmu :D </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; text-align: left;" /><br />
<div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: 11px; line-height: 16px;"><br />
</span></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-40940578791059466412011-12-25T09:14:00.001-08:002011-12-25T09:14:33.916-08:00Beberapa potong episode Simbah KH Zainal Abidin Munawwir<div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Simbah KH Zainal Abidin Munawwir, pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, sudah tak asing lagi nama beliau yang mayhur dengan ketawadhu’annya. Banyak sekali cerita-cerita tentang kezuhudan beliau di kalangan masyarakat. Beliau bukan tipe ulama yang mencari popularitas dengan banyak bicara mengucapkan kata-kata penuh istilah maupun mengobral kalimat-kalimat mutiara singkat. Beliau lebih banyak menunjukkan budi pekerti luhur beliau dengan peri-kehidupan yang dihiasi akhlak.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Ketika dulu ingin naik haji, Mbah Zainal Abidin Munawwir menabung segobang demi segobang. Berapa pun yang terkumpul setiap tahun, beliau menzakatinya, walaupun belum mencapai nishob. Mbah Ali Ma'shum rahimahullah, kakak ipar dan gurunya, terkekeh-kekeh mendengar laku yang demikian itu.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Itu fiqh model apa?" beliau meledek.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Dengan mesem (yang hingga kini jarang terlihat beliau tertawa hingga kelihatan giginya), yang diledek hanya bergumam,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Yah... siapa tahu yang begini ini lebih disukai Pengeran..."</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mbah Ali Ma'shum jelas hapal tingkah adik ipar sekaligus anak muridnya itu.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Zainal itu adikku yang paling antik!" kata Mbah Ali, setengah bergurau, "Dia itu cagaknya langit. Selama dia masih ada, nggak bakalan kiamat!”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Pada waktu yang lain, Mbah Zainal menyuruh Kang (sekarang kiyai:) Ali As'ad, santrinya, untuk membelikan pedal sepeda karena milik beliau sudah rusak. Tapi kebetulan Kang Ali As'ad punya sepasang pedal masih bagus yang tak terpakai. Maka ia tawarkan untuk dipakai Mbah Zainal, dan diterima.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Saat hendak berangkat haji beberapa bulan kemudian, Mbah Zainal memanggil Kang Ali As'ad.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Ada apa, Mbah?"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mbah Zainal mengulurkan sepasang pedal sepeda.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Ini pedalmu yang dulu kupinjam, kukembalikan. Aku mau pergi haji... biar nggak ada tanggungan lagi..."</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mbah Zainal Abidin Munawwir juga pernah satu periode menjadi anggota DPRD Kabupaten Bantul, wakil dari Partai Nahdlatul Ulama. Selama itu, beliau wira-wiri ke kantor tiap hari dengan sepeda onthel tua miliknya. Beliau juga tidak mau mengambil gaji bulanannya maupun uang apa pun dari DPRD itu, karena menganggapnya syubhat. Beliau ngotot mengandalkan nafkah hanya dari telur sejumlah bebek yang dipeliharanya.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Karena Kang Zainal nggak mau, ya aku yang ngambil gajinya", kata kiyai Ahmad Warson Munawwir, adik Mbah Zainal, sambil senyum-senyum menikmati kenangannya.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Waktu itu Kang Zainal belum kawin", Mbah Warson menyambung, "sedangkan aku pengantin baru. Jadi... aku yang kawin, Kang Zainal yang menafkahi!"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Ke Nggading berapa, Kang?" Mbah Zainal Abidin Munawwir, Krapyak, menawar becak.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Monggo mawon. Terserah panjenengan, Mbah", tukang becak pasrah karena sudah kenal.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Nggak bisa! Sampeyan harus kasih harga!"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Yah... seribu, Mbah". Itu harga yang cukup lazim waktu itu, walaupun sedikit agak mahal.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Lima ratus ya!"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Tukang becak nyengir,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Masih kurang, Mbah..."</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Enam ratus!"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Tukang becak masih nyengir.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Ya sudah... tujuh ratus!"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Tukang becak sungkan membantah lagi dan mempersilahkan Mbah Zainal naik.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sampai tempat tujuan, Mbah Zainal mengulurkan selembar uang ribuan tapi menolak kembaliannya. Tukang becak bengong.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"Kalau tadi kita sepakat seribu, aku cuma dapat pahala wajib", kata Mbah Zainal, "kalau begini ini kan yang tiga ratus jadi shodaqohku".</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mbah Zainal tidak merokok. Untuk urusan makanan, selama ini beliau dikenal tidak doyan makan makanan dari sesuatu yang bernyawa (daging/telur). Beliau terbiasa hanya berlauk tahu/tempe, bahkan beliau lebih sering seharian hanya mengkonsumsi mie instan, itupun setengah porsi. Beliau juga tidak suka makanan yang terlalu beraroma.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Suatu ketika di dapur, Bu Nyai Ida (istri beliau) memasak makanan yang aromanya tercium hingga ruang tamu tempat Mbah Zainal berada saat itu.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“Masak apa to Da? Kok bikin bau sampai sini. Mbok jangan masak yang baunya berlebihan seperti itu, saya ndak mau makan”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Bu Nyai Ida yang sudah terlanjur masak pun hanya bisa menimpali sederhana</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“Ini sudah matang. Ya sudah kalau tidak mau ini makanannya saya buang saja”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mbah Zainal kaget,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“Eh, jangan. Yasudahlah, sini saya makan saja.”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Suatu hari, KH Munawwar mengantarkan beliau memenuhi undangan salah seorang alumni di luar kota. Ketika itu acara makan siang di sebuah tempat pemancingan ikan. Mbah Zainal yang sehari-harinya dipenuhi puasa sunnah, memperhatikan ikan-ikan yang dipancing. Ia yang begitu sensitif dan peka perasaannya, langsung memanggil KH Munawwar.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“Eh eh, itu mancing ikannya kok di tusuki di mulutnya pakai pengait?”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">KH Munawwar dan yang lain pun kebingungan,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“Ya memang seperti itu caranya mancing ikan mbah” Jawab KH Munawwar.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mbah Zainal dengan agak tidak terima langsung menimpali,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“Coba kalau mulutmu yang ditusuki seperti itu bagaimana?”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">******************************************</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Masih banyak lagi kisah-kisah penuh hikmah dari beliau. Cerita-cerita seperti ini dikenal luas terutama di kalangan santri beliau.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Saat ini, beliau sedang gerah dan belum lama pulang dari RS Sardjito. Beliau sudah tidak seaktif dulu lagi untuk mengimami sholat di masjid pusat, bahkan ketika sholat Jum’at pun beliau sholat dari serambi ndalem beliau. Beliau juga tak bisa mengajar santri dengan penuh lagi. Saya juga kesulitan untuk mencium tangan beliau sebagaimana sesudah sholat jama’ah di masjid pusat ketika beliau masih mengimami.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mari kita doakan beliau, semoga barokah ilmu beliau senantiasa bertebaran di antara kita, dipanjangkan umur beliau, diberi kesehatan laa yughodiru saqoma, dan semoga beliau juga turut mendoakan kita dalam munajat-munajat beliau.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Ilaa hadlrotisy-Syaikh Zainal Abidin bin Muhammad Munawwir bin Abdillah Rosyad, Al-Faatihah.</div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"><span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/397431_2246148642456_1510361536_31674781_1822423309_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; max-width: 493px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com11tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-19008226998480501242011-10-25T02:01:00.001-07:002011-10-25T02:01:41.529-07:00Universalitas Pesantren<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Kata “Universitas”, atau yang dalam bahasa inggrisnya adalah “University”, dalam bahasa arab biasa digunakan dengan padanan kata “Jami'ah”. Maka dari itu kita sering mendengar nama Jami'ah Al Azhar, Jami'ah Ummul Qura’, Jami'ah Al Ahgaff, dan sebagainya. Jami'ah sendiri bermakna kumpulan, gabungan, dan semacamnya. Beda dengan akademi, sekolah tinggi, institut, dan sebagainya. Universitas sendiri bermakna perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang menyelenggarakan pendidikan ilmiah dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu tertentu, begitulah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Ustadz Joko Sucipto pernah menutur sebuah cerita pengalaman remaja alumni sebuah universitas. Suatu hari, setelah lulus menjadi sarjana, remaja itu pulang ke kampung halaman. Ia adalah mahasiswa sebuah fakultas ilmu sosial. Ia bertekad untuk bisa memajukan kampungnya dengan ilmu sosial yang ia miliki. Dengan perasaan bangga setelah menggondol gelar sarjana, ia pulang penuh percaya diri. Hingga salah seorang tetangga datang ke rumahnya dan meminta tolong.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mas, saklar di rumah saya sepertinya tidak berfungsi, mbok saya tolong dibantu mbenerin”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Remaja itu kaget, dia ingin sekali membantu tapi ia tidak punya cukup kemampuan dalam hal elektronika. Maklum, ia mahasiswa ilmu sosial. Karena itu juga ia ragu-ragu dan takut kalau-kalau ia salah dan justru terjadi kecelakaan.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Waduh, nuwun sewu pak, sepertinya saya ndak bisa”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Lhoh, gimana to? Katanya sampeyan itu sarjana? Kok kayak gini saja tidak bisa” Dalam bayangan orang-orang awam pada umumnya, orang sarjana itu ya orang yang pintar, terdidik, terpelajar, dan sebagainya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Begitulah realita yang sering dihadapi orang-orang yang telah menuntut ilmu di “universitas”, ilmu yang mereka pelajari sejatinya bukan sebuah ilmu “universal”, tapi ilmu parsial, sesuai jurusan yang ia pilih. Jadi sulit untuk mereka memahami ilmu lintas disiplin apalagi di kampus mereka bergaul secara homogen dengan orang-orang berada dalam satu disiplin yang sama.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Lebih lanjut, hal ini berbeda dengan pembelajaran di pondok pesantren, meskipun di pesantren secara kurikulum resminya adalah keagamaan, tapi kurikulum non-resminya sangat melimpah banyak. Santri-santrinya ada yang masih SMA, tapi lebih banyak yang kuliah. Yang kuliah pun dari berbagai lintas disiplin dari berbagi universitas. Ada yang kuliah di kedokteran, hukum, teknik, desain, psikologi, dan sebagainya. Biasanya, santri-santri sering mencuri ilmu dari sesama santri terutama yang berbeda displin ilmu. Saya sendiri sering ditanya-tanyai oleh santri yang merupakan mahasiswa ilmu hukum, ilmu komunikasi penyiaran islam, dan sebagainya. Selain pembelajaran dengan cara musafahah, alias tatap langsung person to person, biasanya ketika ada santri yang sedang mengotak-atik motor, santri-santri yang lain ikut memperhatikan juga sesekali tanya, “ini caranya gimana?”, “kok harus seperti ini?”, “itu namanya apa?”, dan sebagainya. Hal yang sama juga terjadi ketika ada santri lain unjuk kebolehan seperti sedang men-desain, mengobati orang sakit, membuat karya ilmiah, bahasa asing, dan lain-lainnya. Tidak heran, santri lulusan pesantren banyak jadi orang yang menguasai banyak bidang (setidaknya, mereka paham walaupun sedikit). Untuk itulah, Pak Joko menyimpulkan bahwa pesantren itu lebih universal daripada universitas. Dan orang yang kuliah di universitas saja, lebih layak disebut kuliah juz’iyah, bukan jami'ah (universitas).</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Terdapatlah secara jelas perbedaan universitas dan pondok pesantren. Jika mahasiswa jurusan teknik sipil bisa membangun jembatan besar, kokoh nan indah, belum tentu dia bisa membangunnya ketika harus melewati jembatan shirothol mustaqim. Mahasiswa teknik elektro yang bisa membuat lampu atau sistem pencahayaan yang terang, irit, dan murah, belum tentu di alam kubur ia bisa menerangi kuburnya sendiri. Mahasiswa kedokteran yang bisa mengobati orang sakit, sekarat, atau koma, belum tentu ia bisa memberi “Asy-Syifa” atau mengobati orang-orang yang kesakitan saat menerima hukuman di neraka. Mahasiswa psikologi yang biasa menangani orang-orang stres, cemas, dan lainnya, belum tentu ia bisa menangani orang stres dan cemas ketika disidang pada yaumul hisab. Beda dengan santri pondok pesantren. Selain mempelajari ilmu bekal di dunia, mereka juga mempelajari ilmu bekal di akhirat. Mereka tahu cara melewati jembatan shirothol mustaqim dengan cepat bagaikan kilat bahkan didampingi Rasulullah SAW, mereka tahu cara menerangi kuburan sendiri dan kuburan orang lain, mereka tidak hanya bisa mengirim syifa’/obat, namun juga syafa’at untuk para penghuni neraka, mereka juga tahu cara untuk melewati persidangan di padang masyhar bi ghoiri hisab alias tanpa hisab.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Teman saya di Komplek L, dia kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tapi, ia jarang menunjukkan identitasnya sebagai mahasiswa UIN Sunan kalijaga. Kalau ditanya kuliah dimana, ia punya jawaban menarik</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Saya kuliah di UGM”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Lhoh, bukannya sampeyan itu di UIN kang?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Saya kuliah di UGM kok, alias Universitas Gus Munawwar”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Gus Munawwar sendiri tidak merisaukan dengan cara penyingkatan seperti itu. Yang jelas, beliau sering memberikan petuah sederhana tapi mendalam sekali.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Kita ini ngaji sambil kuliah, bukan kuliah sambil ngaji”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Benar-benar MJJB, Mak Jleb Jleb Banget</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">Nb: Gus Munawwar, atau KH Muhammad Munawwar Ahmad adalah pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Komplek L</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc7/s720x720/299775_2009042794958_1510361536_31568178_1319270063_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; max-width: 493px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span class="caption">Gambar adalah foto ketika khatimin komplek L latihan menjelang H-1 Khataman, 16 Mei 2011. Lihat itu yang pakai baju putih berkopyah hijau</span></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-6776971549756083512011-10-05T10:11:00.001-07:002011-10-05T10:11:38.637-07:00Itsaar?<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 14px;"></span><br />
<h6 class="uiStreamMessage" data-ft="{"type":1}" style="color: black; font-size: 11px; margin-bottom: 5px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; word-wrap: break-word;"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Itsar<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dalam film Ketika Cinta Bertasbih 1, ada adegan Azzam berbicara dengan Fadhil<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Aku sudah dengar, semua persoalanmu dari Cut Mala. Katanya, kau sudah mengikhlaskan Tiara untuk sahabat lamamu. Sekarang menyesal</i>”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Aku kesal pada diri aku sendiri bang, kenapa belum bisa ikhlas</i>”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Kamu pikir setelah ikhlas mendahulukan Zulkifli untuk menikahi Tiara, kamu akan mendapat pahala? Tidak Fadhil! </i>Al-iitsaaru bi al-qurbi makruuhun, wa fii ghoiriha mahbuubun<i>. Itu kaidahnya. Itsar, mengutamakan orang lain dalam mendekatkan diri pada Allah atau dalam ibadah, itu hukumnya makruh. Kalau mengutamakan orang lain untuk selain ibadah, itu justru sangat dianjurkan</i>”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Lhoh Bang, saya mempersilahkan Zulkifli</i>…”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">“<i>Kamu pikir menikah itu bukan ibadah? Itu sunnah Rasul, Ibadah Fadhil. Seharusnya kau mendahulukan dirimu, bukan orang lain</i>”<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Al-iitsaaru bi al-qurbi makruuhun, wa fii ghoiriha mahbuubun<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Tentang kaedah ini, banyak orang sudah sering mendengar dan memahaminya. Namun kebanyakan masih mengartikannya secara tekstual. Memang, secara tekstual kaidah tersebut mudah dimaknai. Mendahuluhkan orang lain pada mendekatkan diri pada Allah (keta’atan/ibadah) adalah dibenci (makruh), dan pada selainnya disukai. Jika dikaji lebih dalam, sebenarnya ada beberapa batasan dalam kaidah ini. Berikut apa yang saya ambil dari kitab “Faraaid al-Bahiyyah Risalah Qowaaid Fiqh” buah karya Syaikh Abu Bakar bin Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal (984 H-1035 H), yang mengambil pedoman dari kitab tulisan Imam Jalaludin Abdur Rahman As Suyuthi yang berjudul “Al Asybah wa an-Nadha-ir”. Silahkan simak baik-baik, karena tulisan ini tidak ada di artikel copas-an di situs-situs konvensional monoton yang tersebar di internet.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>A.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendapat ulama tentang itsar:<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>1.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pendapat pertama persis seperti bunyi kaidah ini, yakni, makruh mengalah dalam masalah ibadah. Sebaliknya kalau mengalah tidak dalam soal ta’at, sunnah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Contoh: Seseorang akan berjama’ah shalat dan telah berada di shaf awal. Tiba-tiba datang orang lain yang juga akan mengikuti jama’ah. Makruh hukumnya kalau orang yang lebih dulu datang mempersilahkan orang yang datang belakangan, untuk menempati tempatnya di shaf awal, sedangkan ia sendiri mengalah, mundur ke shaf di belakangnya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>2.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ada yang berpendapat: Itsar dalam perkara ta’at itu bukan hanya makruh, melainkan haram.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -21.25pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>3.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Imam Jalaluddin As-Suyuthi memberikan perincian sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>a.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika Itsar itu berakibat meninggalkan perkara wajib, maka Itsar itu haram.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 72.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>b.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika Itsar itu berakibat meninggalkan sunnah atau melakukan makruh, maka Itsar makruh.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari ketiga pendapat ini, qoul yang terakhir (pendapat Imam As-Suyuthi) lebih mu’tamad.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><span>B.<span style="font: 7.0pt "Times New Roman";"> </span></span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Permasalahan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><span> </span>Apabila kita melihat tekstual kaidah ini, bahwa menguntungkan orang lain dan merugikan diri sendiri dalam masalah ibadah, adalah dibenci (makruh), kadang-kadang kita menjadi bermasalah terhadap Sunnah Musa’adah (kesunnahan untuk membantu orang lain karena hormat padanya, membantunya, atau sungkan). Begini contohnya, A sedang shalat berjama’ah dan berada di shaf awal, lalu datang B yang terpaksa harus sendirian dibarisan kedua. Karena hukum berdiri sendirian dalam satu shaf saat shalat itu makruh, maka B menarik A untuk menemaninya di shaf kedua (agar di shaf tersebut terdapat lebih dari satu orang). Kalau A mau menurutinya, apakah yang demikian ini tidak termasuk itsar dalam keta’atan?<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Permasalahan ini dijawab oleh Ulama seperti ini: A mundur dari shaf awal ke barisan kedua, memang rugi, tetapi kerugian itu tertebus oleh keuntungan yang berupa menolong teman, yakni menyelamatkan dari perbuatan makruh (berdiri sendirian dalam satu shof shalat)<o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dari uraian di atas cukup jelas bahwa tidak semua itsar dalam ibadah itu tidak boleh. Ingat kaidahnya, ingat batasan-batasannya, dan kompromikan juga dengan kaidah yang lain seperti dar-u al-mafaasid muqoddamu ‘alaa jalbi al-mashoolih, menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik kebaikan, <o:p></o:p></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 2.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;"><br />
</div></h6><div class="mvm uiStreamAttachments clearfix" data-ft="{"type":10}" style="margin-bottom: 10px; margin-top: 10px; zoom: 1;"></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-85114543042817453842011-10-03T06:53:00.001-07:002011-10-03T06:53:59.383-07:00Les Bahasa Arab Gratis dan Pemilu Walikota Yogyakarta<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">Siang itu saya selepas kuliah berencana untuk sholat jum’at di masjid Nurul Ashri Deresan. Aneh memang, padahal masjid Maskam adalah masjid terbesar di UGM dan letaknya cuma dibelakang fakultas Psikologi. Alasan kenapa saya enggan untuk sholat Jum’at di Maskam sudah pernah saya paparkan di status facebook saya beberapa waktu yang lalu. Salah satu poin pokok mengapa saya enggan sholat Jum’at disana mengacu pada salah satu syarat bolehnya mendirikan sholat Jum’at. Ada beberapa pendapat tentang syarat jumlah jama’ah untuk sholat jum’at. Ada yang mengatakan minimal 12 orang muqimin (penduduk asli di wilayah masjid tersebut), ada yang mengatakan 2 orang saja sudah cukup (ada imam ada ma’mum) sebagaimana sholat jama’ah biasa, ada lagi yang mengatakan bahwa sholat jum’at, sebagaimana derivat dari kata jum’ah, jama’, minimal harus ada 3 orang. Dalam kaidah bahasa arab, 2 masih disebut mutsana, sedangkan 3 dan seterusnya baru bisa disebut jama’. Saya sendiri lebih memilih untuk menggunakan ijtihad Imam Syafi’i yang mensyaratkan minimal 40 muqimin untuk dapat mendirikan sholat Jum’at. Ada sejumlah hadits yang menerangkan hal ini, namun selain itu, 40 muqimin ini juga mengacu pada fiqh sosial yang jika dijelaskan disini tentu akan sangat panjang. Mengingat mayoritas jama’ah (bahkan hampir semua) sholat jum’at di maskam bukanlah muqimin, maka saya memutuskan mencari masjid kampung. Namun bukan berarti saya menolak sholat jum’at di maskam, ketika waktu mepet, saya pun sholat disana juga. Masjid Deresean juga cukup heterogen, papan pengumuman disana terdapat berbagai pamflet dari latar belakang yang berbeda-beda, beda dengan papan pengumuman di maskam yang didominasi oleh yang itu-itu saja. Selain itu, masjid Deresan juga bersebelahan dengan Pondok Tahfidz. Sejak dulu saya senang melihat orang-orang yang menghafal Al Qur’an. Seandainya santri2 di Pondok Tahfidz itu anak saya semua, hambok saya rela bekerja siang malam banting tulang untuk mencukupi kebutuhan mereka.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Selepas sholat jum’at di masjid Deresan, saya membaca sebuah papan pengumuman. Disana terdapat semcam pamflet tentang les bahasa arab gratis. Tanpa pikir panjang, saya ambil brosurnya, catat nomernya, lalu registrasi lewat sms. Bagaimana tidak tertarik? Bisa memperdalam bahasa arab gratis, lokasi dekat rumah (di daerah kotagede), tidak ada embel-embel jama’ah/ormas/partai tertentu, dan waktu sangat bisa menyesuaikan. Sayapun mendapat konfirmasi bahwa saya diminta datang ke sekretariat untuk melengkapi syarat pendaftaran berupa 2x pas foto, 2x foto kopi KTP, dan “uang pendaftaran” Rp. 10.000. eh? Uang pendaftaran? Oh ternyata yang dimaksud gratis itu biasa pendidikannya, bukan biaya pendaftarannya. It’s okelah, meskipun di brosur tidak dicantumkan. Toh, cuma 10.000, apalah artinya dibanding kemahiran bahasa arab. Sayapun membayarnya tunai. Maka hari Kamis minggu depannya, saya mendatangi sekretariat untuk melengkapi registrasi. Datang di kompleks masjid sekretariat itu, saya agak terkejut mendapati kenyataan bahwa di kompleks masjid tersebut terdapat semacam kantor pusat sebuah ormas. Di papan informasi di depannya, terdepat berbagai artikel seputar teroris, jihad, bom cirebon, dll. Saya mencoba cuek sebentar. Setelah mengisi formulir, saya sempatkan ngobrol dengan panitia yang menjaga stan pendaftaran itu.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mas, mau tanya, disini pelajarannya muhadatsah (percakapan) atau nahwu-shorof (grammatikal)?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Dua-duanya mas. Tapi dua-duanya tingkat dasar semua”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Oh, sedikit kecewa juga sih. Saya sendiri sebenarnya mengharapkan muhadatsah yang lebih expert. Bukan berarti saya tidak mau belajar nahwu-shorof, tapi saya sudah mempelajarinya intensif setahun lebih, eman-eman kalau saya harus mengulanginya dari dasar lagi.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Model kelasnya jadi satu, atau dibagi-bagi kelasnya mas?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Ada tiga kelas mas, tapi semuanya juga mulai dari dasar”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Ah, sama saja dong, tidak ada jenjang yang jelas.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Kalau kitab rujukannya apa mas?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Kami pakai kitab yang disusun sendiri mas, nanti tiap peserta harus bayar 40.000 untuk uang pembelian kitab.”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Nah, disinilah saya mulai merasa agak aneh.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">Pertama, saya sejak awal mencoba menebak bahwa mungkin kitab yang digunakan adalah kitab-kitab yang sudah saya punya semacam Ajurumiyah, Imrithy, Al Muyassar fii Ilmi Nahwi, atau kitab-kitab bahasa arab populer lainnya semacam Alfiyah Ibnu Malik, Arobiyah baina Yadaik, Mulakhos, Mukhtarot, dll. Saya jadi penasaran, 40 ribu itu dapat kitab seperti apa memangnya?. Saya di rumah ada kitab Matan Ajurumiyah dan Imrithy yang harganya tidak ada 5 ribu. Syarh Ajurumiyah cuma 5 ribuan. Terjemahan Ajurumiyah dan Imrithy juga cuma sepuluh ribuan. Kitab al muyassar cuma 10 ribuan. Dengan kitab itu saja saya sudah bisa belajar ilmu nahwu dengan maksimal. Lantas dengan 40 ribu itu, kitab sehebat apa yang saya dapatkan? Apakah kitab itu hebat? Saya tentu melihat kualitas panitia yang menyusunnya. Ternyata, panitia selain membuat program les bahasa arab gratis, mereka juga membuat program-program “gratis” lainnya seperti kuliah pra-nikah, kuliah calon wirausaha, dan anehnya ada kuliah singkat pengantar menerjemahkan Al Qur’an. Lhoh, eh? Mau menerjemahkan Al Qur’an dengan cara singkat, instan? Mau di terjemahkan seperti apa memangnya? Setahu saya, orang-orang untuk menafsirkan atau setidaknya menerjemahkan al Qur’an harus menguasai banyak ilmu alat seperti Nahwu Shorof, Manthiq, Balaghoh, Asbabun Nuzul, Nasikh-Mansukh, Muhkamat-Mutasyabihat, dll. Ilmu-ilmu alat seperti itu dikuasai dengan metode kuliah singkat dan gratis? Apa jadinya kalau orang menerjemahkan Al Qur’an dengan ilmu seadanya? Dan apa jadinya pula jika ia menyebarkan pahamnya tersebut? Jangan heran kalau akhir-akhir ini banyak muncul umat tekstualis yang menggali ilmu dari Al Qur’an secara dzohiriyah.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mas, kalau saya bayar kitabnya tidak sekarang boleh ndak mas?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Oh, ya. Boleh. Tapi paling lambat besok Sabtu.”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Lhoh, ini lagi. Apa-apaan! Bukannya saya tidak punya uang untuk membayarnya. Kebetulan 4 jam sebelum saya registrasi di situ, saya di kampus baru saja dapat rejeki yang insya Allah lebih dari cukup untuk membayar kitabnya. Tapi cara memberitahukannya itu lho. Kenapa baru dikasih tahu ketika peserta datang di tempat registrasi? Bagi peserta yang asertivitas rendah, mungkin bakalan manut saja. Tapi ini (tanpa maksud su’udzon atau semacamnya) strategi marketing yang memalukan. Dalam brosur sangat jelas sekali, tidak ada bayaran (uang pendidikan gratis). Ternyata cuma pendidikannya yang gratis, pendaftaran dan kitab harus bayar. Siapa tahu di tengah nanti ada uang gedung? Uang konsumsi? Uang transportasi pengajar? Panitia bisa saja melakukannya karena tidak terdapat di brosur.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Yang gratis itu biaya pendidikannya mas”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Haish, ra isin! Ini namanya sudah mempolitisasi. Saya jadi teringat bahwa beberapa hari sebelumnya adalah pencoblosan calon walikota Yogyakarta. Saya sendiri tidak mencoblos dan lebih memilih untuk pergi ke rumah teman di Turi. Sejak kampanye yang penuh dengan janji-janji yang insya Allah ditepati, saya berjanji pada diri sendiri. Jika ada salah satu pasangan yang berkampanye dengan tidak menempel pamflet atau semacamnya di tembok-tembok umum, akan saya pilih dia. Dan akan saya kerahkan masa sebanyak saya bisa untuk memilihnya. Tapi baru sehari saya berjanji, saya mendapati bahwa ketiga pasangan tidak lolos syarat tersebut. Yasudah, mereka kehilangan 1 suara saya. Mengapa saya berjanji demikian? Bayangkan teman-teman, pamflet yang ditempel itu membersihkannya susah. Kalau spanduk, baliho, bisa dicopot karena tidak permanen. Tapi kalau ditempel, selain kotor, tentu menyusahkan si pemilik tembok. Bagaimana Jogja mau bersih? Dan memang pekan-pekan ini Jogja sedang dipenuhi kampanye janji muluk-muluk yang intinya sama, menarik masa sebesar-besarnya untuk “jadi pengikut”. Bagi yang kurang kritis, tentu mau saja diajak kesana-kemari. Begitu pula dengan “les bahasa arab gratis” tadi.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Sepulang dari registrasi, di rumah saya lapor sama ibu. Saya ceritakan apa saja yang saya temui di tempat registrasi termasuk nama ormas yang menyelenggarakannya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Ra sah melu sik ngono kuwi, mengko kowe mung dijak sik ra nggenah” (tidak usah ikut yang seperti itu, nanti kamu cuma diajak yang tidak bermutu)</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Lha terus uang sepuluh ribu saya?</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/302335_1948645685068_1510361536_31526921_1875835214_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; max-width: 493px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-11008339595372398142011-09-14T21:08:00.001-07:002011-09-14T21:08:49.357-07:00Surat Dari Calon Ayah<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span><em>Selamat pagi anakku, bagaimana kabarmu?</em></span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span>Ayah baik-baik saja. Begitupun ibumu. Doakan kami senantiasa sehat agar dapat diberi kesempatan bertemu denganmu. Bukankah doa suci dari pelukan hangat rahim ibu itu sangatlah syahdu? Kami tak sabar ingin bertemu denganmu. Bahkan, ayah sudah berlatih adzan dengan suara terbaik ayah. Karena itulah ayah selalu ada di samping ibumu. Ayah ingin menjadi orang pertama yang mengucapkan lafadz Allah, Tuhanmu, Tuhanku, Tuhan Ibumu, Tuhan kita di telingamu. Pastikan kau mendengar suara ayah dengan seksama ya. Karena Allah-lah kau bisa dijumpakan kepada kami di dunia. Bukankah itu anugerah anakku? Ayah tahu, kau pasti berteriak ketakutan ketika muncul di dunia. Bagaimana tidak? Di alam sana kau begitu bahagia bermesraan dengan Tuhan-mu, namun kau akhirnya dipilih juga oleh-Nya untuk datang ke dunia. Tentu kau tidak bisa menolak. Tapi ayah senang anakku, demikianlah prosesnya. Sejak awal kita sudah tunduk dan patuh pada perintahn-Nya untuk hijrah ke alam dunia, seterusnya pun kita akan senantiasa tunduk dan patuh pada-Nya. Kau sudah hampir lulus selangkah lagi. Ayo semangat anakku, ayah yakin bahwa pengapnya udara alam dunia ini tidak meracunimu, justru kedatangmu laksana angin segar lagi harum yang membuat orang-orang nyaman berada di dekatmu. Tapi janji ya, walaupun anginmu segar dan harum, kau jangan menjadi badai. Tetaplah sepoy-sepoy sehingga ketika orang mengingatmu, mereka akan ingat sejuknya angin surga. Subhanallah ya….</span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span></span></span><span><span><em>Pagi yang cerah ya anakku, ayah ingin mengenalmu</em></span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span>Ayah dan Ibu hari ini sibuk mempersiapkan nama yang indah untukmu. Sebagai doa untukmu tentunya. Ibu terlihat antusias ketika ayah mengajaknya ngobrol membahas nama yang cocok. Ternyata ibumu sudah punya banyak stok nama-nama bagus. Ayahpun bingung memilihkannya untukmu. Andai kau bisa menjawab saat ini, ayah ingin kau saja yang memilih. Ayah tak berani memilih sekarang. Jelas saja, ayah kan belum tahu kau besok segagah Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, sepintar Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu, atau mungkin kau sehangat Ibunda Khadijah radhiyallahu ‘anha, semesra ibunda Siti ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha? Ah, tapi ayah tak peduli kau besok terlahir pria atau wanita. Ah, semakin memikirkannya, semakin ayah jadi penasaran saja. Kau membuat ayah semakin tidak sabar ingin bertemu. Terlahir pria atau wanita kau nanti, ayah ingin lekas bercerita tentang seseorang yang ayah kagumi padamu. Kau tahu? Dulu kakekmu juga menceritakan sosok ini pada ayah, kakek juga ingin sekali ayah bisa meneladani sosok tersebut. Dialah Rasulullah, Muhammad Shalallahu ‘alayhi wassalam. Dulu kakek pandai sekali menceritakannya pada ayah. Ayah tak yakin bisa menceritakannya sehebat kakek. Tapi tenang, ayah akan berusaha. Kau penasaran kan? Hhehe, ayah dulu selalu berdebar-debar kalau diceritakan oleh kakek. Bagaimana tidak, kakek sampai memperagakan dengan seru ketika Rasulullah turun tangan memecah batu terkeras saat menggali parit menjelang perang Khandaq, ketika Rasulullah menyuapi nenek-nenek yahudi buta di pasar, dan lain sebagainya. Sabar anakku, jangan melonjak kegirangan seperti itu dulu, kasihan ibumu sekarang. Nanti akan ayah ceritakan ketika saatnya tiba.</span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span></span></span><span><span><em>Pagi ini seekor merpati mengintip dari balik jendela. Mungkin iapun tak sabar kehadiranmu.</em></span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span>Ayah dan Ibu pagi ini terlihat lebih semangat, dan memang seperti itu dari hari ke hari. Tapi khusus hari ini ayah mengaku kalah. Ibu lebih semangat dari ayah. Ia bangun beberapa menit lebih awal dari ayah. Hhehe, ayah janji, besok-besok tak akan kalah lagi deh. Setelah membangunkan ayah untuk bertahajud dan mendoakanmu, ibumu menyiapkan makanan sahur untuk ayah. Masakan bikinan ibu itu enak lho. Kau pasti bakal makan dengan lahap kalau dimasakkan oleh ibu. Ayah tak tahu kenapa, padahal sebenarnya resep yang digunakan ibu itu sederhana. Hampir semua koki bisa melakukannya. Tapi entah kenapa ada yang gimana gitu lah. Ayah tak ingin terlalu membuatmu penasaran dulu. Yang jelas setelah shubuh ini, seperti biasa, kami sudah menyiapkan sesuatu untukmu. Pagi ini menunya juz 26. Kali ini jatah ayah yang membaca dan ibu yang menyimak. Kemarin, waktu juz 25 bagaimana? Bacaan ibu bagus ya. Ayah pun kagum dengan bacaan ibu. Apalagi ia cuma sesekali membuka mushhaf. Kuat sekali hafalan ibumu itu. Subhanallah ya… tapi ayah tidak mau kalah! Tiap hari ayah selalu memperbagus bacaan ayah. Coba nanti kau simak juga lalu kau bandingkan. Untuk pagi ini, ayah janji akan lebih baik dari ibu. Besok, ayah akan minta ibu sajalah yang mengajarimu mencintai Al-Qur’an. Bukan berarti ayah tak mau mengajarimu, bukan. Biar ibu yang menuntunmu dari alif-ba-ta-tsa, lalu ketika ayah pulang bekerja, ayah bisa beristirahat sambil menyimak perkembangan bacaanmu. Kau bisa setor bacaanmu pada ayah. Bagaimana? Setuju kan? Karena kami memang orang yang tidak sabaran, kami memutuskan untuk mengajarimu sejak sekarang, sejak kau masih di rahim ibumu. Makanya, dengarkan baik-baik agar kau mendapat rahmat. Kelak kalau kau menjadi ahlul qur’an, jangan lupa, ayah pesan syafa’at darimu. Karena kata Rasul, orang-orang ahlul qur’an sepertimu besok bisa mensyafa’ati hingga 10 orang. Keren kan? Pokoknya ayah dan ibu pesan syafa’at itu darimu, dua saja, yang delapan bisa kau kirimkan ke orang lain yang juga kau cintai. Ah, anakku.</span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span></span></span><span><span><em>Pagi yang hangat anakku, semalam dingin menusuk.</em></span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span>Ayah semalam kedinginan. Kau bisa bayangkan, ayah lelah pulang setelah bekerja tiba-tiba ibumu minta dibelikan es krim durian. Aduh, ayah tentu saja kelabakan. Ayah sudah mohon sama ibu supaya diganti saja. Es batu, atau permen durian begitu. Eh, ibu tidak mau. Ayah langsung ambil motor untuk mencarikan. Masih jam 11 malam, barangkali beberapa toko swalayan semacam indomaret atau alfamart masih buka. Baru mau memasukkan gigi satu, ibu tiba-tiba datang dan ingin ikut. Aduh, sedingin ini masak ibu mau ikut. Ayah khawatir pada ibumu dan juga padamu. Tapi tak apalah, ayah meminta ibu memakai jaket tebal. Dan setelah berkeliling, kami menemukan es krim durian juga. Ayah beli dua. Sebenarnya ayah tidak suka minum es, tapi ayah tidak enak hati sama ibu. Dan sesampainya di rumah, ibu ternyata hanya menghabiskan sedikit saja es krim duriannya. Mungkin sekitar 2-3 jilatan. Wah, alamat bakal tambah kedinginan ini ayah. Beli mahal-mahal, supaya tidak mubazir, ayah pun menghabiskan 2 es krim tersebut. Dingin, tapi tak apalah. Kau tahu kenapa ayah mau-mau saja melakukannya anakku? Ibumu kelak melahirkanmu dengan mempertaruhkan nyawa. Pilihannya ada 4; kalian berdua selamat, kau selamat tapi ibu tidak, ibu selamat tapi kau tidak, atau kalian berdua tidak selamat. Kau tahu ganjaran bila ibu tidak selamat ketika melahirkanmu? Syahidah! Dan itu derajat yang tinggi yang belum tentu bisa didapat dengan beribadah seumur hidup anakku. Karena itu anakku, hormati ibumu ya. Ayahpun menghormatinya. Dahulukan ibumu daripada ayah. Perintahnya adalah wajib. Kelak kau akan mendapat hakmu dibawah telapak kakinya, tempat kita bertemu lagi pada suatu zaman yang sudah pasti.</span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span></span></span><span><span><em>Ayam berkokok semakin lantang, membangunkan manusia, udzkurullah</em></span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span><span><em></em></span></span><span><span>Ayah setiap hari menengok kalender. Sembilan bulan bukanlah waktu yang singkat. Ini terasa lama untuk menantimu. Setiap ayah menengok tanggal, ayah menengok bulan. Setiap menengok bulan, ayah menengok tahun. Ya, ini adalah tahun yang lama sejak Rasulullah mengabarkan bahwa ia adalah utusan terakhir, untuk umat di zaman akhir. Kitalah umat itu anakku. Jangan heran kalau mungkin mendapati banyak fitnah di sekitarmu. Apalagi kalau kita membicarakan dajjal si pendusta. Ayah ingin sekali anakku, suatu saat bisa bergabung dalam panji-panji Imam Mahdi bersama Ruhullah, Nabi Isa ‘alayhissalam. Bersama mereka memerangi dajjal dan pengikutnya, menebangi habis pohon ghorqod, dan meng-hegemonikan islam di dunia. Tanda-tanda itu semakin dekat anakku. Namun kelak jika ayah tak sempat bergabung dengan panji-panji tersebut, ayah ingin kau menggantikan ayah. Ayah tahu kau juga sangat ingin. Sampaikan salam ayah untuk mereka berdua ya, anakku. Oh iya, ayah pesan, setelah kau menebang pohon ghorqod, lemparkan saja batang pohon itu pada orang yang sembunyi di balik pohon itu. Kumandangkan takbir! Allahu Akbar!</span></span></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><em>Semacam surat yang ditulis oleh calon ayah tiap hari menjelang kelahiran anaknya.</em></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><em>*gambar: ilustrasi es krim durian</em></div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/310875_1881352522781_1510361536_31473843_7055961_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; max-width: 493px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-91758488809547370962011-08-24T00:52:00.000-07:002011-08-24T00:52:00.536-07:00Iqbal, santri Krapyak dari Jakarta<span class="Apple-style-span" style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px;"></span><br />
<div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Suasana pondokan krapyak pada suatu dini hari selepas shubuh itu seperti biasanya. Tenang, dan sayup-sayup terdengar suara santri putra menyenandungkan Asmaul Husna dari sebuah komplek putra. Di komplek putri, terdengar juga beberapa santriwati merapalkan sebuah bacaan yang menurut saya mereka sedang menambah hafalan Al-Qur’an. Beberapa dari mereka duduk di pinggir jalan di depan kompleknya dengan memegang <em>mushaf</em> Al-Qur’an dan sesekali melihatnya, sesekali pula menutup mata sambil terus berkomat-kamit. Ada juga yang berpasangan dimana salah seorang merapalkan, dan yang lain menyimak. Saya suka pemandangan seperti ini. Maksud saya, pemandangan orang-orang yang sedang menambah hafalan, bukan santriwatinya karena sebagian besar mereka masih mengenakan mukena. Di depan Komplek Huffadz I, beberapa santri <em>tahfidz</em>menyapu halaman depan Komplek Huffadz I sambil diperhatikan dari teras oleh Simbah KH. R. Nadjib Abdul Qadir Munawwir, sang otoritas pemegang <em>sanad qiro’ah</em>. Sementara dari Komplek Huffadz II, terdengar beberapa santri merapalkan bacaan-bacaan Al-Qur’an sambil terus diulang-ulang ayat yang sama dan terus mencoba agar lebih fasih di lantai dua. Saya sempat mendengar salah satu dari mereka masih ada yang juz ‘amma, barangkali santri baru. Sepekan sebelumnya, Komplek Huffadz mengadakan khataman dan mewisuda santri-santrinya yang berjumlah 30an lebih yang sudah menamatkan 30 juz Al-Qur’an <em>bil ghoib</em> alias resmi jadi <em>hafidz</em> dan mendapatkan ijazah dari Mbah Nadjib yang sanadnya bersambung hingga Kanjeng Nabi SAW. Saya masih ingat, mereka terlihat keren saat khataman dengan mengenakan jas hitam, songkok hitam, dan sorban hijau yang diselempangkan. Beberapa santriwati dari bagian tempat duduk putri tampak memotret mereka seru sekali sambil cekikikan dengan temannya. Tampaknya para hafidz-hafidz muda nan keren itu berhasil menyihir para santriwati hingga <em>klepek-klepek</em>.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">***</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Simbah Kiai Zainal, sang pengasuh pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta baru saja selesai mengimami sholat shubuh di masjid pusat. Setelah memimpin doa, beliau biasa <em>wirid</em>-an sendirian hingga kira-kira 20-30 menitan lamanya. Jama’ah yang biasanya menunggu untuk bersalaman dan mencium tangan beliau satu persatu mulai keluar dari masjid dengan tangan hampa. Hingga akhirnya Mbah Zainal beranjak dari <em>wirid</em>-annya, hanya tersisa 3 jama’ah yang ada di 2<em>shof</em> terdepan, yang akhirnya berhasil meraih dan menyalami dan mencium tangan beliau yang memang seorang ulama kharismatik nan <em>tawadhu’</em>. Orang-orang mencium tangan beliau bukan lantaran ingin ketularan jadi Kiai, melainkan kecipratan berkah darinya. Tujuan dari orang mencium tangan seorang Kiai atau Ulama adalah 2 hal: ta'dzim dan tabarruk. Ta'dzim untuk menghormati kepada beliau. Lalu tabarruk karena <em>dawuh</em> Kanjeng Nabi SAW, barokah itu ada pada orang tua dan juga guru. Beruntungnya, saya termasuk salah seorang dari tiga orang jama’ah yang bertahan menunggu di situ. Setelah mencium tangan beliau, kami menunggu beliau berjalan keluar menuju rumah beliau di utara masjid yang berjarak sekitar 20 meter. Setelah itu saya berjalan keluar masjid, menuju jalan D.I Panjaitan, masih lengang dan sejuk. Beberapa teman saya di Komplek L yang tiap pagi <em>ngeloper</em> koran sudah mulai bergegas menyongsong rejeki. Beberapa warung yang biasa dilanggani para santri untuk<em>nyarap</em> sudah ada yang buka.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mas, mas….!”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Tiba-tiba dari arah belakang ada suara seseorang memanggil. Arah di belakang saya adalah sekitaran komplek putri. Dengan sedikit semangat ke<em>ge-er</em>an, saya bertanya-tanya jangan-jangan dia salah seorang santriwati. Ada apa memanggil saya? Apa kopiah saya terjatuh? rasanya tidak. Kopiah putih pemberian ibu saya ini masih melekat hangat di kepala. Saya pun dengan agak elegan dan <em>sok</em>dingin berpura-pura tidak dengar dan menduga mungkin ia memanggil orang lain. Baru beberapa langkah saya sambung, suara orang yang memanggil itu sudah ada di samping kiri sambil terangah-engah karena berlari mengejar saya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mas, mas. Kami mau tanya mas…” dan ke<em>ge-er</em>an saya ternyata harus saya telan kembali. Dua orang bocah laki-laki bersarung ternyata yang memanggil saya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mas, tahu makam Kiyai Haji Ali Maksum tidak?” </div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Kaget betul saya. Pagi-pagi sedini ini ada dua anak menanyakan letak kuburan. Coba saya lihat kedua kaki mereka, masih menempel ditanah. Saya ingat salah seorang Kiai saat mengaji kitab<em>Durratun Nashihin</em>, bahwa jin atau syaithon yang menyamar jadi manusia itu biasanya jam kerjanya antara Maghrib sampai Shubuh. Mereka (para jin dan syaithon yang menyamar) harus kembali ke kuburan sebelum Shubuh. Jangan-jangan dua anak ini tuyul endonesa yang terbiasa dengan jam karet hingga telat pulang bahkan lupa dimana mereka harus kembali! Ah, mana mungkin jin dan syaithon mangkal di makam ulama pikir saya. Saya mau tak mau harus menjawab juga.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Oh itu, tempatnya di daerah Dongkelan. Tahu nggak?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Dongkelan? Nggak mas.”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Hah? Mereka tidak tahu Dongkelan ternyata. Padahal saat itu kami berada di dekat pertigaan yang jalan kebaratnya adalah Jalan Dongkelan bahkan ada papan penunjuk jalan yang bisa dibaca dari situ. Tapi tak apa, karena dimana-mana memberi tahu orang itu harus sesuai kadar pengetahuan mereka. Saya coba cari pendekatan lain.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Emmm, kalau perempatan Ring Road Jalan Bantul tahu nggak?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Saya sempat menyesal menanyakan ini. Baru Jalan Dongkelan yang lebih dekat saja mereka tidak tahu. Tapi tidak mengapa, namanya juga memberi tahu sambil asesmen kemampuan <em>load map</em>mereka.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Nggak tahu juga mas.”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mau apa kesana memangnya?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Mau ziaroh mas, kami ketinggalan sama temen-temen yang sudah duluan”.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Sepertinya dua orang ini memang bukan orang asli disini. Mungkin santri dari kota lain. Akhirnya saya memutuskan untuk mengantar mereka. Jaraknya dari situ jika ditarik garis lurus mungkin hanya sekitar 1 kilometer, namun harus berkelak-kelok hingga ngalang ke Ring Road untuk mencapainya. Pakai motor saja! Ah, tapi jam segini Komplek L masih ditutup gerbangnya. Mana bisa saya mengeluarkannya. Ya sudah, jalan kaki sekaligus diniati olahraga saja. Sudah lama nian kaki ini tidak bekerja ekstra.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Ayo, saya antar saja. Nggak begitu jauh kok” mereka menyetujui ajakan saya. Sekalian saja nanti saya ikut ziaroh meskipun sore hari sebelumnya saya dan teman-teman Komplek L baru saja ziaroh dan <em>muqoddam</em>-an di situ.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Kami berjalan menyusuri Jalan Dongkelan menuju arah barat. Kami juga mengobrol sambil berkenalan juga. Dua orang itu ternyata santri baru MTs Ali Maksum. Mereka adalah Iqbal, dari Jakarta dan seorang lagi dari Indramayu. Anak dari Indramayu ini saya susah mengeja namanya. Sekilas terdengar seperti Asya, mungkin juga Asha, Ahsa, Ahsya, Asa, Ahsha, tapi tidak mungkin Aysha (lho, bisa jadi malah itu) tapi bisa juga namanya Asep tapi dibuat menjadi lebih unik. Iqbal ini tingginya sekitar sesikut saya. Tinggi saya sendiri 170 cm kurang sesenti-dua senti (pembulatan ke atas dalam hal tinggi dan berat badan terasa lebih menyenangkan bagi saya), Asya sekitar 5 senti lebih tinggi dibanding Iqbal. Dua anak itu baru sekitar seminggu menjalani masa-masa menjadi santri MTs Ali Maksum. Iqbal adalah anak yang lucu dan bersemangat. Sedangkan Asya lebih banyak diam, namun juga menjawab ketika saya tanya meskipun tak sejelas dan sebersemangat Iqbal. Iqbal yang lebih pendek posturnya memiliki logat Jakarta yang kental yang membuatnya lucu ketika bicara. Kalau ada air keras saat itu, ingin rasanya saya jadikan si Iqbal ini menjadi gantungan kunci dan saya gantungkan di tas saya. Lucu sekali anak satu ini! Jadi ternyata mereka ini esok tadi ketinggalan rombongan teman sepondokkan mereka untuk ziaroh ke makam pagi itu. Mereka bangun jam setengah 5 pagi, lalu sholat shubuh bersama. Setelah itu, mereka membaca Asmaul husna. Baru kemudian mereka mandi. Nah setelah mandi itulah mereka mendapati bahwa teman-teman dan ustadz pembimbing sudah berangkat ke makam. Dan mereka berdua segera menyusul dan mencari tahu lokasi makam terlebih dahulu dengan bertanya pada orang yang tahu tempatnya dan kebetulan orang itu adalah saya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> Kami bercerita <em>ngalor ngidul</em> mulai dari tentang pondok, erupsi merapi, sungai winongo, teroris, koruptor, pasar hewan PASTY, ring road, dan banyak sekali. Iqbal juga orang yang <em>japemethe</em>. Ketika menemui orang asing di jalan, kerap kali ia melemparkan senyum sambil menganggukkan kepala dan beberapa dengan sapaan ringan seperti “mari pak”, “mari bu”, dan sebagainya. Sepertinya Iqbal ini begitu menikmati hidupnya sebagai santri disini. Saya pun bertanya kepada mereka tentang latar belakang mereka mondok di Krapyak.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Kalian dulu mondok disini karena keinginan sendiri atau disuruh orang tua?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Disuruh ibu mas.” Asya menjawab pertama dengan sederhana, ringkas, datar, dan memaksa saya untuk mengerti bahwa ia agak kurang menikmatinya. Tidak ada raut sedih di wajahnya, bahkan disertai sesuwir senyuman. Tapi entah kenapa saya tidak mau menindaklanjuti jawabannya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Kalau Iqbal?”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Pengen sendiri mas.”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Wah, pengen sendiri. Memangnya kenapa kok ingin mondok? Apalagi jauh-jauh dari Jakarta ke Krapyak”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"> “Soalnya aku pengen membuat bangga orang tua. Moga-moga dengan masuk pondok ini orang tuaku bisa bangga.” Hmmm, saya sedikit mencerna omongan anak ini. Se-awam-an saya, jaman sekarang membuat bangga orang tua itu dengan cara masuk SMP favorit, bernilai <em>excellent</em>, dapat beasiswa, memenangkan kejuaraan, mengharumkan nama baik keluarga, dan sejenisnya. Apalagi notabene ia orang Jakarta (memangnya kenapa kalau Jakarta?). Jadi menerawang tentang masa lalu saya. Orang tua ingin memondokkan saya di Gontor, tapi saya bersikeras ingin masuk SMP 5 Jogja yang saat itu merupakan SMP terbaik se-provinsi DIY. Tapi tak dipungkiri, dalam hati kecil saya memang ingin di pondok juga. Saya baru bersedia di Gontor kalau tidak diterima di SMP 5. Dan Alhamdulillah saya diterima di SMP 5. Namun belakangan saya membaca sebuah novel karya Ahmad Fuadi tentang kisah kehidupannya di Pondok Gontor, entah kenapa saya iri dengannya. Padahal, delapan tahun yang lalu pintu kesana benar-benar dibukakan oleh orang tua saya. Tapi ini bukan saatnya meratapi pilihan sulit di masa lalu. Karena, dalam setiap keputusan kita dalam pilihan sulit, terjadi proses pendewasaan diri kita. Saya percaya, semakin sering seseorang berhadapan dan melewati berbagai keputusan sulit, hal itu semakin membuat seseorang lebih dewasa. Dan tentang Iqbal ini, saya percaya sepenuhnya bahwa ia adalah <em>prototype</em> anak sholeh langka idaman mertua dan orang tua. Selain wajahnya yang <em>good-looking</em>, di usia yang belia ini sangat <em>mujarab</em> dalam penanaman nilai-nilai dan pengetahuan agama. Iqbal sangat bersyukur bisa mondok. Ia bercerita tentang temannya yang berasal dari berbagai daerah. Kalimantan, Riau, Jawa Timur, dan sebagainya. Dari cara Iqbal bicara pun ia memang orang yang luas wawasannya. Bahkan ia sempat tanya kepada saya kenapa di negeri ini begitu merajalela koruptor dan teroris. Jangan membayangkan Iqbal akan mengutarakan hal analitis nan strukturalis. Paling tidak, semangat peduli kepada kondisi bangsa sudah ada pada dirinya.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">Semakin besar saja harapan saya pada anak muda ini. Cobalah anda lihat dari cara mata dan alisnya ketika memandang. Lalu bacalah buku psikologi populer tentang mata dan caranya memandangnya. Anda akan mendapati Iqbal sebagai orang yang visioner, fokus, optimis, sumringah, tidak <em>ngelamunan</em>, apalagi menggalau. Bukan tidak mungkin, bahwa pada beberapa khataman yang akan datang, Iqbal-lah yang berdiri di panggung mengenakan jas dan songkok hitam bersorban hijau dalam selempangan dan menjadi idola para santriwati, atau lebih-lebih malah jadi seorang yang punggung tangannya saja dirindukan banyak orang yang mengantri selepas sholat berjama’ah? Wallaahu a’lam.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">Apapun itu, “<em>Sungguh besar nyalimu wahai sobat kecilku, menantang hidup mengejar waktu. Tiada yang mampu menghentikan langkah kakimu, doaku untuk kemenanganmu.</em>”</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">Mudah-mudahan semangat Iqbal dari observasi dan wawancara singkat saya ini bisa menginspirasi kita.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;">H+1 setelah itu: keesokan paginya pangkal kaki kiri saya pegal karena mengantarkan kedua anak itu.</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><br />
</div><div style="font-size: 11px; line-height: 1.5em;"><span class=""><img alt="" class="photo_img img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/284132_1808599143992_1510361536_31388681_2749126_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; max-width: 493px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-61047611198713283602011-07-05T23:17:00.001-07:002011-07-05T23:17:57.204-07:00Ilmu itu ibarat wanita shalihah<div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Bahwa kewajiban ilmu adalah pasti, sudah tak dipungkiri. Manusia dari segala tempat dan zaman begitu mencintainya. Layaknya orang yang saling mencintai, berbagai ungkapan muncul untuk mengungkapkan kekaguman.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Rasulullah Shallallahu‘alaihi wassalam, “<em>Ilmu laksana</em><em> </em><em>hak milik seorang Mukmin yang hilang, di manapun ia menjumpainya, di sana ia mengambilnya</em>,” (HR Al Askari dari Anas ra)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Disebutkan juga dalam Shahih Bukhari dan Muslim hadits dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu yang berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu‘alaihi wassalam bersabda:</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diutus Allah kepadaku seperti hujan yang membasahi bumi. Ada bumi yang subur yang menerima air kemudian menumbuhkan rumput yang banyak. Ada bumi yang keras yang menahan air kemudian dengannya Allah memberi manfaat kepada manusia. Mereka meminum dari air tersebut, memberi minum hewan ternaknya, dan bercocok tanam. Hujan juga membasahi bumi yang lain, iaitu lembah yang tidak mampu menahan air dan menumbuhkan rumput. Demikianlah perumpamaan orang yang memahami agama Allah kemudian mendapat manfaat dari apa yang aku diutus dengannya. Ia belajar dan mengajar. Dan itulah perumpamaan orang yang tidak dapat diangkat kedudukannya oleh petunjuk Allah, dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya</em>.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Selain pengibaratan dari Rasulullah SAW, para shahabat ra pun memuji kemuliaan ilmu, sebagaimana ucapan sang Pintu Ilmu, Sayyidina Ali kw:</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">"<em>Ilmu ibarat hewan peliharaan dan tulisan adalah tali kekangnya,oleh karena itu ikatlah ilmu mu dengan menuliskannya</em>"</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mu’adz bin Jabal <em>radhiyallahu ‘anhu</em> juga mengatakan,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Ilmu adalah laksana pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu</em><em>”</em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Ulama hadits terkemuka, yakni Al Bukhari berkata,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali</em> (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat)”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Ibn Al-Qayyim mengatakan bahwa,</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Sesungguhnya ilmu adalah sinar yang diletakkan oleh Allah di dalam hati, sedangkan maksiat memadamkan sinar tersebut</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Hingga zaman yang semakin berkembang ini, manusia semakin kreatif membuat pengibaratan ilmu. Diantaranya:</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Ilmu itu ibarat telur, walaupun keluar dari tempat yang biasa keluar kotoran, kalau yang keluarnya itu telur, ya ambil.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Ilmu ibarat air, ia mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><strong>”<em>Ilmu ibarat emas, di mana pun tempatnya, kedudukannya terhormat.</em>”</strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Ilmu ibarat kulit dan isi, orang yang paling beruntung adalah orang yang memulai isi kemudian kulit</em>”.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Ilmu ibarat mutiara yang bertaburan, berserakan di jalan, terselip di semak, berada di padang pasir tandus, terbenam di samudra, terlempar ke angkasa. Adapun manusia yang berhasil memungut satu dari banyak mutiara itu, diapun sudah merasa hebat dan tidak mau menerima mutiara yang lain.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>Para cendekiawan dari barat pun tak ketinggalan membuat perumpamaan ilmu. Diantaranya:</em></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>“</em><em>Science is like</em><em> </em><em>a good friend: sometimes it tells you things you don't want to hear</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>“</em><em>Science is like</em><em> </em><em>a blabbermouth who ruins a movie by telling you how it ends!</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>S</em><em>cience is like</em><em> </em><em>a tree. Because its roots are bitter but its fruit is sweet.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>“</em><em>Science is like</em><em> </em><em>twitter, everybody is publishing as fast as they can, but only very few are reading, and even fewer summarizing</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>“Science is like a puzzle. There is always a problem to solve. Usually the problem is broken down into pieces, much like a puzzle, to help understand and solve the problem</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Science is like everything present in this universe. It also contain both good and bad qualities like everything except it is not ordinary like any other thing, it is the advancement of the men. Its from men, its for men and it works for men.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Science is a good servant but a bad master.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>“</em><em>Science is like</em><em> </em><em>a pencil: you need to cut away the dead wood to make a sharp point</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Dari berbagai pengibaratan diatas, saya lebih mudah mengingat apa yang disampaikan Gus Dzakir, Krapyak. Beliau juga ikut-ikutan mengibaratkan ilmu. Hal tersebut beliau sampaikan pada suatu hari saat mengaji kitab Alala:</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Ilmu itu ibarat wanita shalihah. Ketika anda sudah menikahi dan mencintainya, maka anda akan menyesal tidak melakukannya sejak dulu.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><img alt="" class="img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/268234_1769829614778_1510361536_31345632_6548986_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; max-width: 493px;" /></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-49389381351118943352011-06-12T18:14:00.001-07:002011-06-12T18:14:55.201-07:00Siapa yang mengatakan bersedekah itu membuat kita miskin?<div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Siapa yang mengatakan bersedekah itu membuat kita miskin?</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Siapa yang mengatakan bahwa membantu orang lain akan merugikan waktu kita? Pikiran kita? Tenaga kita? Harta kita?</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Bahwa setiap apa yang kita sedekahkan, apapun itu, akan digantikan oleh Allah. Itu sudah pasti dan sudah dijanjikan dalam kalam-Nya.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan sebesar biji dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula</em>” (QS Al-Zalzalah 7)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Jika digantikan dengan yang setimpal kita anggap masih kurang, ingatlah firman-Nya yang lain, bahwa ia menjanjikan <strong>dua kali lipat</strong> balasan.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><em>“Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka, mereka nafkahkan”</em>(QS Al-Qashash 54)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Dua kali lipat masih kurang? Bagaimana kalau <strong>sepuluh kali lipat</strong>? Bayangpun!</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya…</em>” (QS Al-An’am 160)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Okelah jika sepuluh kali lipat masih kurang. Manusia memang tak pernah puas. Allah menjanjikan <strong>700 kali lipat</strong> untuk kita. Itupun kalau kita mau.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir ada seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui</em>” (QS Al-Baqarah 261)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Kurang lagi? Nih, Allah menjanjikan <strong>balasan berlipat hingga “banyak”</strong>.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah) maka Allah akan memperlipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak…</em>” (QS Al-Baqarah 245)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Untuk terakhir kalinya, jika balasan yang banyak masih kurang, Allah menjanjikan balasan hingga<strong><em>unlimited </em></strong><strong>alias tanpa batas</strong>.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">“<em>…sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”</em>(QS Az-Zumar 10)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Tahukah kita bahwa sedekah yang kita sampaikan ke penerima, terlebih dulu mampir kepada Allah SWT? Sedekah itu ketika mampir kepada Allah SWT berbicara:</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">1. Aku kecil maka <strong>besarkanlah</strong> oleh-Mu</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">2. Aku sedikit maka <strong>perbanyaklah</strong> oleh-Mu</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">3. Aku jadi musuh maka <strong>cintailah</strong> oleh-Mu</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">4. Aku rusak maka <strong>tetapkanlah</strong> (kekal) oleh-Mu</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">5. Engkau telah menjagaku, maka sekarang <strong>aku akan menjadi penjagamu</strong></div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Dan tahukah kita bahwa ternyata ada 7 perkara yang merupakan rahasia dalam sedekah?</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sesungguhnya sedekah itu akan menjaga kita dari malapetaka</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sebagaimana sabda Nabi SAW: “<em>Sedekah itu akan menolak 70 pintu malapetaka</em>”</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sedekah juga merupakan dokter</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Nabi SAW: “<em>Obatilah sakitmu dengan sedekah</em>”</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sedekah akan menjaga harta kita</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Nabi SAW: “<em>Jagalah hartamu dengan sedekah</em>”</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sedekah dapat menjaga diri dari murka Allah</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Nabi SAW: “<em>Sesungguhnya sedekah itu dapat menjaga kemurkaan Tuhan</em>”</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sedekah membentuk kasih saying kepada sesame</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Nabi SAW: “<em>Sedekah adalah hadiah, sedangkan saling memberikan hadiah itu akan dicintai</em>”</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sedekah dapat melembutkan hati</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Nabi SAW: “<em>Barangsiapa hatinya keras, maka tebarkanlah sedekah</em>”</div><ol style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 25px; padding-right: 10px; padding-top: 0px;"><li>Sedekah dapat memperpanjang usia</li>
</ol><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Sabda Nabi SAW: “<em>Sedekah itu akan menolak balak dan menambah umur.</em>”</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Tak akan pernah ada yang sia-sia dari apapun yang kita sedekahkan, apapun yang kita korbankan. Harta, waktu, pikiran, tenaga, dan lain sebagainya adalah milik bersama yang perputarannya harus senantiasa kita jaga. Mari bersama-sama memanfaatkan segala sesuatu untuk kepentingan bersama dan jangan pernah merasa takut untuk kekurangan lantaran memberi.</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Pernah ada sebuah kisah, Umar bin Khattab ra bercerita: Suatu hari seorang laki2 datang menemui Rasulullah Saw. Untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan hari laki2 itu datang lagi dan melakukan hal yang sama. Rasulullah saw juga memberinya. Keesokan harinya ia meminta-minta lagi kepada Rasulullah Saw. Beliau bersabda, “<em>aku tak memiliki apapun saat ini. Tapi ambillah apa yang kau mau dan jadikan utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya</em>” Umar ra lalu berkata, “<em>Wahai Rasulullah, janganlah memberikan sesuatu di luar batas kemampuanmu.</em>” Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tadi. Tiba2 datang seorang laki2 dari Anshar sambil berkata, “<em><strong>Ya Rasulullah</strong>, <strong>jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan</strong></em>.” Mendengar ucapan laki2 tadi Rasulullah saw tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, “<em>Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku</em>” (HR Turmudzi)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Mari, jangan khawatir dengan kemiskinan, kekurangan, atau semacamnya</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">nb: senyum adalah cara mudah untuk bersedekah :)</div><div style="color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 1.5em; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"></div><div class="photo photo_none" style="clear: both; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 11px; line-height: 16px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div class="photo_img" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><img alt="" class="img" src="https://fbcdn-sphotos-a.akamaihd.net/hphotos-ak-snc6/253936_1702913301912_1510361536_31289255_6518838_n.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;" /></div></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5236391662874893783.post-8363878146729811892011-06-09T17:15:00.001-07:002011-06-09T17:15:42.828-07:00Pilih Sendiri Caramu<div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">“Al-ainu jauharotun.” Mata adalah permata. Begitulah pepatah bangsa Arab yang menggambarkan betapa sangat berharganya mata kita.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Ainun sangat mencintai dan selalu memberikan perhatian besar kepada suaminya. Ketika masih menjadi Menristek/Ketua BPPT, Habibie sering pulang terlambat dari kantor, biasanya bisa lewat dari pukul 22.00. Jika sudah terlambat seperti itu, Ainun menelepon langsung dari rumah mengingatkan agar Habibie segera pulang karena harus menjaga kesehatan. Habibie biasanya minta kepada sekretariat agar menjawab “Bapak sudah menuju lift”, padahal sebenarnya ia masih duduk di kursi dan meneruskan pekerjaan, tidak langsung pulang.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Begitulah hampir tiap hari. Hingga akhirnya Ainun mulai kritis.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Habibie terus mendampingi Ainun dalam sakitnya. Saat Ainun meninggal pun Habibie berada di sisinya. Presiden pertama era reformasi ini berusaha tabah dalam kehilangannya.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">24 Maret lalu, saat BJ Habibie tiba di Jerman, ia ikut mengantar langsung sang istri ke RS Munich, Jerman. Dan sejak itu hingga Ainun meninggal, tidak pernah sekali pun Habibie meninggalkan istrinya.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Dalam sejarah, dunia mencatat banyak sekali romantika percintaan anak manusia. Banyak dari kita memang sering dibuat takjub dengan ulah manusia ketika sudah jatuh cinta. Ada yang rela berbuat ini, berbuat itu, berkata ini, berkata itu, tanpa banyak pikir panjang. Sekilas memang seperti tanda kesetiaan, tapi dibalik itu jika tidak hati-hati kadang ada juga kebodohan.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Kata mbak Ayatul Husna, cinta adalah kekuatan yang mampu mengubah duri menjadi mawar, cuka menjadi anggur, mengubah malang menjadi untung, mengubah sedih menjadi riang, mengubah setan menjadi nabi, mengubah iblis menjadi malaikat, mengubah sakit menjadi sehat, mengubah bakhil menjadi dermawan, mengubah kandang menjadi taman, mengubah penjara menjadi istana, mengubah amarah menjadi ramah, mengubah musibah menjadi anugerah.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Kata mbah Sternberg, cinta adalah sebuah kisah, kisah yang ditulis oleh setiap orang. Kisah tersebut merefleksikan kepribadian, minat dan perasaan seseorang terhadap suatu hubungan. Ada kisah tentang perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan, dsb. Kisah pada setiap orang berasal dari “skenario” yang sudah dikenalnya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita, dsb. Kisah ini biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam sebuah hubungan. Sternberg terkenal dengan teorinya tentang “Segitiga Cinta”. Segitiga cinta itu mengandung komponen : (1). Keintiman (Intimacy), (2). Gairah (Passion), dan (3). Komitmen.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Keintiman adalah elemen emosi, yang didalamnya terdapat kehangatan, kepercayaan (trust), dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan seseorang, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu bila lama tidak bertemu. Gairah adalah elemen motivasional yang didasari oleh dorongan dari dalam diri yang bersifat seksual. Komitmen adalah elemen kognitif, berupa keputusan untuk secara sinambung dan tetap menjalankan suatu kehidupan bersama.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Menurut Sternberg, setiap komponen itu pada tiap-tiap orang berbeda derajatnya. Ada yang hanya tinggi di gairah, tapi rendah pada komitmen. Sedangkan cinta yang ideal adalah apabila ketiga komitmen itu berada dalam proporsi yang sesuai pada suatu waktu tertentu. Misalnya pada tahap awal hubungan, yang paling besar adalah komponen keintiman. Setelah keintiman berlanjut pada gairah yang lebih besar (dalam beberapa budaya) harus disertai dengan komitmen yang lebih besar, misalnya melalui perkawinan.<br />
<img alt="" class="alignleft" height="184" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvj5O4c7_Wr27Nusp4pT2FTmVwsf6E0Z_rGro4y_Yucnx4PJ6ihnH2Wo0fgaLqcGVLKjwsJLxEZBU85Y2Gxr6CHumPEqV82sx5gMoon9vj4EhsqZvuApLgteB9Ubq8PJpDnmv1iMslwx0/s400/love-allah.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; float: left; height: auto; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 10px; margin-top: 0px; max-width: 100%; width: auto;" width="280" />Seperti telah diuraikan sebelumnya, pada hubungan cinta seseorang sangat ditentukan oleh pengalamannya sendiri mulai dari masa kanak-kanak. Bagaimana orang tuanya saling mengekspresikan perasaan cinta mereka. Hubungan awal dengan teman-teman dekat, kisah-kisah romantis sampai yang horor, dsb. akan membekas dan mempengaruhi seseorang dalam berhubungan. Karenanya setiap orang disarankan untuk menyadari kisah cinta yang ditulis untuk dirinya sendiri.<span id="more-128"></span></div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Menurut tokoh psikolog John Alan Lee, sebenarnya cinta terhadap pasangan bisa dibagi jadi enam tipe:<br />
1. EROS ( passionate, romantic love)<br />
Ciri: tertarik pada seseorang karena fisiknya & dalam proses yang cepat. Cinta pada pandangan pertama termasuk tipe cinta ini.<br />
2. LUDUS ( game-playing love )<br />
Ciri: mempermainkan perasaan pasangan untuk kesenangan. Misalkan menggantungkan pacar atau selingkuh for fun. Bisa dibilang ini adalah tipe cintanya para playboy.<br />
3. STORGE (friendship love )<br />
Ciri: berawal dari persahabatan dan membuat kita merasa nyaman bersama pasangan kita.<br />
4. PRAGMA ( logical love )<br />
Ciri: cinta ini muncul karena kita memperhitungkan keuntungan dan kerugian jika menjalin cinta dengan orang itu. Misal kita menerima seorang wanita karena kita tahu dia bakal jadi juara dan jadi orang terkenal, atau karena ia memiliki sesuatu yang ingin kita miliki.<br />
5. MANIA ( possesive, dependent love )<br />
Ciri: posesif, cemburu berlebih, dan sangat manja terhadap pasangan.<br />
6. AGAPE ( selfess love )<br />
Ciri: selalu berkorban tanpa pamrih demi pasangannya. Pokoknya kebutuhan pasanganlah yang paling penting.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Setelah tahu sedikit tentang definisi cinta di atas, mari kita lihat bagaimana umat manusia mulai mengenal cinta kepada sesama manusia. Bagaimana seorang Adam AS merelakan salah satu tulang rusuknya demi mendapatkan sang kekasih hati. Lalu sayangnya Adam AS karena terlalu mencintai kekasih hatinya itu, ia mudah saja terbujuk untuk melanggar aturan dari Allah SWT.<br />
Hawa berkata, “Adam, mari kita makan buah-buahan dari pohon abadi itu!” Adam AS berkata, “Hawa, Allah telah melarang kita untuk mendekati pohon itu.” Lalu Hawa mengulurkan tangannya untuk mengambil buah pohon itu. Ia mengambilnya dan memakannya. “Enak,” katanya. Lalu ia memberi Adam buah tersebut. Adam lupa petunjuk Tuhannya, ia pun memakannya.<br />
Cinta yang memisahkan mereka dari surga, tapi cinta juga yang mempertemukan mereka meskipun terpisah dari Sarandib (di pulau Ceylon, sekarang dikenal dengan Srilanka) dan bukit Marwah, Makkah. Itulah awal kisah cinta umat manusia.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Cinta juga sering membuat orang jadi hilang kendali. Seperti Zulaikha, istri seorang Raja di Mesir kepada Yusuf AS yang saat itu sebagai budak di Mesir. Cinta pada pandangan pertama (EROS). Namun ketika Zulaikha mengejar Yusuf AS demi bisa berduaan dengannya hingga ia merobek baju Yusuf dari belakang Yusuf ternyata tidak tunduk kepadanya.<br />
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” QS Yusuf:24</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Lalu kita tengok juga kisah Nabi Ayyub AS. Tentang bagaimana Rahma (istrinya) rela menjual rambutnya sendiri demi mendapat uang untuk merawat Ayyub AS yang saat itu sedang diberi cobaan berupa sakit yang teramat parah. Sayangnya Rahma ternyata tak dapat mempertahankan kesetiaanya, hingga ia merasa putus asa dan mulai meninggalkan Ayyub AS. Lalu lihat juga sikap Ayyub AS yang menyiasati janji yang pernah ia katakan kepada Rahma bahwa jika ia sembuh nanti, Rahma akan ia dera 100 kali. Akhirnya karena rasa cintanya kepada Rahma, ia hanya mendera Rahma 1 kali, tapi dengan 100 buah lidi sekaligus.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Suatu hari Ibrahim AS, Sarah, dan Luth AS tiba di Mesir. Namun untuk bisa masuk, Ibrahim mesti menyerahkan sepuluh persen dari barang-barangnya kepada Raja Mesir. Setelah Ibrahim membayar, Al ‘Ashir (orang yang bertanggung jawab untuk menarik pajak sebesar seperlima dari pendapatan rakyat) mengizinkannya untuk masuk Mesir.<br />
Al ‘Ashir melihat kecantikan Sarah dan ingin membawanya kepada Raja. Ibrahim AS menjadi marah, dan ia berkata kepadanya, “Aku akan berikan semua barangku, tetapi aku tak mengizinkan engkau untuk membawa Sarah!”<br />
Ibrahim AS berkata kepada Al ‘Ashir, “Aku akan melawanmu untuk melindungi istriku.”</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Di lain hari, Sarah, adalah satu-satunya istri Ibrahim AS yang sangat mencintai suaminya. Ia tidak ingin Ibrahim AS bersedih, oleh karena itu pada suatu sore ia bertanya pada Ibrahim AS, “Apakah engkau menginginkan seorang anak?” Ibrahim AS menjawab, “Itu tergantung pada kehendak Allah.”<br />
Sarah adalah wanita yang bijaksana, maka ia pun mengatakan “Aku ingin mempunyai seorang bayi. Aku ingin merawatnya. Aku akan mencintainya, dan ia akan mencintaiku.” “Bagaimana itu dapat terjadi?” Tanya Ibrahim AS. Sarah menjawab, “Khalilullah, aku akan memberikan budak wanitaku, Hajar, kepadamu. Nikahilah ia. Semoga Allah akan memberikan seorang anak padame darinya.” Ibrahim AS lalu berkata, “Sarah, aku tidak ingin membuatmu bersedih karena aku.” “Khalilullah, aku tidak akan bersedih. Lebih dari itu, aku akan bahagia,” jawab Sarah.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Rasanya tidak sreg kalau belum mencuplik kisah dari suri tauladan kita, Rasulullah SAW.<br />
Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?”. Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti”<br />
Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain.<br />
Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya”. Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Setelah mengetahui sedikit kisah-kisah cinta para nabi, sepertinya memang tak bisa dijelaskan dalam kajian psikologi barat. Tidak ada nabi yang mencintai dengan EROS, LUDUS, STORGE, PRAGMA, MANIA, maupun AGAPE. Cinta mereka benar-benar karena Allah.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Lalu jika kita diberi pilihan dan kesempatan, mau mencintai seperti apakah kita? Jika kita dalam posisi yang belum menikah, saya beri dua opsi; Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika Laila dipersunting oleh pria lain. Itulah opsi pertama.</div><div style="color: #666666; font-family: Palatino, Georgia, Baskerville, serif; font-size: 14px; line-height: 18px;">Atau anda ingin opsi kedua; Kita tahu kisah seorang Sayyididna Ali yang hingga pernikahannya dengan Fatimah, putri kanjeng nabi, ia tidak pernah menunjukkan atau memberitahukan rasa cintanya pada Fatimah kepada siapapun. Ia selalu menyembunyikannya hingga bahkan setan pun tak mampu mengetahui dan memnggodanya. Begitu pula dengan Fatimah. Padahal Ali dan Fatimah sudah saling menaruh hati satu sama lain semenjak kecil dan hal itu baru terungkap ketika mereka sudah menikah.<br />
Bagaimana?</div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/18341293518634616276noreply@blogger.com2